OKI, ARIADI (2015) MENDETEKSI KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MELALUI EARLY WARNING SYSTEM-EWS. Diploma thesis, UPT. Perpustakaan.
Text
464.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Beberapa tahun belakangan ini krisis keuangan dan krisis perbankan menjadi perbincangan yang hangat di kalangan ekonom. Krisis keuangan yang terjadi telah menjadi fenomena global baik krisis yang terjadi dinegara maju maupun krisis yang terjadi di negara berkembang. Dalam sejarah telah terjadi krisis dibeberapa negara diantaranya kawasan eropa (1992-1993), Afrika (1993-1994), Mexico (1994-1995), Russia (1998), Brazil (1999), Argentina (2001-2002) dan kawasan Asia yang juga termasuk Indonesia tahun 1997-1998. Ketika kita bicara masalah krisis keuangan, banyak pihak yang mengartikan krisis tersebut sebagai krisis nilai tukar (currency crisis) yang ditandai dengan terjadinya devaluasi uang domestik serta perubahan sistem nilai tukar dari fixed exchange rate menjadi flexible atau floating exchange rate. Sedangkan Kusuma (2009) membagi krisis keuangan (financial crisis) menjadi tiga tipe yaitu krisis mata uang (currency crisis), krisis perbankan (banking crisis) dan krisis utang (debt crisis). Berbicara masalah krisis juga, Krugman (1979) menguraikan krisis kedalam tiga model krisis berdasarkan beberapa pengalaman negara, secara garis besar model krisis tersebut dikelompokan menjadi a) First Generation Model, b) Second Generation Model, dan c) Third Generation Model. Masih ingat di pikiran kita, krisis moneter yang terjadi dan menimpa Indonesia di tahun 1997, menurut Krugman et all (1998) penyebab utama terjadinya krisis tersebut adalah akibat kelemahan fundamental ekonomi. Krisis yang terjadi dapat dikatakan bahwa pemerintah saat itu tidak mampu dan tidak memiliki persiapan yang memadai dalam menghadapi krisis tersebut. Dapat dikatakan juga bahwa saat itu belum adanya sebuah analisa terhadap kemungkinan terjadinya krisis (early warning system-EWS) dan itu belum merupakan suatu hal yang menjadi perhatian pemerintah maupun pelaku ekonomi lainya. Sehingga saat terjadinya krisis pemerintah tidak siap dan menimbulkan kerugian yang sangat besar pada perekonomian Indonesia. Dalam setiap terjadinya krisis, kerugian yang ditanggung oleh suatu negara tidaklah sedikit. Untuk krisis yang terjadi sebelum tahun 1997, Bhattacharay (1999) mengestimasikan kerugian kotor yang ditanggung oleh suatu negara dalam terjadinya krisis berkisar antara 9% dan 20% dari PDB. Dan di Indonesia sendiri kerugian yang di alami oleh perbankan akibat terjadinya krisis di tahun 1997 memakan biaya pemulihan hampir 45% dari PDB (Suta dan Musa, 2003). Biaya yang ditimbulkan dengan adanya krisis sangat menggangu dan mempengaruhi cadangan devisa dan output. Menurut data yang dikeluarkan IMF pada tahun 1997 pertumbuhan GDP riil di Indonesia adalah sebesar 4,6 persen, sedangkan di tahun 1998 pertumbuhan GDP riil Indonesia mencapai -13,7 persen, dengan begitu artinya indonesia harus menanggung biaya dengan adanya krisis yaitu sebesar 9,1 persen. Pengalaman krisis keuangan yang terjadi dan menimpa Indonesia tahun 1997-1998 telah menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga akan pentingnya sebuah sistem yang dapat digunakan sebagai alarm peringatan yang dapat mendeteksi kemungkinan akan terjadinya krisis keuangan. Sehingga dengan adanya alram peringatan tersebut kita dapat mengantisipasi dampak terburuk yang mungkin terjadi akibat adanya krisis tersebut. Namun hal yang tak kalah pentingnya yaitu mengidentifikasi jenis krisis yang akan terjadi berdasarkan gejalanya, sehingga antisipasi dan penanggulanganya menjadi lebih efektif dan efesien. Pengalaman tersebut juga telah mendorong para ekonomi dan peneliti mengembangkan teori dan model dalam menganalisa gejala dan pola krisis yang terjadi. Mempolakan krisis bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan karena seperti yang kita ketahui bahwa penyebab dan gejala krisis sangat beragam dan dengan latar belakang yang beragam pula. Ada krisis yang disebabkan oleh krisis mata uang atau krisis nilai tukar (crises financial), kredit macet (NPL), credit booms, bank runs (crises banking) dan krisis lainya. Pola krisis dipandang perlu untuk dipelajari guna mendapatkan pelajaran dari pengalaman krisis yang terjadi pada masa sebelumnya, sehingga bila timbul gejala yang sama pada tahapan pola krisis dapat dilakukan analisa yang mendalam bahkan bila diperlukan dilakukan langkah langkah untuk mengantisipasinya. Dan juga mempolakan krisis penting dilakukan untuk mendata penyebab dan berupaya untuk mencegah timbulnya krisis tersebut, atau menangani krisis dengan lebih baik nantinya. Sebenarnya krisis keuangan yang akan terjadi bisa saja dihindarkan jika para ekonom dan pemerintah mampu membaca sinyal yang akan terjadi krisis sehingga dapat mengantisipasai terjadinya krisis. Misalnya negara Indonesia pada krisis 1997 telah terdapat sinyal krisis yang ditunjukan oleh neraca berjalan yang mulai negatif, selain itu terjadinya ekspansi kredit besar besaran yang kebanyakan dari kredit tersebut digunakan untuk investasi jangka panjang serta para investor yang mulai meninggalkan Indonesia. Namun rupanya hal tersebut dikalahkan dengan beberapa indikator perekonomian dimana saat itu masih baik baik saja. Sehingga baik pemerintah maupun pihak swasta gagal memprediksi teradinya krisis. Menurut Kaminsky et all (2000) tidak ada krisis yang mendadak atau datang secara tiba tiba. Ancaman akan datangnya krisis dapat dideteksi dengan melihat pergerakan pada indikator indikator ekonomi seperti nilai tukar, neraca perdagangan, inflasi, suku bunga, pertumbuhan ekonomi dan uang beredar. Krisis yang dialami oleh Indonesia dan negara negara lain pun tidak terjadi secara mendadak, bahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Goldstein, Kaminsky dan Reinhart (2000) menunjukan bahwa sebelum krisis keuangan tahun 1997 Indonesia telah mengalami krisis keuangan dalam beberapa periode, yaitu: November 1978, April 1983 dan September 1986. Oleh karena itu sangat baik sekali apabila dibangun sebuah metode peringatan dini (early warning system) dalam sebuah perekonomian sebagai alat penangkap sinyal sinyal terjadinya gangguan terhadap perekonomian. lagi pula mengingat biaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh krisis sangat besar akibat dari ketidakpastian dalam menghadapi krisis dan memungkinkan akan terjadinya krisis ulangan serta tidak adanya bukti bahwa bahwa krisis yang terjadi secara mendadak, maka sangat diperlukan sistem peringatan dini (early warning system) dalam mengahadapi suatu krisis. Pengembangan model early warning system (EWS) mulai banyak dilakukan setelah terjadinya krisis pada tahun 1990-an. IMF dan Asian Development Bank (ADB) secara jelas telah menyatakan bahwa dibutuhkanya suatu perangkat early warning system untuk mendeteksi krisis sedini mungkin. Sejak saat itu penelitian untuk menciptakan model EWS mulai banyak dilakukan, penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh: Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart yang telah mengembangkan Leading Indicator of Currency crisis (1998), Demirguc-Kunt dan Detragiache (1998) menggunakan Multivariate Logit Model, berg dan Pattilo menggunakan model probit (1999), Goldman dan Sach menggunakan model logit (1998) dan Mattieu Bussiere dan Marcel Fratzer menggunakan model EWS dengan menggunakan metode multinomial logit model (2006). Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengembangkan model yang dapat memberikan peringatan dini tersebut, namun masih belum banyak metode yang diterapkan dalam kasus Indonesia. Sampel sampel yang digunakan dalam penelitian penelitian tersebut kebanyakan menggunakan data data negara negara Eropa ataupun Amerika Selatan, kalaupun terdapat penelitian dengan sampel Indonesia penelitian tersebut menggunakan metode yang tidak aktual dan itupun kebanyakan melakukan penelitian terhadap krisis nilai tukar sedangkan untuk penelitian krisis keuangan (financial crises) masih jarang. Untuk itu Penulis mencoba membangun model EWS yang tepat di indonesia dengan menggunakan probit logit model dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya krisis keuangan (financial crisis) di Indonesia dengan meggunakan beberapa variabel diantaranya macroeconomic variables (real GDP Growth, change in Terms of Trade, Nominal Depreciation, Real interest Rate, Inflation, Fiscal Surplus/GDP), financial variables (M 2/Foreighn exchange Reserves, Credit to Privat Sector/GDP, Bank Likuid reserves/Total Bank Assets, Real Domestik Credit Growth), Institutional Variables (Real GDp per Capita, deposit insurance). 1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka untuk mengantisipasi terjadinya krisis indikator dini ataupun sistem peringatan dini yang dapat memberikan sinyal awal akan terjadinya krisis di Indonesia. Dengan demikian studi ini diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan pertanyaan berikut: 1. Apa model early warning system dengan metode multivariat logit model dan signal extraktion model yang dapat memprediksi terjadinya krisis di Indonesia dengan tepat 2. Apa Variable variable yang dapat mempengaruhi probabilita terjadinya krisis keuangan di Indonesia 1.3 Tujuan Penelitian Dengan menggunakan kerangka berpikir diatas, maka secara garis besar studi ini bertujuan untuk: 1. Untuk Mengetahui tepat atau tidaknya model EWS dengan menggunakan multivariat logit model, signal ekstraktion model dalam memprediksi akan terjadinya krisis di Indonesia. 2. Untuk Mengetahui variable variable apa saja yang memberikan sinyal sehingga para pengambil kebijakan dapat mengantisipasi terjadinya krisis. 1.4 Manfaat Penelitian Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaan untuk memprediksi krisis keuangan yang akan terjadi di Indonesia dengan tepat. Sehingga pemerintah dan para pengambil kebijakan ekonomi Indonesia dapat mengantisipasi terjadinya krisis di Indonesia. 1.5 Hipotesa Penelitian Hipotesa umum yang dapat dikembangkan berdasarkan model yang digunakan adalah: dengan menggunakan model multivariat logi, signal ekstraktion dalam memprediksi terjadinya krisis maka variable variable yang digunakan untuk memprediksi krisis dapat lebih tepat dalam memberikan sinyal krisis di Indonesia. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ada berbagai macam krisis keuangan diantaranya krisis mata uang, krisis perbankan, krisis utang pemerintah, krisis utang swasta dan krisis ketidakseimbangan pasar. Skripsi ini memfokuskan studinya pada pembentukan model EWS untuk memprediksi krisis keuangan (financial crisis). Variable dan data yang digunakan yaitu macroeconomic variables (real GDP Growth, change in Terms of Trade, Nominal Depreciation, Real interest Rate, Inflation, Fiscal Surplus/GDP), financial variables (M 2/Foreighn exchange Reserves, Credit to Privat Sector/GDP, Bank Likuid reserves/Total Bank Assets, Real Domestik Credit Growth), Institutional Variables (Real GDp per Capita, deposit insurance). Data bersifat time series dari Januari 1996 – Desember 2013. Penelitian menggunakan metode multivariat logit Model, signal extraktion model untuk melihat deteksi terjadinya krisis dan ambang batas krisis.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) H Social Sciences > HC Economic History and Conditions H Social Sciences > HG Finance |
Divisions: | Fakultas Ekonomi > Ilmu Ekonomi |
Depositing User: | Ms Randa Erdianti |
Date Deposited: | 01 Mar 2016 03:54 |
Last Modified: | 01 Mar 2016 03:54 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2413 |
Actions (login required)
View Item |