PERILAKUMEMILIH ETNIS JAWA DALAM PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAHWALIKOTA DANWAKILWALIKOTA (PEMILUKADA) KOTA SOLOK TAHUN 2010

PRIMA, YON PUTRA (2013) PERILAKUMEMILIH ETNIS JAWA DALAM PEMILIHAN UMUMKEPALA DAERAHWALIKOTA DANWAKILWALIKOTA (PEMILUKADA) KOTA SOLOK TAHUN 2010. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
103.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (600kB)

Abstract

Latar Belakang Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya. Di Indonesia dinamika bernegara telah berkembang sedemikian rupa. Perkembangan Negara Demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut. Selama 66 tahun berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ternyata masalah pokok yang kita hadapi ialah bagaimana, dalam masyarakat yang beranekaragam pola budayanya, mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi di samping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Sejak berakhirnya rezim orde baru pada tahun 1998, dimana momen ini merupakan langkah baru bagi bangsa Indonesia untuk kembali membangkitkan semangat dan prinsip-prinsip demokrasi demi mewujudkan suatu Indonesia baru. Indonesia yang lebih demokratis, yaitu dengan mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat. Hal ini juga diperkuat dari keluarnya beberapa undang-undang yang menjamin terlaksananya sistem berdemokrasi yang holistik itu mulai dari tatanan pusat hingga ke daerah. Beberapa undang-undang itu diantaranya adalah Undang-undang no.22 tahun 19991, disusul kemudian keluarnya Undang-undang no.32 tahun 20042. Hingga kini, dinamika berdemokrasi itu terus berkembang. 1 Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2002). 2 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Pasal 56 Ayat 1. 3 Diakui ataupun tidak, filosofi, paradigma dan materi yang terkandung di dalam Undang-Undang tersebut tidaklah mutlak menjamin dinamika berdemokrasi akan berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu agenda demokrasi yang paling penting sesuai dengan amanat UU no 32 tahun 2004 yang diatur dalam pasal 56 ayat 1 bahwa: “ Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil ”3 yaitu diberikannya kesempatan yang luas dan mandiri bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam praktek pembangunan. Salah satu mekanisme untuk menjamin itu adalah diberikannya kebebasan bagi setiap warga negara untuk memilih langsung pemimpinnya. Seperti yang diketahui bersama bahwa kebebasan dan mekanisme pemilihan itu telah dilaksanakan persis sejak orde baru tumbang. Masyarakat benar-benar diberikan ruh berdemokrasi yang menurut beberapa kalangan masih dinilai jauh dari harapan. Dalam Negara yang demokrasi tentu ada pemilu, pemilu juga merupakan lambang suatu Negara yang demokrasi. Pemilu4 itu sendiri sebenarnya memang bukan hal yang baru di negeri ini. Begitu pula halnya dengan Sumatra Barat. Banyak kalangan yang menilai bahwa Provinsi Sumatra Barat juga tercatat sebagai salah satu daerah yang sukses menyelenggarakan alek pamilu5 tersebut. 3 Undang-Undang, Op. Cit., Pasal 56 Ayat 1. 4 Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum. Pasal 1 ayat 1. 5 Istilah ini bergaung keras sejak ditetapkannya pemilukada 2010 yang lalu, dengan peristilahan sebagai pemilukada badunsanak. Harapan banyak kalangan bahwa meskipun di dalam agenda pemilu itu tersedia ruang yang memunculkan konflik kepentingan. Banyak kalangan terutama praktisi dan akademisi menginginkan pemilu kada dilaksanakan dalam ranah budaya minangkabau yang mengedepankan prinsip sanak saudara dan kekeluargaan. 