Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Apoteker yang Bekerja di Apotek di Kota Padang

Bakhtra Aulia, Dinni Dwi (2024) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Apoteker yang Bekerja di Apotek di Kota Padang. S2 thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Tesis Full Teks)
S2 Farmasi 2014 Dwi Dinni Aulia 1121213117 Ok-.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (28MB)

Abstract

Tuntutan terhadap pemuas kebutuhan manusia semakin meningkat dan beragam dewasa ini. Kondisi ini melahirkan persaingan yang semakin tinggi dalam dunia bisnis, menyebabkan dunia usaha menjadi sangat kompetitif, iklim bisnis yang selalu berubah dan tidak pasti. Hal tersebut menuntut upaya dan strategi perusahaan yang tepat agar kelangsungan hidup perusahaan tetap terjamin. Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama di setiap kegiatan yang ada didalamnya. Hal ini dikarenakan adanya garis ketersinggungan atau interaksi antar individu itu sendiri, pada organisasi maupun pada teknologinya. Hal ini mengakibatkan kehidupan dinamik dalam suatu organisasi akan menjadi suatu dinamika itu sendiri (Almigo, 2004). Sumber daya manusia pada perusahaan merupakan sumber daya yang harus selalu dievaluasi, karena merupakan faktor kunci keberhasilan dan penentu masa depan perusahaan. Melalui pengelolaan sumber daya manusia yang baik diharapkan akan mendukung perkembangan perusahaan menjadi lebih pesat, namun sebaliknya jika sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan tidak dikelola dengan baik, pada akhirnya akan menghasilkan karyawan yang kurang bermutu sehingga perusahaan tidak akan dapat berkembang dengan baik. Manusia sebagai sumber daya organisasi memiliki berbagai macam kebutuhan, dimana apabila terpenuhi memberikan motivasi dan produktivitas kerja karyawan. Salah satu tantangan dalam mengelola sumber daya manusia yang berkaitan dengan kebutuhan para karyawan adalah bagaimana menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang dapat memuaskan berbagai kebutuhan karyawan (Handoko, 2000). Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan suatu sikap berupa refleksi dari perasaan karyawan terhadap keseluruhan pekerjaan yang terdiri dari bermacam-macam aspek (Spector, 2000). Secara sederhana kepuasan kerja dapat diartikan sebagai besarnya rasa suka karyawan terhadap pekerjaannya dan ketidakpuasan kerja menunjukkan besarnya rasa tidak suka karyawan terhadap pekerjaan. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah penentu dari komitmen atas dasar pertukaran sumber daya antara individu dan organisasi (Suryanto, 2005). Kepuasan kerja karyawan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan kepuasan karyawan. Dalam hal ini, pembuat kebijakan dan manajer telah mengalihkan perhatian mereka untuk memberikan berbagai fasilitas kepada karyawan mereka untuk memuaskan karyawan mereka. Para pembuat kebijakan dan manajer harus fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, jika mereka ingin meningkatkan usaha mereka (Parvin & Kabir, 2011). Peran farmasi telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan berkembangnya ruang lingkup pelayanan kefarmasian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Perubahan ini menyebabkan apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian harus mempunyai kompetensi sesuai standar dan berkomitmen. Apoteker dengan kompetensi sesuai standar artinya apoteker yang mempunyai kemampuan kerja mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan apoteker yang berkomitmen maksudnya bahwa apoteker mempunyai ketetapan hati untuk senantiasa berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai martabat dan tradisi luhur profesi kefarmasian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 50 apoteker dari jumlah total populasi 232 apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang. Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik random sampel agar pembagiannya dapat dilakukan secara merata. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner serta menggunakan pertanyaan terbuka (open question). Terdapat 6 faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu kondisi kerja, gaji dan promosi, perlakuan adil, hubungan antara rekan kerja, hubungan dengan pimpinan. Dari 50 responden didapatkan data bahwa responden wanita lebih banyak dari pada pria dengan jumlah 41 responden yaitu 82%. Sementara itu, kelompok umur responden 25 tahun hingga 35 tahun berkisar 80% dengan jumlah 40 responden. Masa kerja yang terbanyak yaitu berkisar antara 1 - 5 tahun mencapai 35 responden yaitu 70%. