KETTY KARTIKA, CHANDRA (2013) Jaringan Perdagangan Telur Penyu Di Kota Padang (Studi Kasus Pedagang Telur Penyu di Pantai Muara Padang). S1 thesis, Universitas Andalas.
![]() |
Text (Skripsi Full Teks)
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SOSIOLOGI 2013 KETTY KARTIKA CHANDRA 0910812021.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (5MB) |
Abstract
Padang sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera Barat terkenal dengan keindahan pantainya dan menjadi salah satu tujuan wisata yang paling diminat. Salah satu pantai yang terkcnal adalah Pantai Muara Padang. Selain terkenal dengan pemandangannya yang indah saat matahari terbenam. pantai ini juga terkenal dengan perdagangan telur penyunya. Penyu adalah kura-kura laut yang keberadaanya sekarang telah terancam kepunahan. Dikarenakan sulitnya masa bertelur dan perkembangbiakkan, ditambah lagi dengan perburuan yang dilakukan oleh manusia. dibuatlah Regulasi Perlindungan Penyu. Di Indonesia sendiri semuanya jenis penyu baik hidup maupun mati dan bagian-bagiannya telah dilindungi. Pada tahun 1990 pemerintah RI mengeluarkan Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konserva.si Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Salah satu bunyi pasalnya adalah sebagai berikut : Dilarang Mengambil. merusak, memusnahkan, mempemiagakan, menyimpang atau memiliki telur dan aiau satwa yang dilindungi. dalam pasaJ tersebut lertulis dengan jelas bahwa perdagangan telur penyu dilarang oleh UU. tetapi pada kenyataanya telur penyu ini dapat diperjualbelikan secara bebas di daerah Pantai Muara Padang. Meskipun sudah ada UU yang melarangnya, tetapi perdagangan telur penyu masih bertahan sampai sekarang, hal ini dikarenakan kualnya jaringan perdagangan telur penyu tersebut. Teori yang dipakai adalah Actor-Network-Theory atau sering disingkai ANT yang digagas oleh Lalour, dalam ANT terdapat 3 asomsi yang membuat bertahannya sebuah jaringan, yaltu ; Akian, Non-human, Hermanitik. Dalam jaringan perdagangan telur penyu ini, aktan adalah aktor yang mengendalikan seluruh jaringan perdagangan. berupa; agen. Faktor Non-Human seperti; Pulau sebagai lempat bertelur penyu, perahu dan mobil sebagai moda iransportasi yang memungkinkan mengantarkan teliu" penyu sampai ke tangan pedagang di Pantai Muara Padang. Faktor yang terakhir adalah faktor hermanitik yaitu simbol-simbol yang disepakati bersama dalam jaringan. Simbol-simbol tersebut antara lain Katuang, Buyuang Kaiuang, Ombak Katuang dan sebagainya. Selain fakior-faktor di alas, masih ada faktor yang berada di luar jaringan yang membuat perdagangan telur penyu ini bertahan yaitu ; kepercayaan yang dianut masyarakat berkenaan dengan khasiat telur penyu dan sikap pemerintah yang kurang tegas dalam memutus mata rantai jaringan perdagangan telur penyu di Kola Padang ini
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Supervisors: | Dr. Bob Alfiandi, M.Si;Drs. Rinaldi Eka Putra, M.Si |
Subjects: | H Social Sciences > HM Sociology |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > S1 Sosiologi |
Depositing User: | Ms Dian Budiarti |
Date Deposited: | 18 Feb 2025 08:10 |
Last Modified: | 18 Feb 2025 08:10 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/488657 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |