Pengembangan Usaha KecilMenengah di Kota Padang;Masalah dan Solusi Pada Usaha Sulaman dan Bordiran

Muksin, Sinulingga (2016) Pengembangan Usaha KecilMenengah di Kota Padang;Masalah dan Solusi Pada Usaha Sulaman dan Bordiran. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Skripsi Fulltext)
2092.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (507kB)

Abstract

Usaha kecil menengah atau sering juga disebut UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa tahun yang lalu, banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut dan memberikan kontribusi yang positf kepada perekonomian bangsa di saat itu. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UKM. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang memandang pentingnya keberadaan UKM, yaitu pertama karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua sebagai bagian dari dinamika, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga, karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dari pada usaha besar (Berry, 2001). Lebih lanjut, usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga (Kuncoro,2000). Krisis ekonomi memberi pelajaran berharga tentang kekuatan bangunan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang melalui strategi industri subtitusi impor pada periode 1970-1985 dan dilanjutkan strategi industri promosi ekspor mulai 1985 diharapkan memberikan efek yang berarti ternyata, hanya melahirkan bangunan stuktur industri yang rapuh, usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai lebih dari 70% total asset usaha di Indonesia. Sementara usaha kecil dengan jumlah 3 yang sangat besar tidak mengalami imbas dari penguasaan asset dan perkembangan yang dialami usaha besar. Namun ketika krisis terjadi pada perekonomian Indonesia, terbukti usaha besar yang lebih rapuh daya tahannya terhadap krisis. Keberadaan usaha menengah sebagai salah satu pilar UKM yang harusnya sudah lebih mandiri dan menjadi pendorong skala usaha di bawahnya menjadi dilupakan. Akibatnya usaha menengah menjadi terbiasa dengan proteksi, captive market dan menginginkan berbagai fasilitas yang disertai dengan manajemen yang tradisional membuatnya sulit berkembang. Belajar dari pengalaman pahit tersebut pemerintah Indonesia melalui kementrian Koprasi dan UKM terus berupaya menggalakkan perkembangan UKM di setiap daerah di Indonesia. Perkembangan tersebut terus dilakukan sampai sekarang dengan meluncurkan berbagai program di antaranya: Meluncurkan program bapak angkat pada tahun 2000-an, program KUK, KUD, KUR dan yang terakhir adalah program mitrabinaan. Diharapkan dengan adanya program tersebut maka UKM-UKM yang ada disetiap daerah dapat berkembang sesuai dengan keinginan pemerintah, Namun programprogram tersebut belum menunjukan hasil yang maksimal terlihat dari masih banyaknya UKM yang belum tahu tentang program tersebut. Industri kecil kerajinan di Indonesia berjumlah ribuan dengan aneka produk yang dihasilkan. Di masa krisis ekonomi,industri kecil ini sebagian besar masih tetap bertahan dan mampu mengekspor ke berbagai negara Berbagai macam kerajinan telah sekian lama menghidupi jutaan rakyat di Kota, di pinggiran Kota, di Desa dan kampung. Bahkan kini industri kecil dan kerajinan telah dapat digolongkan menjadi salah satu tiang kuat pembangunan ekonomi negara selain tetap menjadi penopang ketahanan budaya dan kesenian Nusantara. (Yusuf Affendi:1995) Diantara wujud karya kerajinan tersebut adalah produk tekstil dengan berbagai jenisnya yang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan melestarikan tradisi yang sifatnya turun temurun. Berkaitan dengan ini Koentjaraningrat menyatakan identitas seni tekstil Indonesia sebagai berikut: Seni kerajinan terutama seni tenun, seni batik, seni ikat dan seni tekstil Indonesia merupakan cabang 4 kesenian yang sudah berakar dalam kebudayaan Indonesia sejak lama, tinggi mutu keindahannya, bisa menonjolkan sifat khas keindahan Indonesia (Koentjaraningrat, 1985:16) Salah satu produk tekstil, merupakan bagian dari karya seni pakai (applied art) adalah bordir, di dalamnya tidak terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan desain, menyangkut perencanaan benda yang akan dibordir dengan berbagai fungsi, bentuk, serta ragam hias yang diterapkan. Kualitas dan keindahan produk bordir itu sendiri ditentukan dengan terpenuhinya tiga faktor utama, yakni: 1) Teknik pembuatannya, 2) Komposisi warna benang, serta 3) Ragam hias yang diterapkan (Ninis Maria TS.1992:17). Produk-produk bordir tersebut umumnya berupa barang-barang kebutuhan rumah tangga sampai produk untuk keperluan busana baik pria maupun wanita dengan berbagai ragam bentuk desain serta ragam hias yang diterapkan. Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang dikenal sebagai penghasil produk bordir selain produk-produk kerajinan yang lainnya.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > HB Economic Theory
Divisions: Fakultas Ekonomi > Manajemen
Depositing User: mrs Rahmadeli rahmadeli
Date Deposited: 29 Apr 2016 09:01
Last Modified: 29 Apr 2016 09:01
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/5496

Actions (login required)

View Item View Item