4 Salah satu kota di Sumatra Barat turut memeriahkan pesta demokrasi itu adalah kota Solok. Kota Solok sejak zaman Belanda telah memiliki posisi yang penting dalam bidang pemerintahan. Pada masa Belanda menjadi ibukota Afdeeling Solok, pada periode perang kemerdekaan (1948) ibukota Kabupaten Solok. Status ini disandangnya hingga dewasa ini. Sejak zaman Belanda (hingga 1984) Solok juga menjadi kota tentara, sebab di kota Solok ditempatkan suatu garnizun militer. Penempatan tentara dalam garnizun yang banyak di kota ini pada zaman Belanda didasari oleh seringnya pemberontakan terjadi di daerah ini dan sekitarnya6. Sebagai salah satu kota kecil yang juga tidak ketinggalan melaksanakan agenda pemilu tersebut. Kota Solok juga memberikan kontribusi dalam memberikan warna tersendiri. Beberapa keunikan itu adalah kondisi kota Solok sebagai daerah yang memiliki masyarakat yang begitu beragam, kemudian kota Solok juga tercatat sebagai salah satu daerah dengan dana kampanye terbesar di Indonesia yaitu sebesar 6.42 milyar.7 Sementara itu dilain sisi, sebagai salah satu daerah yang memiliki keberagaman masyarakat etnis dan suku bangsa. Sumatra Barat8 dan khususnya kota Solok sebenarnya memberikan nilai demokrasi yang unik seperti di Kelurahan Kampung Jawa, Kecamatan Tanjung Harapan, dari 5.654 jiwa 6 Asnan Gusti. Sejarah Minangkabau (Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, 2003). 7Dana Pilkada Serentak di Kota Solok Rp6,42 Miliar (http://www.antaranews.com/berita/, di akses 10 oktober 2011 8 Jika dibanding dengan beberapa provinsi lain di Indonesia, Sumbar memang masih tergolong daerah yang homogen. Namun perlu ditekan kembali bahwa homogenitas ini ternyata tidak begitu kuat untuk hari ini. Beberapa daerah di Sumbar kini telah memiliki intensitas heterogenitas yang cukup tinggi. Jelas sedikit banyaknya ini memberikan pengaruh besar terhadap berbagai sektor kehidupan. 5 penduduknya terdapat 51% etnis pendatang9. Keberagaman ternyata memberikan ruang berdemokrasi yang beragam pula. Para politisi mengemukakan bahwa, keberagaman masyarakat akan berdampak jelas pada sistem berdemokrasi yang dipakai di wilayah itu. Hal yang sama juga akan berlaku untuk daerah yang plural ketika melaksanakan pemilu. Bisa dibayangkan bahwa para elit yang ikut pesta demokrasi itu juga memerlukan strategi dan kiat khusus dalam membagi basis masyarakat dan etika serta pola yang mesti dikelola untuk meraup suara dalam pemilu terutama pemilukada. Hal ini wajar mengingat pemilukada memiliki esensi kepentingan yang lebih dekat pengaruhnya kepada masyarakat di daerah. Sebagai contoh, beberapa etnis pendatang di kota Solok, sebut saja etnis Jawa. Menurutnya pemimpin yang akan mereka pilih adalah pemimpin yang memberikan manfaat positif bagi mereka terutama soal keamanan hidup dan mencari nafkah serta sikap netral yang dikelola oleh pemimpin itu sebelum mencalonkan diri. Namun banyak kalangan terutama elit politik lokal masih menilai bahwa orientasi dan ekonomi masyarakat budaya di daerah-daerah begitu penting dalam pertaruhan kemenangan pada PEMILUKADA (pemilihan umum kepala daerah)10. Di Sumatra Barat sendiri di kenal dengan sebutan pemilukada banunsanak11. Penelitian ini sebenarnya lebih mengutamakan prinsip untuk menggali lebih tajam, bagaimana daerah mampu menjelaskan fenomena itu ketika 9 Profil Kelurahan Kampung Jawa, Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2010. 10Istilah pemilukada yang sering disebut di sumatra barat sudah ada sejak zaman orde baru namun secara resmi disepakati baru pada tahun 2004. Hal ini ditandai dengan kesepakatan 20 partai politik di kantor Polda Sumatra Barat ketika itu. 11Bakarudiin Rosyidi Ahmad. 