ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM SEDIAAN JAMU KENCING MANIS DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI

RYKO, YUNASRIL (2013) ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM SEDIAAN JAMU KENCING MANIS DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
143.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)

Abstract

Latar Belakang Seiring dengan timbulnya kesadaran akan dampak buruk produk-produk kimiawi dan merebaknya trend “back to nature” dimasyarakat, maka tumbuh pula kesadaran akan pentingnya produk-produk alami termasuk dalam hal kesehatan (pengobatan). Masyarakat beranggapan bahwa produk alami lebih aman, murah dan sedikit memiliki efek samping (Poeloenganet.al, 2006). Produk-produk alami tersebut biasanya dikenal dengan obat tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran daribahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.Salah satu contoh obat tradisional adalah jamu (Badan POM RI,2010). Jamu (empirical based herbalmedicine) adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis(bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional.Bagi masyarakat Indonesia, jamu adalah resep turun-temurun dari leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan.Bahan-bahan jamu sendiri diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu (Prayitno, 2000). Semakin maraknya penggunaan obat tradisional berdasarkan khasiat yang turun temurun, semakin memperluas kesempatan terjadinya pemalsuan simplisia bahkan ada beberapa jamu yang mengandung bahan kimia obat (BKO) yang telah 3 jelas dilarang penambahannya, baik sengaja maupun tidak disengaja kedalam produk obat tradisional tersebut.Oleh karena itu, maka diperlukan adanya analisa terhadap sediaan jamu yang beredar dipasaran yang meliputi analisa makroskopik dan mikroskopik serta analisa kimia untuk melindungi masyarakat luas dari peredaran obat tradisional yang mengandung simplisia palsu maupun bahan kimia obat.Penambahan bahan kimia obat (BKO) ke dalam obat tradisional inilah yang menjadi nilai jual bagi produsen, yaitu untuk mempercepat khasiat dari jamu tersebut.Tindakan produsen yang mengedarkan produk obat tradisional dengan menambah BKO ini telah melanggar UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Badan POM RI, 2010). Salah satu jenis obat tradisional yang sering dikonsumsi masyarakat adalah jamu kencing manis, dimana umumnya penderita diabetes akan mengkonsumsi obat seumur hidup sehingga kecenderungan masyarakat untuk menggunakan jamu kencing manis lebih besar dibandingkan konsumsi obat diabetes. Sama halnya seperti jamu lainnya, pada jamu kencing manis sering dijumpai adanya penambahan bahan kimia obat (BKO) yaitu glibenklamid (Badan POM RI, 2010). Glibenklamid merupakan Obat Hiperglikemik Oral (OHO) golongan sulfonilurea generasi kedua yang mempunyai efek lebih kuat dari generasi pertama. Obat golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug ofchoice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dankurang, serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-senyawasulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal dantiroid. Absorpsi 4 senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus cukup baik, sehinggadapat diberikan peroral (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007). Glibenklamid memiliki efek samping hipoglikemia apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipoglikemia sering diakibatkan oleh obat-obat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang (Departemen Kesehatan RI, 2007). Glibenklamid praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, larut 1 : 330 dalam etanol, 1 : 36 dalam kloroform, 1 : 250 dalam metanol.Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang maksimum senyawa tersebut.Glibenklamid memiliki panjang gelombang maksimum 300 nm (Clarkes, 1986). Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan analisa senyawa glibenklamid dalam jamu kencing manisdengan menggunakan metoda KLTdensitometri ( kromatografi lapis tipis-densitometri ). Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang mendasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada KLT. Densitometri lebih dititikberatkan untuk analisis kuantitatifanalit-analit dengankadar kecil, yang mana diperlukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT.Untuk evaluasi bercak hasil KLTsecara densitometri, bercak di-scan dengan sumber sinar dalam bentuk celah (slit) yang dapat dipilih baik panjangnya maupun lebarnya. Sinar yang dipantulkan diukur dengan sensor cahaya (fotosensor). Perbedaan antara signal optik daerah yang tidak mengandung bercak dengan daerah yang mengandung bercak dihubungkan dengan banyaknya analit yang ada melalui kurva kalibrasi yang telah disiapkan dalam lempeng yang sama(Rohman, 2009).

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Fakultas Farmasi
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 26 Feb 2016 04:36
Last Modified: 26 Feb 2016 04:36
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2085

Actions (login required)

View Item View Item