EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS TULANG DAN SENDI DI BANGSAL BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

GLOCESDO, TOGAR H. TAMBA (2012) EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS TULANG DAN SENDI DI BANGSAL BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Skripsi Fulltext)
2197.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (513kB)

Abstract

Terapi tuberkulosis tulang dan sendi menggunakan obat antituberkulosis (OAT) rata – rata antara 12 - 20 bulan. Dengan dosis pemakaian untuk isoniazide, dosis lazim 300 mg satu kali sehari, dosis lazim anak anak 10 mg per berat badan maksimum 300 mg satu kali sehari. Rifampisin, dosis lazim untuk dewasa 600 mg satu kali sehari. Etambutol, dosis lazim untuk dewasa dan anak berumur diatas 12 tahun, 15 -25 mg mg per kg berat badan, satu kali sehari, maksimum 1 gram setiap hari. Streptomisin, Dosis lazim untuk dewasa adalah 15 mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari. Pirazinamid, dosis lazim untuk dewasa 15- 30 mg/kgBB satu kali sehari, maksimum 1 gram setiap hari (Wellons, 2004). Pemberian terapi obat antituberkulosis (OAT) yang tidak teratur dari dosis yang tepat dapat mengakibatkan resistensi dan komplikasi bagi penderita. Hal inilah yang menjadi permasalahan yang utama bagi penanganan penderita tuberkulosis sampai sekarang ini (Zahroa, 1996). Komplikasi yang timbul dapat mengakibatkan rusaknya fungsi ginjal, hati dan penglihatan serta kebalnya bakteri / kuman terhadap obat yang diberikan. Dari berbagai kasus pasien yang menjalani terapi cenderung mengalami resistensi pada penggunaan obat antituberkulosis (OAT). Pola resistensi ini disebabkan dengan berbagai faktor, diantaranya hanya dengan penggunaan obat tunggal, pengobatan yang tidak tepat, penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak sesuai dosis, dan pemberian obat TB yang tidak teratur. Dengan adanya pola resistensi obat yang bervariasi memerlukan suatu pemantauan yang ketat selama pemberian dosis regimen terapi obat, karena kultur dan uji sensivitas terhadap obat antituberkulosis cukup lama. (Glassroth, 1980). Selain itu ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi juga sangat sering terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan terapi dalam penanganannya. (Zahroa, 1996). Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa pengobatan tuberkulosis tulang dan sendi secara umum menggunakan kombinasi kelima OAT di atas yaitu isoniazid, rifampisin, etambutol, streptomisin dan pirazynamid. Pola penggunaan OAT yang tidak tepat baik dari regimen dosis serta kombinasi obat awal yang tidak tepat dapat mengakibatkan pola resistensi dan efek samping yang merugikan bagi penderita. Di samping itu pemantauan yang sangat ketat terhadap proses terapi harus dilakukan, sebab terapi TB ini memerlukan jangka waktu yang lama, sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Evaluasi penggunaan obat antituberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis tulang dan sendi yang berada di Bangsal bedah RSUP. Dr .M. Djamil Padang”.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Fakultas Farmasi
Depositing User: mrs Rahmadeli rahmadeli
Date Deposited: 02 May 2016 07:06
Last Modified: 02 May 2016 07:06
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/6144

Actions (login required)

View Item View Item