Yuni, Ernita (2018) MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DAN BIOETANOL LIMBAH KULIT KAKAO DI SUMATERA BARAT. Doctoral thesis, Universitas Andalas.
|
Text (cover dan abstrak)
cover dan abstrak.pdf - Published Version Download (143kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
4 DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (179kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I PENDAHULUAN)
BAB I. PENDAHULUAN.pdf - Published Version Download (260kB) | Preview |
|
|
Text (BAB AKHIR KESIMPULAN)
BAB AKHIR KESIMPULAN.pdf - Published Version Download (217kB) | Preview |
|
Text (DISERTASI FULL TEXT)
DISERTASI.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (4MB) |
Abstract
Abstrak Model pengembangan industri kakao dan bioetanol limbah kulit kakao dibangun berdasarkan pada : (1) faktor yang mempengaruhi dan tujuan pengembangan; (2) manajemen risiko rantai pasok; (3) lokasi pengembangan; (4) kelayakan investasi; dan (5) nilai tambah pengolahan kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pengembangan industri kakao di Sumatera Barat adalah biaya investasi tetap, pemasaran hasil olahan, ketersediaan sarana dan prasarana, dukungan pemerintah, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku. Faktor utama yang mempengaruhi pengembangan industri bioetanol adalah biaya investasi tetap, dukungan pemerintah, ketersediaan sarana dan prasarana, pemasaran bioetanol, dan teknologi proses pengolahan. Tujuan pengembangan industri kakao adalah pengembangan industri hilir, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan ekonomi pedesaan. Tujuan pengembangan industri bioetanol adalah pengolahan dan pemanfaatan limbah kulit kakao, peningkatan daya guna berbagai sumber potensial untuk bahan baku bioetanol, dan pengembangan industri hilir. Manajemen risiko rantai pasok pengembangan industri kakao menunjukkan bahwa sumber risiko rantai pasok yang potensial adalah risiko produksi. Jenis risiko tertinggi adalah risiko ketersediaan modal investasi industri, kebijakan pemerintah, keterampilan dan pengetahuan personal, biaya proses produksi, dan ketidakpastian harga. Manajemen risiko rantai pasok industri bioetanol menunjukkan bahwa risiko produksi berada pada risiko utama yang potensial terjadi. Jenis risiko tertinggi adalah kebijakan pemerintah, keterampilan dan pengetahuan personal, dan ketersediaan modal investasi. Usaha pengendalian risiko pada industri kakao dan bioetanol sesuai dengan nilai prioritas pada Risk Operational Process (ROP) adalah melemahkan risiko, pemisahan risiko, dan menghindari risiko. Pengendalian dilakukan dengan Operational Key Process (OKP), Operational Process Cycle (OPC), dan Organization Performance Factor (OPF). Daerah yang paling berpotensi untuk pengembangan industri kakao dan bioetanol limbah kulit kakao adalah Kabupaten Lima Puluh kota, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan kriteria (NPV, IRR, Net B/C Ratio, PBP, dan analisis sensitivitas) pengembangan industri kakao kapasitas 250 kg/hari layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan kriteria (NPV, IRR, Net B/C Ratio, PBP, dan analisis sensitivitas) pengembangan industri bioetanol kapasitas 300 liter/hari layak untuk dilaksanakan. Nilai tambah pengolahan biji kakao menjadi lemak kakao adalah sebesar Rp 83.000,-/kg atau 73% dari nilai outputnya. Nilai tambah pengolahan biji kakao menjadi bubuk kakao adalah sebesar Rp 59.000,-/kg atau 66% dari nilai outputnya. Nilai tambah pengolahan limbah kulit kakao menjadi bioetanol adalah sebesar Rp 1.390,-/kg atau 70% dari nilai outputnya. Kata kunci : model pengembangan industri, industri kakao, industri bioetanol limbah kulit kakao
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Primary Supervisor: | Dr. Rika Ampuh Hadiguna, ST, MT |
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) |
Divisions: | Pascasarjana (Disertasi) |
Depositing User: | S3 Ilmu-Ilmu Pertanian |
Date Deposited: | 15 May 2018 14:25 |
Last Modified: | 15 May 2018 14:25 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/34472 |
Actions (login required)
View Item |