HESTY, WULANDARI (2015) ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PAGARUYUNG DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SUNGAI PUAR ( Menggunakan Pendekatan CAMELS ). Diploma thesis, UPT. Perpustakaan.
Text
419.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Aktifitas bisnis merupakan suatu fenomena yang sangat komplek yang mencakupi berbagai bidang seperti bidang politik, bidang ekonomi, dan bidang hukum, bidang social dan budaya. Dimana semua aktivitas manusia yang berhubungan dengan dunia bisnis tidak lepas dari peranan bank sebagai suatu lembaga pemberi pelayanan kepada masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit), bank juga merupakan lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Selain itu fungsi umum dari bank itu sendiri adalah menghimpun dana dari masyarakat luas ( fuding ) dan menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit ( lending ) untuk berbagai tujuan. Dalam melaksanakan kegiatannya bank dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu bank sentra, bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank central merupakan bank yang menjaga kelancaran system pembayaran. Produk yang ditawarkan oleh bank umum mempunyai kebebasan utuk menentukan produk dan jasanya. Sedangkan bank perkreditan rakyat mempunyai keterbatasan tertentu sehingga kegiatannya lebih sempit. Menurut SK Direksi Bank Indonesia No. 30/277/KEP/DIR Tgl 19 Maret 1998, suatu bank dikatakan sehat apabila bebas perselisihan interen, tidak ada campur tangan pihak ekstern, terhindar dari praktek perbankan lain yang dapat membahayakan usaha bank. Selain itu, dalam menilai suatu bank sehat atau tidak, ada alat ukur untuk mengetahui ( indikator kesehatan bank ), yaitu berupa faktor kualitatif dan faktor kuantitatif. Namun biasanya faktor yang mudah diukur adalah faktor kuantitatif berupa rasio – rasio keuangan. Dengan kata lain bank dikatakan sehat jika indikator kesehatan bank yang dimilikinya lebih baik dari ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sistem Penilaian terhadap tingkat kesehatan bank yang berlaku saat ini adalah penilaian berdasarkan faktor CAMELS ( sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 ) yang mengantikan sistem sebelumnya yaitu CAMEL ( Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 ). Perubahan ini didasarkan pada suatu kondisi bahwa pesatnya perkembangan yang terjadi di bidang Perbankan Indonesia berpengaruh terhadap kompleksitas usaha bank dan profil resiko yang dimiliki oleh bank, dengan demikian penilaian terhadap standar tingkat kesehatan bank pun harus semakin diperlukan dan diatur kembali, karena penilaian tingkat kesehatan bank ini menyangkut kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakt pengguna jasa Bank dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank. Bank Pekreditan Rakyat (BPR) yang merupakan bagian dari system Perbankan harus sehat dan dapat dipercaya oleh masyarakat supaya bisa berkontribusi maksimal dalam menggerakan perekonomian secara keseluruhan. Perkembangan usaha BPR yang terus menunjukkan kinerja yang positif, didorong oleh tiga faktor utama yaitu kebijakan pemerintah yang memberikan peluang pendirian BPR, deregulasi perbankan yang memperbesar ruang gerak BPR dan besarnya kebutuhan masyarakat terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan terhadap jasa pelayanan perbankan. Penilaian kesehatan BPR telah menjadi indikator penting dalam upaya peningkatan kinerja bank. BPR Pagaruyung yang bertempat di kabupaten tanah datar sebagai satu lembaga perbankan yang telah beroperasi semenjak 1978, telah melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana dari dan kepada masyarakat khususnya di kawasan tanah datar dan sekitarnya. BPR sungai puar merupakan salah satu bank yang bertempat di kabupaten Agam yang telah beroperasi semenjak 1998. Kedua bank ini merupakan bagian dari lembaga perbankkan perkreditan rakyat yang terletak di Sumatera barat. Menghadapi persaingan yang begitu ketat di kawasan Sumatera barat ini, masing – masing bank mempunyai cara masing – masing untuk menarik nasabah untuk bergabung ke bank mereka. Oleh karena itu tentu pihak bank harus selalu memperhatikan kondisi kesehatan bank mereka dalam melakukan penghimpunan dan penyaluran dana dari nasabah mereka. Penelitian yang mengembangkan rasio keuangan dalam industry perbankan sebagai prediktor tingkat kesehatan dan kegagalan bank dibuktikan oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005).Penelitian tersebut bertujuan melihat pengaruh rasio CAMEL yang terdiri dari (CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR). Hasil dari penelitian tersebut bahwa rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalahdan tidak bermasalah perioda 2000 – 2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM,BOPO. Hasil pengujian hipotesis II, rasio yang berpengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah bank-bank swasta nasional di Indonesia adalah rasio CAR dan BOPO. