Amalia, Permata Sari (2015) Pengaruh Suplementasi Enzim Mannanasen Dari Kapang Selerotium rolfsli Terhadap Kecernaan Serat Kasar, Retensi Nitrogen dan Energi Metabolisme Bungkul Inti Sawit. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Text
267.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Latar Belakang Pakan memegang peranan yang sangat penting dalam peternakan terutama peternakan ayam broiler tetapi hal itu terkendala karena harga yang tinggi. Menurut Wahju (1988) biaya yang dikeluarkan paling tinggi adalah biaya pakan sekitar 70-80% dari total produksi. Penyebab tingginya harga pakan ini diantaranya adalah sebagian besar masih merupakan bahan pakan impor sehingga harganya lebih mahal. Untuk menurunkan biaya ransum perlu dicari pakan alternatif yang harganya relatif lebih murah dan mudah didapatkan. Salah satu pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah bungkil inti sawit (BIS). BIS merupakan hasil sampingan dari pembuatan minyak sawit dengan kadar 40- 50% dari inti sawit. BIS dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena ketersediaan yang cukup banyak. Indonesia merupakan negara penghasil utama kelapa sawit terbesar di dunia, dimana luas perkebunan sawit 5456,5 hektar pada tahun 2012 dan meningkat di tahun 2013 menjadi 5592 hektar (BPS, 2013). BIS mengandung protein kasar 16,07%, serat kasar 21,30%, bahan kering 87,30%, lemak kasar 8,23%, Ca 0,27%, P 0,94%, dan Cu 48,04 ppm (Mirnawati et al., 2008). Berdasarkan kandungan protein kasar BIS cukup tinggi sehingga BIS berpotensi sebagai bahan pakan baik untuk ruminansia ataupun non ruminansia. Namun nilai manfaatnya sangat rendah yaitu hanya 10% dalam ransum broiler atau menggantikan 40% bungkil kedele dalam ransum broiler 2 (Rizal, 2000). Hal ini disebabkan karena serat kasar dalam BIS tinggi serta palatabilitas BIS yang rendah. Untuk meningkatkan nilai manfaat dari BIS dalam ransum unggas diperlukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satunya adalahdengan fermentasi menggunakan kapang mananolitik seperti Aspergilus niger. Mirnawati et al. (2010) menyatakan bahwa komposisi substrat 80% BIS + 20% dedak dan dosis inokulum 10% dari Aspergilus niger memberikan aktifitas enzim yang tinggi 18,10 U/ml, selulase 22,30 U/ml, serta kandungan protein kasar 26,20%, serat kasar 10,64%, retensi nitrogen 65,74%. Mirnawati et al. (2011) melaporkan bahwa BIS yang difermentasi dengan Aspergilus niger hanya dapat dimanfaatkan dalam ransum ayam broiler sebanyak 17%. Hal ini disebabkan adanya asam nukleat dari produk fermentasi. Produk fermentasi mengandung asam nukleat yang berasal dari mikroorganisme dan asam nukleat tidak bisa dimanfaatkan oleh unggas (Sinurat et al., 2013). Penggunaan produk fermentasi BIS dalam ransum broiler masih mengalami kendala untuk itu diperkenalkan teknologi enzim yang berasal dari mikroorganisme untuk meningkatkan penggunaan BIS dalam ransum broiler. Menurut Daud et al. (1993) bahwa 56,4% dari serat kasar BIS adalah dalam bentuk β-mannan sedangkan unggas tidak memiliki enzim pemecah β-mannan dalam tubuhnya. Untuk itu perlu enzim dari mikroorganisme mananolitik karena dapat menghasilkan enzim manannase. Pemberian enzim mannanase akan mengurai manan menjadi manosa yang dapat dimanfaatkan oleh unggas sehingga daya cerna meningkat yang akan mempengaruhi retensi nitrogen dan energi metabolisme.Pemberian enzim bisa menurunkan viskositas usus sehingga bisa 3 meningkatkan penyerapan nutrisi (Sundu et al., 2006). Penambahan enzim akan meningkatkan efisiensi makanan, daya cerna makanan dan nutrisi juga meningkat secara signifikan akibat penambahan enzim (Sundu et al., 2003). Salah satu mikroorganisme yang bersifat mananolitik adaalah Sclerotium rolfsii. Razak dan Asma (2006) menyatakan bahwa Kapang Sclerotium Rolfsii mengandung enzim β-mananase dimana aktivitasnya 3,166 U/ml lebih tinggi daripada Aspergilus niger 2,482U/ml. Penelitan sebelumnya Sachslehner et al. (2000)membuktikan bahwa kapang Scelorotiumrolfsii menghasilkan aktivitas enzim manannase tertinggi 675,1 U/mg pada pH 4 Pemberian enzim manannase 800 U/Kg pada broiler meningkatkan energi metabolisme dan efisiensi pakan (Kong et al., 2011). Ditambahkan dalam penelitian Jaelani (2011) pemberian enzim manannase memberikan pengaruh positif pada ransum berbasis bungkil inti sawit. Dalam penelitian Maslami (2015) pemberian enzim mananase dari kapang Eupenicilium javanicumdengan dosis 1000 U/kg memberikan hasil terbaik terhadap daya cerna serat kasar, retensi nitrogen, dan energi metabolisme broiler. .Produksi mannanase dari kapang Sclerotium rolfsii dengan level BIS 5% dan lama fermentasi 48 jam dengan pH 2 memberikan aktivitas enzim manannase tertinggi yaitu 11,52 U/ml (Budi, 2015)(Unpublish). Untuk menentukan kemampuan enzim manannase dalam merombak BIS maka perlu terlebih dahulu ditentukan pengujian terhadap daya cerna serat kasar, retensi nitrogen, dan energi metabolisme pada ayam broiler. Pemecahan ikatan manan oleh enzim manannase dapat meningkatkan kecernaan semua zat makanan khususnya protein dan lemak 4 sehingga energi metabolisme dapat ditingkatkan (Knudsen, 1997). Oleh karena itu perlu dilakukan, suatu penelitian untuk menentukan dosis optimum enzim mananase dari kapang Sclerotium rolfsii pada BIS terhadap daya cerna serat kasar, retensi nitrogen, dan energi metabolisme pada ayam broiler.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) S Agriculture > SF Animal culture |
Divisions: | Fakultas Peternakan |
Depositing User: | Ms Ikmal Fitriyani Alfiah |
Date Deposited: | 26 Feb 2016 02:57 |
Last Modified: | 26 Feb 2016 02:57 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/1964 |
Actions (login required)
View Item |