ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERODE 2002-2014

MELIZA, YULANDA (2015) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERODE 2002-2014. Diploma thesis, UPT. Perpustakaan Unand.

[img] Text
201505151149th_skripsi liza.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (888kB)

Abstract

Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara (Arsyad, 2010). Pembangunan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari beberapa indikator perekonomian salah satu diantaranya adalah kemampuan suatu negara untuk dapat menyerap tenaga kerja. Pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi akan berdampak pada semakin menurunnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, perlu adanya peran pemerintah dalam upaya meningkatkan jumlah lapangan usaha, sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang yang kebanyakan dari tenaga kerjanya bekerja di sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama dengan tingkat produktifitas yang rendah, serta duapertiga atau lebih dari penduduknya tinggal di daerah pedesaan. Para petani yang bekerja dibidang pertanian berjumlah empat kali penduduk (petani) di negara maju (Jhingan, 2012). Pada tahun 2014 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebesar 34 persen dari seluruh total tenaga kerja di Indonesia, kemudian diikuti oleh sektor jasa sebesar 16,07 persen dan sektor industri sebesar 13,31 persen. 2 Menurut Undang-Undang Dasar 1945 bab XIV tentang perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial pasal 33 dan 34, yang dijabarkan di dalam banyak undang-undang, salah satunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agrarian dan Perpu Nomor 56 Tahun 1960 tentang penetapan luas tanah pertanian yang menyebutkan bahwa Indonesia dikenal dengan Negara agraris, yang mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah dibidang pertanian. Menurut Arsyad (2010), ada beberapa peran aktif sektor pertanian bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut, sektor pertanian sangat berperan dalam ketahanan pangan nasional untuk mencegah kekurangan pasokan pangan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan dalam proses industrialisasi pertanian juga berperan memproduksi bahan baku bagi industri, selanjutnya sektor pertanian merupakan basis perekonomian lebih dari 83 persen kabupaten/kota di Indonesia, hal ini didukung dengan adanya pengembangan agroindustri-agroindustri yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi di tingkat kabupaten/kota, terutama dalam penyerapan tenaga kerja lokal. Selain itu, sektor pertanian mampu menjadi penyangga dalam masa krisis, sehingga mampu menampung 5 juta limpahan tenaga kerja industri. Selanjutnya lebih dari 25,5 juta keluarga atau 100 juta lebih penduduk Indonesia hidupnya bergantung pada sektor pertanian, dan menyumbang 6,9 persen dari total ekspor non migas. 3 Pertumbuhan ekonomi daerah yang dicerminkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diduga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi penyerapan tenaga kerja. Hal ini seperti dalam hukum Okun menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tingkat pengangguran dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Tingkat pengangguran dengan PDB memiliki hubungan yang negatif (Mankiw, 2007). Sesuai pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesempatan kerja dan PDB. Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari laju pertumbuhan PDRB seharusnya dapat menciptakan lapangan kerja baru ternyata belum terealisasi secara optimal. Kondisi ini dapat dilihat pada penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2004, 2005, dan tahun 2008. Pada tahun 2004 sektor pertanian tumbuh sebesar 5,79 persen namun terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian sebesar 4,43 persen. Pada tahun 2005 pertumbuhan sektor pertanian 5,13 persen dengan penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian sebesar 9,39 persen. Begitu pula dengan tahun 2008 saat pertumbuhan sektor pertanian sebesar 5,47 persen ternyata terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian sebesar 8,1 persen. Seharusnya pertumbuhan ekonomi yang dicapai diikuti oleh peningkatan penyerapan tenaga kerja. Selain PDRB sektor pertanian faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar Petani (NTP) berkaitan dengan kemampuan dan daya beli petani dalam 4 membiayai hidup rumah tangganya. (Badan Pusat Statistik, 2014). Jika daya beli petani karena pendapatan yang diterima dari kenaikan harga produksi pertanian yang dihasilkan lebih besar dari kenaikan harga barang yang dibeli, maka hal ini mengindikasikan bahwa daya dan kemampuan petani lebih baik atau tingkat pendapatan petani lebih meningkat. Alat ukur daya beli petani dapat menunjukkan tingkat kesejahteraannya dirumuskan dalam bentuk nilai tukar petani yang terbentuk oleh keterkaitan yang kompleks dari suatu sistem pembentuk harga, baik harga yang diterima maupun harga yang dibayar petani. Selama kurun waktu 2011-2013 nilai tukar petani di Provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 NTP Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 106,25 persen, kemudian terjadi penurunan sebesar 1,22 persen pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013 NTP di provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan yang sangat dratis sebesar 5,37 persen yaitu, dari 105,3 persen pada tahun 2012 menjadi 99,93 pada tahun 2013. Namun mengalami peningkatan kembali pada tahun 2014 menjadi 100,53 persen. Menurut Eyverson Ruauw (2010) penurunan ini disebabkan karena petani tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat hanya mampu menjual hasil produksinya dengan tingkat kenaikan harga yang tipis dibandingkan dengan harga bulan sebelumnya. Pada saat yang sama, harga ratarata barang dan jasa untuk konsumsi rumah tangga pedesaan maupun keperluan produksi pertanian mengalami kenaikan. Menurunnya nilai tukar petani, berarti bahwa kesejahteraan petani relatif turun, yang membawa dampak bertambahnya 5 tingkat kemiskinan sebagai salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa perkembangan PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Barat selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya namun pertumbuhan PDRB sektor pertanian cenderung mengalami penurunan. Begitu pula nilai tukar petani yang berfluktuatif selama kurun waktu 2002-2014 yaitu hanya dengan rata-rata 87,22 persen, ini menunjukkan bahwa petani belumlah sejahtera, karena rata-rata dari nilai tukar petani < 100 persen. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui faktor-faktor manakah dan bagaima faktor-faktor tersebut mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan pada uraian dan data-data diatas serta pendapat–pendapat yang dikemukakan oleh beberapa peneliti, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah kajian tentang penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang penulis tuangkan dalam sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Barat”.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > HB Economic Theory
H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor
H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management
H Social Sciences > HJ Public Finance
Divisions: Fakultas Ekonomi > Ilmu Ekonomi
Depositing User: Ms Lyse Nofriadi
Date Deposited: 26 Jan 2016 04:36
Last Modified: 26 Jan 2016 04:36
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/75

Actions (login required)

View Item View Item