BENI, ARENGGA (2013) JENIS-JENIS EKTOPARASIT PADAMAMALIA KECIL YANG DITEMUKAN DI PASAR RAYA PADANG, SUMATERA BARAT. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Text
379.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Mamalia kecil dikenal sebagai sumber penyebaran penyakit, terutama Rodentia berperan sebagai pembawa sekitar 200 penyakit (Saim dan Suyanto, 2004). Tikus merupakan jenis mamalia kecil yang tergolong Ordo Rodentia. Tikus memiliki bentuk hidup yang kosmopolit sehingga tikus dapat ditemukan di mana saja seperti rumah penduduk, hutan dan lain-lain. Tikus berperan sebagai vektor atau sumber penyebaran penyakit pada manusia dan hewan (Kadarsan, 1968). Peranan tikus sebagai vektor atau sumber penyebaran penyakit karena pada tikus hidup bemacam-macam parasit, yang dapat digolongkan atas ektoparasit dan endoparasit. Endoparasit pada tikus pada umumnya berupa cacing yang hidup pada saluran pencernaan yaitu cacing dari golongan Trematoda, Nematoda, Cestoda dan Acanthocepala (Brown, 1979 dan Levine, 1990). Ektoparasit yang umum terdapat pada tikus adalah pinjal, kutu, tungau, dan caplak (Hati, 1979). Penelitian-penelitian mengenai ekstoparasit telah dilakukan di Indonesia seperti penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2009) di pasar Johar Kota Semarang, ditemukan dua jenis ektoparasit (pinjal dan tungau) yaitu Xenopsylla cheopis dan Laelaps nuttalli pada lima jenis tikus yaitu Rattus norvegicus, Rattus norvegicu javanus, Bandicota indica, Rattus tanezumi dan Suncus murinus. Di Sumatera Barat juga telah dilakukan penelitian mengenai ektoparasit antara lain oleh Nurdin, Murni, Marusin dan Salmah (1990) di Cagar Alam Panti Pasaman, ditemukan sembilan jenis ektoparasit yaitu Amblyomma sp., Ascoschoengastia indica, Echinolaelaps echidninus, Eutrombicula sp., Haemaphysalis sp., Haematopinus spinolosus, Ixodes sp., Leptotrombidium (Leptotrombidium) deliense dan Xenopsylla 3 cheopis pada tujuh jenis tikus yaitu Rattus argentiventer, R. exulans, R. muelleri, R. sabanus, Rattus sp., R. tiomanicus dan R. whiteheadi. Pada penelitian Yulia (1994), di Desa Batu Busuk Padang didapatkan delapan jenis ektoparasit yaitu Xenopsylla cheopis, Polyplax spinulosa, Echinolaelaps echidninus, Laelaps nutalli, Longolaelaps sp., Ixodes granulatus, Rhipicephalus sp. dan Haemaphysalis sp. pada tiga jenis tikus yaitu Rattus whiteheadi, R. diardii dan R. muelleri. Pada penelitian Mairawita (2001) di PTPN VI Kinali Pasaman, ditemukan delapan jenis ektoparasit yaitu Echinolaelaps echidninus, Eutrombicula wichmanni, Gahrliepia insigne, Laelaps nutalli, Leptotrombidium (Leptotrombidium) deliense, Leptotrombidium sp., Longolaelaps sp. dan Odontacarus sp. pada lima jenis tikus yaitu Rattus rajah, R. tiomanicus, R. rattus, R. argentiventer dan R. exulans. Pada penelitian Erza (2008) di kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas, ditemukan lima jenis ektoparasit yaitu Amblyomma sp., Echinolaelaps echidninus, Haemaphysalis sp., Rhipicephalus sp. dan Nosopsyllus fasciatus pada dua jenis tikus yaitu Leopoldamis sabanus dan Maxomis whiteheadi. Namun informasi mengenai jenis ekstoparasit pada mamalia kecil di daerah urban (perkotaan) khususnya Sumatera Barat, belum pernah dilakukan sebelumnya. Sumatera Barat merupakan provinsi dengan 19 kabupaten/kota, salah satunya adalah kota Padang yang merupakan ibukota Sumatera Barat. Kota Padang merupakan daerah urban (Perkotaan) yang memiliki area permukiman dan industri sehingga sektor perekonomian dan perdagangan semakin berkembang. Oleh karena itu, Kota Padang memiliki banyak pasar salah satu diantaranya adalah Pasar Raya. Pasar Raya Padang merupakan pasar induk dari pasar yang ada di Kota Padang. Pasar ini adalah pasar tradisional terbesar yang memiliki tempat pembuangan sampah sementara (TPS), los, serta warung makan, yang dalam aktivitasnya seharihari ditempat tersebut menghasilkan sisa makanan atau sampah dan jika tidak 4 dibersihkan dalam waktu yang cepat maka akan terjadi lingkungan yang kotor dan tempat inilah yang sangat disukai tikus untuk mempertahankan hidupnya. Maka bisa dipastikan kepadatan tikus di Pasar tersebut cukup tinggi dan dengan kepadatan tikus yang tinggi maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada ektoparasitnya. Selain informasi diatas, pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di pasar, selalu ditemukan satu jenis cecurut (Ordo Insektivora), seperti penelitian di Pasar Peterongan dan Pasar Wonodri Semarang (Listiyarini, 2006) dan di Pasar Tradisional Semarang Selatan (Martini dan Hestiningsih, 2010). Berdasarkan informasi dan alasan tersebut maka dilakukan penelitian tentang ektoparasit pada mamalia kecil di Pasar Raya Padang.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | Q Science > Q Science (General) Q Science > QH Natural history > QH301 Biology |
Divisions: | Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam > Biologi |
Depositing User: | Ms Ikmal Fitriyani Alfiah |
Date Deposited: | 02 Mar 2016 04:41 |
Last Modified: | 02 Mar 2016 04:41 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2996 |
Actions (login required)
View Item |