PENGARUH PEMIJATAN PERINEUM PADA PRIMIGRAVIDATERHADAP KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SAAT PERSALINAN DIBIDAN PRAKTEK MANDIRI DIKOTA BENGKULU TAHUN 2014

WEWET, SAVITRI (2014) PENGARUH PEMIJATAN PERINEUM PADA PRIMIGRAVIDATERHADAP KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SAAT PERSALINAN DIBIDAN PRAKTEK MANDIRI DIKOTA BENGKULU TAHUN 2014. Diploma thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.

[img] Text (TESIS)
201410310929st_tesis_wewet savitri_all.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (802kB)

Abstract

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2008). Proses persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain fisik/tenaga ibu, jalan lahir, janin, psikologi ibu dan penolong. Faktor jalan lahir mempunyai peranan penting baik sebelum maupun sesudah proses persalinan. (Depkes, 2008). Perineum adalah salah satu jalur yang dilalui anus pada saat proses persalinan dapat robek ketika melahirkan atau secara sengaja digunting guna melebarkan jalan keluarnya bayi (episiotomi) (Herdiana, 2007). Ruptur perineum dialami oleh 85% wanita yang melahirkan pervaginam. Ruptur perineum perlu mendapatkan perhatihan karena dapat menyebabkan disfungsi organ reproduksi wanita, sebagai sumber perdarahan dan sumber masuknya infeksi yang kemudian dapat menyebabkan kematian karena perdarahan atau sepsis (Manuaba, 2008) Ruptur perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi perineum yang kaku iv dan oedema, primigravida, kesempitan pintu bawah panggul, kelenturan jalan lahir, mengejan terlalu kuat, partus presipitatus, persalinan dengan tindakan seperti ektraksi vakum, ekstraksi forcep, versi ekstraksi dan embriotomi, varikosa pada pelvis maupun jaringan parut pada perineum dan vagina. Faktor janin meliputi janin besar, posisi abnormal seperti oksipitoposterior, presentasi muka, presentasi dahi, presentasi bokong, distosisia bahu dan anomali kongenital seperti hidrosefalus. Faktor penolong meliputi cara memimpin mengejan, cara berkomunikasi dengan ibu, keterampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala, episiotomi dan posisi meneran (Mochtar, 2010). Pijat perineum adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot dasar panggul. Teknik ini, jika dilatih pada tahap akhir kehamilan (mulai minggu ke-34) sebelum persalinan, juga akan membantu mengenali dan membiasakan diri dengan jaringan yang akan dibuat rileks dan bagian yang akan dilalui oleh bayi (Mongan, 2007). Penelitian di Rumah Sakit Benin Teaching, Kota Benin, Nigeria, mengemukakan bahwa prevalensi ruptur perineum kurang lebih 46.6%. Dan pada ibu primigravida 90% mengalami ruptur perineum. Penelitian The Cochrane Review merekomendasikan bahwa pijat perineum ini harus selalu dijelaskan pada ibu hamil agar mereka mengetahui keuntungan dari pijat perineum ini. Pijat perineum ini sangat aman dan tidak berbahaya (Beckmann et al, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Bidan Praktek Mandiri di Kota Bengkulu pada tanggal 2 Oktober 2013, didapatkan hasil bahwa jumlah persalinan pada primigravida ada 20 orang, yang mengalami ruptur perineum v sebanyak 12 orang (60%), sedangkan yang tidak mengalami robekan perineum sebanyak 8 orang (40%). Berdasarkan dari data tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh pemijatan perineum pada primigravida terhadap kejadian ruptur perineum saat persalinan di Bidan Praktek Mandiri di Kota Bengkulu. Tujuan penelitian : Mengetahui pengaruh pemijatan perineum terhadap kejadian ruptur perineum pada primigravida saat persalinan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Bidan Praktek Mandiri di Kota Bengkulu Tahun 2014. Penelitian dilakukan di Bidan Praktek Mandiri di Kota Bengkulu dimulai pada tanggal 10 Maret 2014 sampai dengan 10 Mei 2014.. Jenis penelitian adalah experimental dengan menggunakan Post Test Only Control Group Design yaitu rancangan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada kelompok intervensi dengan cara membandingkan pada kelompok kontrol. Populasi adalah semua primigravida dengan usia kehamilan 36 minggu (sebelum persalinan) di Bidan Praktek Mandiri (BPM) dikota Bengkulu, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada akhir perlakuan ditentukan apakah terdapat pengaruh Pemijatan Perineum pada primighravida terhadap kejadian ruptur perineum saat Persalinan di Bidan Praktek Mandiri.. Data diolah secara komputerisasai dan dilakukan uji statistik Chi-Square. Kejadian ruptur perineum lebih banyak pada kelompok kontrol 10 orang (71.4%) yang tidak dilakukan pemijatan perineum dibandingkan pada kelompok intervensi 3 orang (21.4%) yang dilakukan pemijatan perineum. Setelah vi dilakukan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0.02 < 0.05 maka secara statistik menunjukan ada pengaruh pemijatan perineum pada primigravida terhadap kejadian ruptur perineum pada saat persalinan antara kelompok Intervensi dan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ruptur perineum banyak terjadi pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan pemijatan perineum dibandingkan dengan kelompok intervensi yang dilakukan pemijatan perineum.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > RG Gynecology and obstetrics
Divisions: Pascasarjana (Tesis)
Depositing User: Yth Vebi Dwi Putra
Date Deposited: 24 May 2016 10:24
Last Modified: 24 May 2016 10:24
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/9511

Actions (login required)

View Item View Item