NIKO, FEBRIAN (2016) PENGARUH AKTIVITAS FISIK YANG BERLEBIHAN TERHADAP PERUBAHAN SISTEM IMUN SELULER SPESIFIK. Masters thesis, Universitas Andalas.
|
Text (Abstrak)
Abstrak.pdf - Published Version Download (306kB) | Preview |
|
|
Text (Pendahuluan)
BAB I.pdf - Published Version Download (289kB) | Preview |
|
|
Text (Penutup)
BAB VI.pdf - Published Version Download (108kB) | Preview |
|
|
Text (Daftar Pustaka)
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (187kB) | Preview |
|
Text (Tesis Fulltext)
tesis fulltext.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Ketidakseimbangan antara volume latihan terlalu besar tanpa istirahat dan pemulihan yang memadai diyakini menyebabkan sindroma aktivitas fisik berlebihan. Risiko cedera muskuloskeletal membatasi volume latihan dalam kegiatan menahan beban, seperti angkat berat, dan akibatnya, kejadian aktivitas fisik berlebihan mungkin lebih rendah dibanding olahraga ketahanan lainnya. Penting untuk menekankan bahwa bagaimanapun terdapat beberapa data empiris yang tegas untuk mendukung pernyataan ini. Aktivitas fisik berlebihan juga terjadi pada olahraga lain yang memerlukan 'kekuatan', seperti judo.11,12,13,14 Terdapat beberapa penelitian mengenai insiden ISPA pada atlet yang melakukan aktivitas fisik berlebihan, walaupun terdapat keyakinan bahwa atlet tersebut mudah untuk sakit. Pada salah satu penelitian dari 24 perenang , latihan diintesifkan selama 4 minggu, menghasilkan 8 (33%) dari seluruh perenang mengalami gejala overreaching. Dari 24 perenang, 10 (42%) orang melaporkan sendiri gejala ISPA dalam 4 minggu tersebut. Tanpa diharapkan, kejadian ISPA pada perenang yang overreaching (1 dari 8, atau 12,5%) secara signifikan lebih rendah daripada yang terlatih dengan baik (9 dari 16 atau 56%). Ini telah menggambarkan bahwa peningkatan risiko ISPA tidak selalu mengikuti aktivitas fisik berlebih dan overreaching, namun bisa menjadi konsekuensi dari latihan yang intensif pada semua atlet. Hal ini kemudian dapat disimpulkan bahwa insiden ISPA yang lebih tinggi pada perenang yang terlatih dengan baik (yang tidak mengalami overreaching) terlindungi dari overreaching. Jadi, kemunculan gejala ringan ISPA bisa menyebabkan perenang ini secara sadar atau sedikit tidak sadar mengurangi jumlah latihan mereka untuk beberapa hari, sehingga bisa istirahat untuk menghindari overreaching.15,16 Pada penelitian lain, juga pada perenang, tidak terdapat hubungan antara insiden ISPA dan peningkatan jumlah dan intensitas latihan selama 8 bulan. Namun demikian, pada penelitian lainnya 25 orang atlet ditemukan bahwa proporsi yang sakit tinggi muncul ketika mereka latihan melewati batas yang telah ditentukan pada masing-masing atlet, berdasarkan kombinasi jumlah dan intensitas latihan.17,18,19 Baruch Wolach et al (2012) mengatakan bahwa terjadi penurunan rasio CD4 dan CD8 yang signifikan setelah 60 menit treadmill, walaupun ditemukan beberapa jam setelah latihan. Penurunan rasio ini berlangsung selama 6 jam setelah latihan. Penurunan rasio CD4/ CD8 berarti menunjukkan suatu imunosupresi. Penurunannya lebih dari separuhnya dan pada limfosit B tidak terjadi perubahan nilai yang signifikan. Penurunan nilai IgA tidak signifikan walaupun cenderung menurun.20 Rachel AF et al (2012) mengatakan terjadi perubahan yang signifikan pada limfosit dalam latihan yang berlangsung terus menerus dengan intensitas repetitif yang tinggi. Pada penelitian ini latihan yang intensitas dan repetitive tinggi, terjadi perubahan yang signifikan pada CD4 dan CD8 dimana terjadi peningkatan CD4 dan CD8 tetapi rasionya CD4/ CD8 menurun.21 Prajurit berada di tempat latihan, jauh dari kota, jarak dari kota hingga 3 – 4 jam perjalanan jalan kaki, mereka berpencar-pencar, waktu kumpul hanya untuk makan, sedangkan imun non spesifik seperti seluler berupa natural killer dan humoral seperti komplemen, CRP, tidak bisa dicek karena hilang dalam waktu beberapa menit – jam dan tidak ada respon memori. Imun non spesifik bisa dikerjakan jika latihan dalam ruangan berupa treadmill. Pada imun spesifik yang terdiri dari humoral dan seluler, humoral tidak bisa dicek karena latihan fisik berupa cedera lokal jaringan, respon memori tidak ada, sedangkan seluler berupa CD4 dan CD8 bisa dicek.9,10 Prajurit yang sakit hal ini diduga karena latihan yang terlalu berat, ditambah dengan kurang istirahat ataupun karena sistem imun mereka yang tidak baik, hal ini berarti masalah pada seleksi prajurit untuk komando. Seharusnya latihan komando meningkatkan kemampuan prajurit yang profesional bukan mengakibatkan sakit apalagi kematian.9,10 Whitham et al (2006) mengatakan bahwa terjadi penurunan rasio CD4 dan CD8 setelah latihan pada tentara mulai 1 minggu dan 2 minggu dan banyak terjadi kasus infeksi saluran nafas bagian atas.22 Elena et al (2013) mengatakan bahwa atlet dan bukan atlet tidak memiliki perbedaan dalam sistem imun seluler spesifik, tetapi ketika ada latihan fisik berlebihan jelas terjadi perubahan, dimana CD4 dan CD8 awalnya meningkat dimana pada atlet peningkatan lebih besar pada awalnya, jika latihan berlangsung 1 – 2 minggu, penurunan rasio CD4 dan CD8 pada non atlet lebih besar. Latihan komando pada angkatan udara Australia, pada awal latihan CD4 meningkat 20 – 40% dibanding nilai awal, CD8 meningkat 2 – 3 kali nilai awal. Setelah latihan 1 – 2 minggu, didapatkan nilai CD4 menurun mendekati normal, sedangkan nilai CD8 tetap 2 kali dari nilai awal. Pada tentara Perancis yang melaksanakan latihan komando, pada minggu ke 1 – 2 terjadi penurunan rasio CD4 dan CD8.23 Beyum A et al (1996) meneliti pada prajurit , setelah melaksanakan latihan secara intensif selama 4 hari didapatkan CD4 turun sampai 70% dari nilai awal (hingga CD4 di bawah normal), CD8 juga mengalami penurunan, namun nilai masih 2 kali di atas normal. Rasio CD4/CD8 didapatkan di bawah 1,5 (nilai normal rasio CD4/CD8 2 – 2,5).24 Penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik yang berlebihan terhadap penurunan sistem imun seluler spesifik, sebagai bahan masukan evaluasi latihan fisik yang berlebihan dan sebagai sumbangan data penelitian ini untuk ilmu kedokteran, dan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.9
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) R Medicine > RC Internal medicine |
Divisions: | Pascasarjana (Tesis) |
Depositing User: | s2 Program Pendidikan Dokter Spesialis |
Date Deposited: | 26 Jan 2017 09:48 |
Last Modified: | 27 Jan 2017 08:37 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/21037 |
Actions (login required)
View Item |