Hubungan Ekspresi Tumor Infiltrating Sel T Regulator FoxP3+ dengan Transisi Epitel- Mesenkim Melalui Jalur Pensinyalan Transforming Growth Factor β1 pada Karsinoma Nasofaring

Yenita, Yenita (2025) Hubungan Ekspresi Tumor Infiltrating Sel T Regulator FoxP3+ dengan Transisi Epitel- Mesenkim Melalui Jalur Pensinyalan Transforming Growth Factor β1 pada Karsinoma Nasofaring. S3 thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Cover dan Abstrak)
1_cover dan abstrak Disertasi Yenita.pdf

Download (157kB)
[img] Text (BAB 1)
2_1_BAB 1_Pendahuluan_disertasi Yenita_compressed.pdf

Download (72kB)
[img] Text (BAB 7)
3_77_BAB 7_Kesimpulan dan Saran_disertasi Yenita_compressed.pdf

Download (87kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
4_79_DAFTAR PUSTAKA_disertasi Yenita_compressed.pdf

Download (103kB)
[img] Text (DISERTASI FULL)
5_Disertasi Yenita dgn Hasil turnitin_OK_compressed.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (3MB) | Request a copy

Abstract

yang menginfiltrasi tumor merupakan komponen imun penting yang terkait dengan progresivitas, metastasis, dan prognosis pada berbagai keganasan, tetapi perannya pada karsinoma nasofaring (KNF) belum sepenuhnya dipahami. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran infiltrasi sel Treg FoxP3 Sel Treg FoxP3 + dalam transisi epitel-mesenkim (TEM) pada pasien KNF. Sebanyak 57 blok parafin dari pasien KNF diikutsertakan dalam penelitian + ini. Sampel kemudian dideparafinisasi, dan double immunohistochemical staining dilakukan untuk memeriksa Treg yang menginfiltrasi yang berkolokalisasi untuk mengekspresikan FoxP3 + dan TGF-β1. Single immunohistochemical staining dilakukan untuk memeriksa sel tumor KNF yang mengekspresikan marka TEM Snail, E-cadherin, dan vimentin. Uji korelasi Gamma digunakan, dengan nilai p < 0,05 dianggap signifikan secara statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Usia tertinggi pasien KNF adalah 70 tahun dan terendah 10 tahun, laki-laki merupakan pasien yang terbanyak. Karsinoma nasofaring tipe KSS tidak berkeratin subtipe tidak berdiferensiasi merupakan kasus yang terbanyak. Ekspresi Treg FoxP3 berhubungan positif lemah dengan ekspresi TGF-β1 pada KNF (r = 0,375, p > 0,05). Ekspresi Treg FoxP3⁺ berhubungan positif yang sangat kuat dengan ekspresi Snail pada KNF (r = 0,826, p < 0,05). Ekspresi TGF-β1 berhubungan positif yang sangat lemah dengan ekspresi Snail pada KNF (r = 0,171, p > 0,05). Ekspresi Snail berhubungan negatif yang lemah dengan ekspresi E-cadherin pada KNF (r = -0,229, p > 0,05). Ekspresi Snail berhubungan positif yang sangat kuat dengan ekspresi vimentin pada KNF (r = 0,807, p < 0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa TEM parsial yang dialami sel-sel tumor KNF bukan hanya diinduksi oleh TGF-β1 yang disekresikan oleh sel Treg FoxP3⁺ saja. Sel Treg FoxP3⁺ dihipotesiskan berperan dalam TEM parsial melalui peran imunosupresifnya terhadap sel T efektor.

Item Type: Thesis (S3)
Supervisors: Prof. Dr. dr. Aisyah Elliyanti, Sp.KN (K), M.Kes;Dr. dr. Efrida, Sp.PK(K), M.Kes; Dr. dr. Daan Khambri, Sp.B(K)-Onk, M.Kes
Uncontrolled Keywords: Karsinoma nasofaring, sel T regulator FoxP3, Snail, Transforming Growth factor-bi,transisi epitel-mesenkin
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
R Medicine > RB Pathology
Divisions: Pascasarjana (S3)
Depositing User: s3 Biomedik kedokteran
Date Deposited: 08 Aug 2025 07:20
Last Modified: 08 Aug 2025 07:20
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/501447

Actions (login required)

View Item View Item