DINI, PUSPITA YANTI NST (2016) PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BEBERAPA FORMULASI Trichoderma viride TERHADAP VIABILITAS DAN DAYA ANTAGONISNYA DALAMMENEKANFusariumoxysporum f.spcubense (Foc) SECARAIN VITRO. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Text (Skripsi Fulltext)
2171.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Jamur Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc) merupakan salah satu patogen yang bersifat tular tanah, patogen ini dapat menyebabkan penyakit layu fusarium pada tanaman pisang. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Foc bersifat fatal dan menyerang tanaman pada berbagai fase pertumbuhan, baik saat tanaman masih berupa bibit ataupun menjelang saat panen. Sekali terserang, tanaman terinfeksi tidak dapat diselamatkan lagi (Nasir dan Jumjunidang, 2002). Pengendalian penyakit layu fusarium antara lain penggunaan bibit yang bebas penyakit, eradikasi, dan sanitasi (Nasir dan Jumjunidang, 2002). Namun cara tersebut belum memberikan hasil yang memuaskan karena Jamur Foc dapat membentuk klamidospora sehingga mampu bertahan lebih dari 20 tahun di dalam tanah (Booth, 1971 ; Ploetz, 1990), untuk itu perlu dicari alternatif pengendalian lain menggunakan mikroorganisme antagonis, salah satunya jamur Trichoderma spp. Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati. Mekanisme antagonis jamur Trichoderma spp. terhadap inangnya yaitu berupa persaingan tempat hidup, parasitisme, antibiosis, dan lisis (Trianto dan Sumantri, 2003). Trichoderma juga mampu mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman (Arwiyanto, 2003). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichoderma spp berpotensi menekan pertumbuhan Foc. Menurut Bernal (2004) Trichoderma spp. (Ts-20 dan Ts- 21) mampu menghambat koloni Foc lebih dari 70%. Selanjutnya Nurbailis (2008) melaporkan bahwa dari 33 isolat Trichoderma spp yang berasal dari rizosfir tanaman pisang pada beberapa sentra produksi di Sumatra Barat, terdapat tiga isolat yang efektif menekan pertumbuhan Foc baik secara in vitro maupun in planta. Tiga isolat tersebut adalah T1-sk (Trichoderma viride), S6-sh (Trichoderma koningii) dan S10- sh (Trichoderma sp.). Ketiga isolat tersebut mampu meningkatkan aktivitas enzim kitinase pada jaringan akar dan daun bibit pisang serta berpotensi dikembangkan untuk pengendalian penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang. Menurut Cook dan Baker (1983), beberapa jenis Trichoderma memproduksi antibiotik, misalnya Trichoderma viride yang membentuk zat gliotoxin dan viridin. Selanjutnya Besty (2011) melaporkan bahwa Trichoderma viride strain T1sk (Tv- T1sk) mampu mengkolonisasi akar pisang dan bersifat endofit pada jaringan akar pisang serta dapat menurunkan tingkat serangan penyakit layu Fusarium sebesar 93,33%. Keberhasilan aplikasi agensia hayati terutama di lapangan dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam bahan formulasi yang digunakan. Menurut Kredics et al., (2003) keberhasilan efikasi formulasi Trichoderma sebagai pengendali jamur tular tanah ditentukan oleh berberapa faktor diantaranya kelembaban tanah, jenis tanah, metode dan waktu aplikasinya. Keberhasilan formulasi Trichoderma harzianum dengan bahan pembawa campuran alang-alang dan tanah sebagai substrat tumbuhnya dapat menghambat pertumbuhan jamur Phytophthora capsici penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada (Manohara, 2008). Hasil penelitian Umrah (2009) menunjukkan bahwa Trichoderma sp yang dibentuk kedalam formulasi tablet mampu menekan pertumbuhan jamur Phytophthora palmivora penyebab penyakit busuk buah pada tanaman kakao. Formula dapat dilakukan dengan menggunakan bahan yang murah dan mudah didapat, khususnya penggunaan limbah pertanian. Misalnya, penggunaan sekam padi halus atau dedak untuk memperbanyak dan memformula Trichoderma sp. (Soesanto, 2008). Formulasi juga bisa menambah umur simpan agensia hayati yang nantinya berkembang dengan kemampuan viabilitas dan daya antagonisnya. Menurut Weller dan Cook (1983) bahwa untuk menstabilkan efektifitas agensia hayati harus diformulasikan. Hapsari (2003) melaporkan bahwa jamur Trichoderma dapat bertahan selama 3 bulan jika disimpan dalam kulkas atau sebulan di suhu kamar pada medium beras jagung yang telah difermentasi. Sedangkan bahan yang dibuat sebagai pengemas antara lain talk dan kaolin (Trianto dan Sumantri, 2003). Bentuk formulasi agensia hayati dapat berupa tepung, pelet, dan cair. Menurut Sinaga (1989) Formulasi pelet ini bentuknya kecil sehingga lebih praktis untuk dibawa atau dikirim dan diaplikasikan di lapangan. Selain itu pelet juga mampu mempertahankan kelangsungan hidup agens antagonis yang terkandung di dalamnya dengan cukup baik, meskipun viabilitasnya menurun bila disimpan dalam jangka waktu yang lama (Lewis dan Papavizas, 1985). Tingkat penurunan viabilitas antagonis dalam pelet sangat dipengaruhi oleh jenis substrat yang digunakan dalam pembentukan pelet. Substrat tersebut selain berfungsi sebagai pembawa juga sebagai makanan dasar antagonis dalam pelet (Lewis dan Papavizas, 1987). Formulasi Trichoderma dalam bentuk tepung juga dapat dilakukan dengan beberapa media pembawa dari jenis bahan organik berupa sisa tanaman yang mudah tersedia. Hal tersebut didasarkan pada komposisinya yang minimal mengandung selulosa sehingga mampu digunakan sebagai medium bagi pertumbuhan jamur saprofitik secara umum seperti jenis Trichoderma. Selanjutnya pembuatan formulasi Trichoderma dengan medium cair juga dapat dilakukan dengan menggunakan fermentor sederhana. Medium cair yang digunakan sebagai bahan pembawa adalah dari ekstraksi bahan-bahan organik seperti alang-alang, kompos, pupuk kandang, dan sekam (Purwantisari dan Hastuti, 2009). Hasil penelitian Nurhidayati (2011) melaporkan bahwa ampas tebu merupakan media pertumbuhan yang terbaik untuk pertumbuhan Tv-T1sk. Untuk pengembangan pemanfaatan Tv-T1sk sebagai agen pengendali hayati, maka isolat ini perlu diformulasi menggunakan ampas tebu yang telah terbukti efektif sebagai bahan pembawa. Oleh karena itu penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lama Penyimpanan beberapa Formulasi Trichoderma viride terhadap Viabilitas dan Daya Antagonisnya dalam Menekan Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc) secara in Vitro”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui viabilitas dan daya antagonis Tv-T1sk yang diformulasi terhadap Foc dengan lama penyimpanan yang berbeda.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) |
Divisions: | Fakultas Pertanian |
Depositing User: | mrs Rahmadeli rahmadeli |
Date Deposited: | 30 Apr 2016 08:39 |
Last Modified: | 30 Apr 2016 08:39 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/6118 |
Actions (login required)
View Item |