KEANEKARAGAMAN SEMUT PADA PERTANAMAN KAKAO : STUDI KASUS DI NAGARI BALIMBING KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR

HARRY, FERNANDO (2013) KEANEKARAGAMAN SEMUT PADA PERTANAMAN KAKAO : STUDI KASUS DI NAGARI BALIMBING KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
375.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an. Luas areal tanaman kakao di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 588.311 ha. Dari total areal tersebut, 447.812 ha (76,12%) adalah areal perkebunan rakyat, 81.994 ha (13,94%) adalah areal perkebunan besar swasta, dan 58.505 ha (9,94%) adalah areal perkebunan besar negara (Ditjenbun, 2000). Keberhasilan perluasan areal tersebut telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading pada tahun 2002, tetapi pada tahun 2003 tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana (Goenadi et al, 2005). Produksi nasional pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 471.336 ton, dengan rincian 391.124 ton (82,98%) berasal dari perkebunan rakyat, 35.609 ton (7,55%) berasal dari perkebunan besar swasta, dan 44.603 ton (9,46%) berasal dari perkebunan besar negara (Ditjenbun, 2000). Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia karena Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup luas untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah, Maluku, Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat (Goenadi et al. 2005 dan Disbun Sumbar, 2007). Sehubungan dengan itu Dinas perkebunan Sumbar telah menargetkan luas kebun kakao pada tahun 2010 mencapai + 100.000 hektar. Peningkatan luas tanam kakao yang cukup tinggi baru terjadi pada tahun 2005 yaitu dari 13.197 ha pada tahun 2004 menjadi 21.139 ha pada tahun 2005 atau terjadi peningkatan sebesar 7.942 ha/tahun, dan pada akhir Maret tahun 2007 luas kebun kakao telah mencapai + 34.000 ha (Disbun Sumbar, 2007), atau terjadi peningkatan + 12.861 ha selama 2 tahun. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pertambahan luas kebun kakao pertahun berkisar antara 6.500 – 8.000 ha. Kebun kakao di Sumbar terdapat dihampir semua kabupaten/kota, tetapi yang menjadi sentra produksi saat ini adalah di lima kabupaten yaitu, Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, Lima Puluh Kota dan Tanah Datar. (Disbun Sumbar, 2007) Salah satu faktor utama yang menjadi kendala dalam peningkatan produksi tanaman kakao adalah serangan hama dan penyakit. Hama serangga yang menyerang tanaman kakao seperti penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella), kepik pengisap buah (Helopeltis sp), penggerek batang/cabang (Glenea sp). Hama tersebut merupakan hama yang perlu dilakukan perhatian khusus pada tanaman kakao (Simanjuntak, 2002). Serangan hama PBK dapat menurunkan produktivitas kakao mencapai 82,2% (Wardoyo, 1980). Luas serangan PBK di Sumatera Barat seperti yang dilaporkan Disbun Sumbar (2007) adalah 1.047 ha. PBK dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar dan malah dapat menyebabkan terjadinya kegagalan usaha tani kakao terutama pada kebun yang tidak dikelola dengan baik. Sifat hama PBK yang dapat menimbulkan serangan yang serius disebabkan perkembangbiakannya cepat, penyebaran relatif cepat karena imagonya tertarik dengan cahaya sehingga mudah terbawa oleh kenderaan bermotor dan sulit dikendalikan karena larva berada di dalam buah (Sulistywati, 1993). Hama pengisap buah (Helopeltis sp) dapat mengurangi mutu dan jumlah produk karena biji menjadi lebih kecil, dan pada serangan berat menyebabkan kesehatan pohon terganggu. Serangan Helopeltis sp dapat menurunkan produksi 46 % pada tahun yang sama sejak penyerangan, sedangkan pada tahun berikutnya dapat mencapai 61 hingga 75 % ( Susanto 1999). Secara umum pengendalian hama yang telah dilakukan oleh petani maupun di kebun swasta adalah secara kultur teknis (pemangkasan), metode panen sering untuk memutus siklus hidup hama, penyelubungan buah yang bertujuan untuk mencegah imago hama meletakkan telur pada buah kakao dan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida secara terus-menerus tentu akan menimbulkan masalah lain yang lebih berat, antara lain terjadinya resistensi hama, pencemaran lingkungan, timbulnya hama sekunder, terbunuhnya musuh-musuh alami dan terjadinya residu pada produk. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian yang terpadu dan ramah lingkungan. Pengendalian tersebut adalah pengendalian dengan cara menggunakan musuh alami dari hama tanaman kakao tersebut. Semut adalah salah satu predator dari Helopeltis sp. Jadi semut dapat digunakan sebagai salah satu pengendali dari Helopeltis sp (Simanjuntak, 2002). Beberapa jenis semut memberi manfaat besar bagi petani kakao seperti Semut hitam (Dolichoderus bituberculatus), semut angkrang/rangrang (Oecophylla smaragdina), dan semut Iridomyrmex. Semut hitam (Dolichoderus bituberculatus) biasanya bersarang di tempat teduh pada pohon, semut ini berguna sekali karena semut ini mampu mengusir banyak hama dari pohon kakao. Semut ini terkenal untuk mengusir pengisap buah Helopeltis sp (Simanjuntak, 2002). Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) biasanya membuat sarangnya di antara daun pohon yang ditempelkan dengan selaput lilin. Semut ini sangat ganas pada kebanyakan serangga lain. Semut ini berwarna coklat kemerah-merahan, dengan panjang badan 5 mm atau 8-10 mm (Simanjuntak, 2002). Semut Iridomyrmex adalah pemangsa penting pada kepompong penggerek buah kakao (PBK). Semut tersebut berwarna hitam kecoklatan dan panjang badannya 2,5 sampai 3,5 mm. Semut Iridomyrmex dapat ditemukan pada pohon atau tanah (Departemen Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian, 2010). Semut mempunyai manfaat yang sangat besar bagi petani kakao, ada banyak spesies semut yang hidup di perkebunan kakao. Sehubungan dengan hal tersebut penulis telah melaksanakan penelitian dengan judul Keanekaragaman semut pada pertanaman kakao : Studi kasus di Nagari Balimbing Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman semut pada pertanaman kakao di Nagari Balimbing Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
S Agriculture > SB Plant culture
Divisions: Fakultas Pertanian
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 02 Mar 2016 04:34
Last Modified: 02 Mar 2016 04:34
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2986

Actions (login required)

View Item View Item