YELDA, EFNI (2013) ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis jacq) DI PT. INCASI RAYA KABUPATEN SOLOK SELATAN. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Text
275.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (330kB) |
Abstract
Upaya pembangunan Subsektor perkebunan merupakan salah satu tujuan pokok dalam pembangunan pertanian. Dengan demikian, pembangunan Jangka Panjang Tahap II yang sedang disiapkan tetap berdasarkan andalan pembangunan pertanian. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jacq) adalah salah satu tanaman utama penunjang devisa (Utomo dan Zaman, 1994). Komoditas Kelapa Sawit merupakan sektor penunjang pendapatan dari sektor non migas serta untuk memenuhi kebutuhan industri minyak nabati dan industri minyak lainnya didalam negeri. Untuk itu pemerintah telah berusaha meningkatkan produksi Kelapa Sawit baik melalui ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi (Dja’far, 1989). Bagi Indonesia, Kelapa Sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sumber perolehan devisa negara. Kelapa Sawit juga dapat menjadi pendorong di sektor pertanian lainya seperti jasa, perdagangan, dan pengembangan wilayah. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria. Kelapa Sawit termasuk yang banyak di minati investor karena nilai ekonomisnya cukup tinggi (Fauzi, 2008). Permintaan terhadap hasil olahan Kelapa Sawit khususnya minyak Kelapa Sawit selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya (Pahan, 2006). Salah satu kendala yang cukup potensial dalam pembangunan pertanian adalah kehilangan hasil yang disebabkan oleh adanya jasad hidup pengganggu. Salah satu unsur jasad hidup penggangu tersebut adalah kehadiran gulma. Dalam ekosistem perkebunan Kelapa Sawit, gulma mutlak harus dikendalikan sehubungan dengan penurunan kualitas dan kuantitas hasil serta menambah tingkat kesukaran dalam 3 teknik pemeliharaan kebun. Kehadiran gulma pada perkebunan Kelapa Sawit dapat menyebabkan penurunan produksi sebesar 15-20 % (Utomo dan Zaman, 1994). Di Amerika Serikat kerugian terhadap tanaman budidaya oleh gulma adalah sekitar 28%, kalau dibandingkan dengan kerugian oleh penyakit 35%, hama 33%, dan nematoda 4% (Dja’far, 1989). Keberadaan gulma pada areal perkebunan Kelapa Sawit dapat menimbulkan masalah antara lain menghambat pertumbuhan, perkembangan maupun kualitas hasil panen serta meningkatkan biaya produksi serta menghambat kelancaran aktivitas pertanian (Soeryani, 1974). Pengendalian gulma ini harus lebih memperhatikan sifat jenis-jenis gulma. Menurut Pahan (2008) pengendalian gulma harus ditujukan khusus pada jenis-jenis yang merugikan karena sangat kompetitif dan persisten, mempunyai daya saing yang sangat tinggi sehingga dapat menekan pertumbuhan tanaman Kelapa Sawit yang masih muda bahkan menurunkan produksi tanaman pada densitas rendah. Beberapa laporan menginformasikan pengaruh gulma pada perkebunan Kelapa Sawit dapat mengurangi produksi panen Kelapa Sawit. Mikania micrantha dilaporkan dapat menurunkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 20% karena pertumbuhannya sangat cepat dan mengeluarkan zat allelopatik yang bersifat racun bagi tanaman (Rambe, 2010). Perkebunan Kelapa Sawit terbesar di Sumatra Barat terdapat di tiga Kabupaten yaitu Pasaman Barat, Dharmasraya dan Solok Selatan. Berikut adalah Tabel komiditi dan potensi wilayah Kelapa Sawit yang terdapat di Provinsi Sumatra Barat yaitu : 4 Tabel 1 : Perbandingan hasil produksi Kelapa Sawit No Tahun Komiditi/wilayah Kabupaten Pasaman Barat Dhamasraya Solok Selatan Luas (Ha) Produksi/ Ha Luas (Ha) Produksi/ Ha Luas (Ha) Produksi/ Ha 1 2001 60.827 1.254 99.545 3.124 41.147 2.984 2 2002 64.824 1.536 82.841 2.342 40.656 2.867 3 2003 118.797 1.982 78.155 2.541 31.307 2.836 4 2004 120.676 2.489 67.221 2.984 31.397 2.798 5 2005 122.376 2.658 69.321 2.876 31.410 2.778 6 2006 122.475 2.797 59.790 2.781 34.419 2.695 7 2007 127.275 2.797 61.020 2.781 34.882 2.695 8 2008 148.972 2.821 61.690 2.882 34.972 2.595 9 2009 151.889 1.000 63.212 1.600 34.330 1.300 10 2010 153.126 2.791 68.382 2.755 34.622 2.313 11 2011 153.376 3.283 69.000 3.062 35.377 1.891 Sumber : Dinas Perkebunan Sumbar, 2010 Dari Tabel di atas dapat dilihat dari ketiga Kabupaten yang mendominasi perkebunan Kelapa Sawit di Sumatra Barat Kabupaten Solok Selatan menempati urutan ke 3 tingkat Sumbar karena mengalami hasil produksi yang tidak stabil yaitu pada tahun 2001 sampai 2009 mengalami penurunan dan 2010 mengalami peningkatan dan 2011 mengalami penurunan lagi data ini didukung dari Dinas Perkebunan Sumbar 2010. Penurunan hasil produksi ini bisa disebabkan oleh kurangnya perawatan, salah satunya gulma dan kurangnya pengendalian gulma tersebut. Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman yang dapat menimbulkan resiko terutama penurunan hasi produksi. Penurunan hasil dapat mencapai 20 % hingga 80 % jika gulma tidak dikendalikan (Moenandir, 1988). Mengingat besarnya pengaruh gulma terhadap produksi perkebunan dan pertanian, maka diperlukan adanya pengelolaan pengendalian gulma yang tepat. Untuk itu perlu dilakukan analisis vegetasi gulma untuk mengetahui sifat-sifat gulma, komposisi dan struktur jenis gulma yang diperlukan dalam menentukan cara pengendalian gulma pada perkebunan tersebut. Sehingga pengendalian gulma bukan lagi merupakan usaha 5 sambilan, tetapi merupakan bagian dari pengelolaan organisme pengganggu yang merupakan komponen pokok dalam proses produksi pertanian (Sukman, 1991). Penelitian mengenai Analisis Vegetasi Gulma sebelumnya telah dilakukan oleh Adriadi (2012) tentang komunitas gulma pada perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Muaro Bulian Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi yang dilakukan pada umur kelapa sawit 8 tahun dengan jenis tanah ultisol dan suhu ± 280C dan ditemukan 20 famili dengan 56 jenis gulma pada perkebunan tersebut, gulma yang dominan adalah Paspalum conjugatum Berg, Asystasia coromandeliana Nees, Axonopus compressus (Swartz) Beauv. Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Putra (1998) tentang komunitas gulma pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut di daerah Tiku dan ditemukan 18 famili dengan 35 jenis gulma pada perkebunan tersebut, gulma yang dominan adalah Isachne globusa (L.) Thumb., Thelypteris motleyona M., Axonopus compressus Sw., Lygodium scandens L. Gulma tersebut menganggu dalam produktivitas Kelapa Sawit. Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Incasi Raya Kabupaten Solok Selatan merupakan komoditas yang paling penting dan utama dalam menunjang perekonomian dan menjadi lapangan kerja bagi masyarakat Solok Selatan, perkebunan ini terletak pada ketinggian 350 mdpl dengan jenis tanah latosol (Dinas Perkebunan Solok Selatan, 2010). Penelitian ini dilakukan pada Kelapa Sawit dengan tiga tingkat umur yang berbeda yaitu pada masa periode kritis (0-5 tahun), pada Kelapa Sawit berumur sedang (5-10) dan pada Kelapa Sawit berumur dewasa (>10 tahun) dengan luas masing-masing lahan 2,5 Ha per kapling. Selama ini belum pernah dilakukan penelitian tentang komposisi dan struktur gulma pada perkebunan ini. Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian tentang analisis vegetasi untuk mengetahui keberadaan gulma, yaitu jenis-jenis gulma, jenis gulma yang dominan pada perkebunan Kelapa Sawit di PT. Incasi Raya Kabupaten Solok Selatan. 6 Masalah gulma akan berbeda pada setiap umur tanaman, hal ini tergantung pada lokasi, iklim dan cahaya yang diterima (Lubis, 1992). Selain itu, perbedaan umur tanaman juga menyebabkan terjadinya pergeseran dominansi gulma, pada tanaman dengan persentasi penutupan tajuk kecil akan di temukan jenis gulma beragam dan sebaliknya pada tanaman dengan penutupan tajuk lebih besar lebih di dominasi gulma yang tahan naungan (Budiarto, 2001). Pengambilan sampel pada penelitian ini di ambil pada piringan Kelapa Sawit. Ukuran piringan di lokasi penelitian 1 mater dari batang pohon. Piringan adalah lingkaran dengan radius 1,0 – 1,5 meter yang mengelilingi pohon tanaman. Piringan dibuat dan dipelihara agar selalu dalam keadaan bersih dari gulma untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan perawatan tanaman Kelapa Sawit. Pembuatan piringan ini yang paling utama adalah membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar pohon tanaman Kelapa Sawit. (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | Q Science > Q Science (General) Q Science > QH Natural history > QH301 Biology |
Divisions: | Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam > Biologi |
Depositing User: | Ms Ikmal Fitriyani Alfiah |
Date Deposited: | 01 Mar 2016 06:41 |
Last Modified: | 01 Mar 2016 06:41 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2575 |
Actions (login required)
View Item |