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan bahwa 29 item pernyataan yang ada di dalam kuesioner dinyatakan valid dan reliabel atau handal. Sehingga kuesioner ini layak digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Metode analisis data yang digukanan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan membuat perhitungan distribusi frekwensi. Dari data hasil uji deskriptif dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang hanya berada dalam kategori cukup puas. Dari 6 faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, faktor yang paling dominan menimbulkan kepuasan kerja adalah variabel hubungan antara rekan kerja dengan total capaian responden sebesar 76,32% dan diikuti oleh variabel kepuasan terhadap perlakuan adil dengan total capaian responden sebesar 75,76%. Sementara itu faktor yang paling tidak menimbulkan kepuasan kerja terdapat pada variabel keamanan kerja dengan total capaian responden sebesar 59,80% yang merupakan kategori kurang puas. Dari hasil uji beda independent sample t-test didapatkan data bahwa berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa perempuan lebih merasa puas terhadap perlakuan adil dan kepuasan dengan hubungan antara rekan kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tertinggi pada kenyamanan kerja yaitu 3,85 dan nilai rata-rata terendah pada kepuasan terhadap keamaan kerja yaitu 2,95. Sementara itu, untuk responden laki-laki memiliki nilai rata-rata tertinggi pada kepuasan kondisi kerja yaitu 4,00 dan nilai rata-rata terendah pada kepuasan terhadap keamanan kerja yaitu 3,44. Responden yang memiliki masa kerja 1 tahun hingga 5 tahun memiliki nilai rata-rata yang tinggi terhadap kepuasan perlakuan adil yaitu 3,84 dan nilai rata-rata yang rendah terhadap kepuasan keamanan kerja yaitu 3,00. Dan responden yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun memiliki nilai rata-rata ynag tinggi kerhadap kepuasan kondisi kerja yaitu 4,17 dan nilai rata-rata yang rendah terhadap keamanan kerja yaitu 3,33. Responden yang memiliki umur 24 tahun hingga 30 tahun memiliki rata-rata yang tinggi terhadap perlakua adil dan nilai rata-rata terendah pada kepuasan keamanan kerja yaitu 2,89. Sementara responden yang umurnya lebih dari 30 tahun memiliki nilai rata-rata tertinggi terhadap kepuasan kondisi kerja yaitu 4,03 dan rata-rata terendah pada keamanan kerja yaitu 3,43. Untuk meningkatkan kepuasan kerja yang dirasakan oleh apoteker hal yang paling perlu diperhatikan adalah kesejahteraan apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang, salah satunya dengan memperhatikan lingkungan bekerja seperti luas ruangan yang ada di apotek, pengaturan suhu udara yang tepat, meminimalkan gangguan suara dari lingkungan sekitar apotek, membuat gudang obat yang layak untuk penyimpanan obat serta perlu diperhatikannya kelengkapan fasilitas penunjang yang ada di apotek. Peraturan-peraturan yang terkait dalam sistem penggajian apoteker di apotek sebaiknya dijalankan agar sistem penggajian dapat dilakukan secara merata. Untuk meningkatkan mutu pelayanan perlu dilakukan seperti harus adanya pembagian jam kerja yang pasti agar tidak terjadi kesalahan dalam pekerjaan sehingga menggangu kenyamana dan kepuasan kerja apoteker. Sangat perlu diberlakukannya aturan tentang jam kerja apoteker di apotek sesuai Undang-Undang yang berlaku. Serta sangat terpenting adalah diperlukannya jaminan asuransi keamanan bagi apoteker yang bekerja di apotek, karena jika terlalu lama berinteraksi dengan obat-obatan akan dapat menimbulkan efek buruk di kemudian hari. Perlu adanya pemeriksaan rutin bagi apoteker untuk meminimalkan efek buruk yang akan timbul nantinya.

Item Type: Thesis (S2)
Supervisors: Prof. Dr. Akmal, Djamaan, Apt; Dra. Laura Syahrul, MBA
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Fakultas Farmasi > S2 Farmasi
Depositing User: Ms Dian Budiarti
Date Deposited: 20 Oct 2025 08:41
Last Modified: 20 Oct 2025 08:41
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/512732

Actions (login required)

View Item View Item