Ariva, Marshanda Afifa (2025) ALASAN PENENUN MEMPERTAHANKAN MENGGUNAKAN ATBM KERAJINAN SONGKET NAGARI PANDAI SIKEK KECAMATAN X KOTO TANAH DATAR. S1 thesis, Universitas Andalas.
|
Text (Cover dan Abstrack)
Abstrak_Skripsi_Ariva_Marshanda_Afifah_1910811022.pdf - Published Version Download (340kB) |
|
|
Text (Bab I)
BAB I_Skripsi_Ariva_Marshanda_Afifah_1910811022.pdf - Published Version Download (553kB) |
|
|
Text (Bab IV)
BAB IV_Skripsi_Ariva_Marshanda_Afifah_1910811022.pdf - Published Version Download (207kB) |
|
|
Text (Daftar Pustaka)
DAFTAR PUSTAKA_Skripsi_Ariva_Marshanda_Afifah_1910811022.pdf - Published Version Download (427kB) |
|
|
Text
Full text.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (3MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan para penenun di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, dalam mempertahankan penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) klasik pada proses pembuatan kain tenun songket, meskipun telah tersedia inovasi teknologi berupa ATBM modifikasi yang lebih efisien. Tradisi menenun di Pandai Sikek tidak hanya memiliki nilai ekonomi, tetapi juga mengandung makna sosial, estetika, dan simbolik yang kuat sebagai warisan budaya masyarakat Minangkabau. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data primer diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara mendalam dengan penenun aktif, penenun senior, serta perangkat nagari dan tokoh masyarakat sebagai informan pengamat. Data sekunder dikumpulkan dari dokumen, arsip, dan literatur pendukung. Analisis data dilakukan dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan mendasar antara alat tenun manual klasik dan ATBM modifikasi dalam proses produksi. ATBM modifikasi lebih cepat dan efisien, sedangkan alat tenun manual klasik membutuhkan waktu lebih lama, namun menghasilkan kain dengan nilai estetika yang lebih tinggi. Harga kain hasil tenun manual cenderung lebih mahal karena dianggap lebih halus, autentik, dan sarat makna budaya. Selain itu, perbedaan motif juga terlihat: pada alat klasik, motif dibuat dengan teknik dicukié atau dicongkel yang memiliki nilai simbolik, sementara pada ATBM modifikasi, motif lebih bervariasi mengikuti kreativitas penenun muda. Keputusan sebagian penenun untuk tetap menggunakan ATBM klasik didorong oleh tiga alasan utama, yaitu: (1) nilai budaya dan identitas lokal yang melekat pada proses menenun tradisional; (2) kepercayaan terhadap kualitas dan makna spiritual kain klasik; serta (3) pertimbangan sosial dan ekonomi lokal seperti modal, kebiasaan, dan kenyamanan penggunaan alat. Temuan ini memperlihatkan bahwa tindakan penenun dalam mempertahankan alat klasik merupakan hasil dari proses berpikir rasional yang mempertimbangkan efisiensi ekonomi sekaligus pelestarian budaya. Berdasarkan kerangka Teori Pilihan Rasional James S. Coleman, tindakan para penenun Pandai Sikek dapat dipahami sebagai bentuk rasionalitas sosial, yaitu upaya menyeimbangkan antara manfaat ekonomi dan nilai-nilai sosial budaya yang diwariskan turun-temurun. Dengan demikian, keputusan mempertahankan ATBM klasik bukan sekadar pilihan teknis, tetapi merupakan bentuk kesadaran budaya untuk menjaga warisan leluhur di tengah arus modernisasi.
| Item Type: | Thesis (S1) |
|---|---|
| Supervisors: | Dr Azwar, M.Si Drs Ardi Abbas, MT |
| Uncontrolled Keywords: | ATBM, Songket Pandai Sikek, Rasionalitas Sosial, Budaya Minangkabau, Pilihan Rasional |
| Subjects: | H Social Sciences > HM Sociology |
| Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > S1 Sosiologi |
| Depositing User: | S1 Sosiologi Sosiologi |
| Date Deposited: | 06 Nov 2025 04:04 |
| Last Modified: | 06 Nov 2025 04:04 |
| URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/514706 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |

["Plugin/Screen/EPrint/Box/Plumx:title" not defined]
["Plugin/Screen/EPrint/Box/Plumx:title" not defined]