YENTI, GUSTIA (2016) TRADISI TURUN MANDI BAYI BARU LAHIR PADA MASYARAKAT NAGARI BATU GAJAH, KECAMATAN SANGIR BATANGHARI. Diploma thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.
|
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf - Published Version Download (185kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
BAB I.pdf - Published Version Download (1MB) | Preview |
|
|
Text (BAB V)
BAB V.pdf - Published Version Download (353kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (241kB) | Preview |
|
Text (SKRIPSI TEXT FULL)
SKRIPSI TEXT FULL.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (7MB) |
Abstract
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tradisi adalah adat atau kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi yang masih dilaksanakan sampai sekarang ini adalah tradisi turun mandi pada bayi baru lahir. Tradisi ini mempunyai arti penting dan terkandung nilai-nilai tersendiri yang dipahami oleh masyarakat itu sendiri, yang dimana tradisi ini hal yang wajib dilakukan dan masih dipertahankan meskipun bertolak belakang terhadap keadaan ekonomi masyarakat Nagari Batu Gajah yang lemah. Tradisi turun mandi ini merupakan salah satu bentuk aktifitas dan adat yang tidak terlepas dari ketentuan nilai-nilai, aturan-aturan, dan norma yang berlaku yang dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat yang ada pada Kenagarian Batu Gajah. Didalam pelaksanaannya tradisi ini dilakukan dengan tahapan atau proses dan cara-cara adat maupun agama yang diwariskan sejak dahulunya yang telah ada sampai sekarang masih bertahan serta dilestarikan nilai-nilai budaya tersebut sebagai bentuk identitas kebudayaan lokal masyarakat Minangkabau di Kenagarian Batu Gajah. Tradisi turun mandi merupakan juga bagian dari unsur kebudayaan yang pelaksanaan yang mempunyai makna yang dianggap penting oleh masyarakat Nagari Batu Gajah. Dimana dalam upacara Turun mandi merupakan salah satu bentuk aktifitas kebudyaan masyarakat Batu Gajah yang mana dilaksanakan tradisi turun mandi. Berikut makna tradisi turun mandi didalam aktifitas-aktifitas masyarakat Nagari Batu Gajah pada bayi baru lahir, Disini menjelaskan makna-makna yang terkandung didalam tradisi turun mandi. Makna adalah arti yang terkandung dalam sebuah simbol yang terdapat dalam kognitif masyarakat pendukungnya, dimana makna itulah yag membentuk dan mengarahkan bagaimna masyarakat bertindak dan memandang dunia yang ada disekitar mereka. Setiap orang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda namun dalam kondisi tertentu dan dipandu oleh sebuah simbol maka cara pandang, pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda itu dapat disampaikan setidaknya mengarah sama. Makna yang terkandung dalam upacara turun mandi yaitu: Pertama Makna yang tekandung dalam tradisi turun mandi yaitu makna benda yang digunakan saat pelaksanakan upacara turun mandi terhadap anak berdasarkan pada penjelasan Blumer bahwa manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka, jadi berdasarkan hasil penelitian dapat penulis lihat bahwa tradisi turun mandi pada masyarakat Nagari Batu Gajah karena benda yang digunakan sangat mempunyai mkna salah satunya benda yaitu: sigi kain buruak (obor yang terdapat dari kain-kain yang tidak digunakan lagi) bermakna jiko kalam basigi, jiko licin batungkek, yaitu mengajarkan kepada bayi jika besar kelak nantinya tidak ada satupun hambatan dalam menuntut ilmu dunia dan akhirat. Kedua Makna upacara turun mandi terhadap masyarakat sosial dilihat dari kesosial masyarakat turun mandi bermakna untuk dapat meningkatkan komunikasi antar individu dan kelompok dalam masyarakat, dan mempererat hubungan tali kekerabatan, makna ini muncul sesuai dengan konsep Blumer bahwa makna tersebut disempurnakan pada saat interaksi sosial berlansung jadi makna mempererat hubungan tali kekerabatan ini terealisasi pada saat terjadinya interaksi seseorang pada saat seseorang berkumpul di rumah orang yang melakukan upacara turun mandi, Dan mereka saling menceritakan pengalaman hidup mereka masing-masing selama mereka tidak bertemu, hal disebabkan karena selain kondisi alam yang menyebabkan mereka hidup berjauhan, juga disebabkan karena pada umumnya masyarakat Nagari Batu Gajah adalah bermata pencaharian se bagai petani, mereka pergi kerja pagi pulang sore oleh karena itu mereka jarang bertemu, jadi kesempatan mereka berkumpul hanya kalau ada upacara seperti upacara kematian, perkawinan, upacara turun mandi ini maka masyarakat akan berkumpul dan saat mereka berkumpul inilah hubungan kekerabatan mereka dapat terjalin dengan erat, mereka juga saling bekerja sama dan saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya, seperti pepatah orang MinangKabau “berat sama dipikua ringan sama dijinjiang.” Dari konsep Turner tersebut bahwa upacara turun mandi yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Batu Gajah tersebut tidak terlepas dari simbol-simbol yang di dalamnya terkandung makna dalam kehidupan sosial masyarakat, upacara turun mandi bagi orang Nagari Batu Gajah tidak terlepas dari adat dan kepercayaan, walaupun terkadang terdapat kontrovelsial baik bagi sebagian kecil masyarakat maupun bagi masyarakat di daerah lain, tetapi tradisi ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat Nagari Batu Gajah. Menurut masyarakat tradisi turun mandi pada bayi baru lahir adalah panduan antara adat dan kepercayaan yang banyak manfaatnya. B. SARAN Dalam skripsi penulis menyarankan masalah-masalah atau problema sosial yang terjadi masyarakat Nagari Batu Gajah dalam memperingati kelahiran seorang bayi atau tradisi tradisi turun mandi yaitu : Pertama setiap masyarakat pasti memiliki ciri khas tradisi yang melembaga dalam ritualitas kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri tersebut telah menjadi identitas yang hendaknya harus dihormati sebagai wujud pergulatan rasionalitas bagi para penganutnya. Oleh karena itu, tradisi turunmandi yang dilakukan masyarakat Batu Gajah, hendaknya jangan dipahami sekedar ritualitas belaka, melainkan memiliki dimensi spiritualitas yang mendalam yang harus diteliti, digali dan diungkapkan. Kedua, kepada masyarakat Batu Gajah khususnya yang menganut agama Islam yang konservatif Tarekat Sattariyah haruslah menjaga dan melestarikan tradisi baok kayia (turun mandi) ini pada bayi baru lahir sebagai bentuk identitas kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun dan perlu diketahuai bagi dari generasi ke genarasi agar dapat dipertahankan dan tetap dilaksanakan pada masyarakat di Nagari Batu Gajah. Dan keempat hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan di masa mendatang ada penelitian yang berusaha menggali nilai-nilai yang belum terungkap dalam karya ilmiah ini.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology |
Depositing User: | s1 antropologi sosial |
Date Deposited: | 11 Apr 2016 07:57 |
Last Modified: | 11 Apr 2016 07:57 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/4455 |
Actions (login required)
View Item |