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Bagus Ngurah Panji Putra(2013) dengan judul “Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan BPR Bali Harta Santosa dan BPR Mertha Sedan”. menyimpulkan terdapat perbedaan dari aspek CAMEL antara BPR Bali Harta Santosa dan BPR Mertha Sedan. Peneliti ini menggunakan uji mann-whitney sebagai analisis data dan diperoleh hasil bahwa pada rasio CAR,ROA,LDR terdapat perbedaan yang sigifikan pada penilaian tingkat kesehatan antara BPR Bali Harta Santosa dan BPR Mertha Sedan sedangkan pada rasio KAP,NPM,BOPO,cash ratio tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penilaian tingkat kesehatan antara BPR Bali Harta Santosa dan BPR Mertha Sedan. Pada penelitian yang dilakukan Md. Anwarul Kabir (2012)adalah bank IFIC dan bank EXIM di Bangladesh. Pada penelitian yang dilakukan dilakukan Md. Anwarul Kabir (2012) mengggunakan rasio 14 rasio keuangan, sedangkan pada penelitian ini menggunakan enam rasio yaitu CAR, KAP,rasio total biaya sumber daya manusia terhadap total biaya operasional, ROA, LDR, dan perbandingan Loan Rate terhadap Cost of Funds. Berdasarkan beberapa uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang berkaitan dengan rasio CAMELS dalam memprediksi kesehatan bank di kabuapten yang berbeda dengan judul : “Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Pagaruyung dengan Bank Perkreditan Rakyat Sungai Puar (Menggunakan Pendekatan CAMELS)”. 1.2 Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu : 1.2.1 Apakah terdapat perbedaan penilaian aspek Modal (Capital) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.2.2 Apakah terdapat perbedaan penilaian aspek Aktiva (Asset quality) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.2.3 Apakah terdapat perbedaan penilaian aspek Manajemen (Management) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.2.4 Apakah terdapat perbedaan penilaian aspek Rentabilitas (Earning) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.2.5 Apakah terdapat perbedaan penilaian aspek Likuiditas (Liqudity) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.2.6 Apakah terdapat perbedaan penilaian aspek Sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to Market Risk) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.2.7 Apakah terdapat perbedaan tingkat kesehatan antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar ditinjau dari aspek CAMELS? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1.3.1 mengetahui perbedaan penilaian aspek Modal (Capital) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.3.2 Mengetahui perbedaan penilaian aspek Aktiva (Asset quality) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.3.3 Mengetahui perbedaan penilaian aspek Manajemen (Management) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.3.4 Mengetahui perbedaan penilaian aspek Rentabilitas (Earning) antara BPR BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.3.5 Mengetahui perbedaan penilaian aspek Likuiditas (Liqudity) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.3.6 Mengetahui perbedaan penilaian aspek Sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to Market Risk) antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar? 1.3.7 Mengetahui perbedaan tingkat kesehatan antara BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar ditinjau dari aspek CAMELS? 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini secara teoritis bermamfaat untuk memperluas pola pikir, wawasan dan pengetahuan tentang menganalisis laporan keuangan bank seta menggunakan Rasio CAMELS (Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk) dalam mengukur kesehatan Bank. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi Pihak Bank sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan kebijakan bank tersebut dalam mengukur kesehatan Bank serta untuk memperbaiki kekurangankekurangan bank tersebut untuk mendapatkan hasil yang optimal. Bagi pihak lain penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi, bahan perbandingan sesuai dengan topik yang penulis teliti serta sebagi sumbangan pikiran dan tambahan pengetahuan bagi yang memerlukannya. 1.5. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penelitian lebih lanjut dan agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan maka perlu diberi batasan pembahasan pada analisis Rasio CAMELS (Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk) sebagai alat untuk mengukur kinerja kesehatan Bank pada BPR Pagaruyung dan BPR Sungai Puar.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management H Social Sciences > HG Finance |
Divisions: | Fakultas Ekonomi > Manajemen |
Depositing User: | Ms Randa Erdianti |
Date Deposited: | 01 Mar 2016 03:48 |
Last Modified: | 01 Mar 2016 03:48 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2390 |
Actions (login required)
View Item |