2010. “ Pemilu Kada Bandunsank: Pendalaman Demokrasi Atau Manipulasi Politik Kaum Elit” Makalah disajikan dalam Seminar dan Musyawarah Asosiasi Ilmu Politik Indonesia Cabang Padang, Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unand, Padang 25-26 juni. 6 pemilihan umum kepala daerah kota Solok tahun 2010 berlangsung. Ketertarikan peneliti jelas berpangku pada pertanyaan, apakah nilai aspek orientasi, dan hal-hal mendasar lain itu masih relevan berlaku dan berpengaruh di daerah. Tentu saja pertanyaannya, mengapa kemudian peneliti mengambil Kota Solok sebagai daerah kajian. Seperti yang diketahui bersama, Kota Solok merupakan salah satu kota yang strategis karena menjadi lalu lintas perdagangan dan pertukaran yang cukup tinggi di Sumbar. Kemudian kota Solok seperti diketahui juga merupakan salah satu basis daerah berkembangnya partai-partai nasionalis12 ditengah kuatnya pengaruh budaya Minangkabau saat ini. Terbukti bahwa beberapa partai yang meraih suara yang cukup tinggi di daerah ini bukanlah partai agama13.(lihat tabel 1.1) Tabel 1.1 Verifikasi Berkas PencalonanWalikota danWakilWalikota Solok Periode 2010-2015 Berserta Partai Pengusung dan Hasil Perolehan Suara. 12Ideologi nasionalisme kali pertama diperkenalkan oleh organisasi politik yang muncul di wilayah Indonesia.. Nasionalisme sebagai suatu ideologi menunjukkan suatu bangsa yang mempunyai kesamaan budaya, bahasa, wilayah. kesamaan cita-cita dan tujuan. Dengan demikian kelompok tersebut dapat merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok bangsa. 13Partai yang berazaskan persamaan cita-cita politik atau persamaan agama para angotanya misalnya: Partai Bulan Bintang, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtra dan Partai Persatuan Pembangunan yang ikut bertarung dalam pemilihan umum kepala daerah Walikota dan Wakil Walikota (pemilukada) Kota Solok Tahun 2010. 7 N o NAMA PASANGAN CALON PARTAI PENGUSUNG JUMBLAH PEROLEHAN SUARA 1 Ir.REINIER DT. INTAN BATUAH & Drs. H. SABRI YUSNI DT. TAN PILIANG 1. Partai Patriot 2. Partai Karya Perjuangan 3. Partai Demokrasi Pembaharuan 4. Partai Bintang Demokrasi 5. Partai Matahari Bangsa 6. Partai Karya Peduli Bangsa 7. Partai Peduli Rakyat Nasional 8. Partai Penegak Demokrasi Indonesia 9. Partai Pelopor 2.072 2 RISMAN SIRANGGI, SH & SUKARDI, SH 1. Partai Golongan Karya 2.610 3 H. ZULKHAIRI, SE. MM AMRINOF DIAS, SH Dt. Ula Gadang 1. Partai Bulan Bintang 2. Partai Hati Nurani Rakyat 2.937 4 Drs. H. YUMBLER & Drs. MON SUHENDRA 1. Partai Amanat Nasional 4.420 5 HENDRI DUNANT, S.Sos & ILZAN SUMARTA, S. Pt. M.Si 1. Partai Keadilan Sejahtera 2. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 2.183 6 H.IRZAL ILYAS Dt. Lawik Basa, MM & H. ZUL ELFIAN, SH. 1. Partai Demokrat 10.736 7 Drs. ORI AFFLO & YANUARDI Dt. Tanali 1. Partai Persatuan Pembangunan 2. Partai Keadilan dan Persatuan Bangsa 2.842 Sumber : Komisi Pemilihan Umum Kota Solok 2010. Sesuai dengan teori perilaku memilih, nilai-nilai sosiologis juga ternyata tidak cukup untuk menelaah perilaku memilih dan kecendrungan seorang pemilih. Bahkan pengaruh nilai-nilai psikologis memang masih kental. Terbukti dari beberapa pengakuan masyarakat, sebut saja Pak Tommy ( Lurah Kampung Jawa) 8 mengenai kuatnya pengaruh sosok figur dalam kemenangan pada pemilukada yang lalu. Jadi pada dasarnya penelitian ini mencoba menganalisis nilai- nilai psikologis kedalam masyarakat multikultural14 (multicultural society) di Kota Solok dan khususnya di Kelurahan Kampung Jawa. Bahwa masyarakat Kota Solok ini multikultural ditandai dengan adanya berbagai macam etnis (Minang, Jawa, Batak, Sunda, Melayu, Madura) dan Agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu)15. Peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana nilai-nilai psikologis itu memberikan pengaruh kepada pilihan politiknya ketika pemilihan umum kepala daerah Kota Solok yang lalu. Seperti yang diketahui bersama bahwa, pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota tahun 2010 yang lalu ada sebanyak tujuh pasang calon Walikota dan Wakil Walikota 16. (lihat tabel 1.2) 14Masyarakat multikultural (multicultural society) merupakan masyarakat yang terdiri dari banyak kebudayaan dan antara pendukung kebudayaan saling menghargai satu sama lainya. Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang menganut multikulturalisme, yaitu paham yang beranggapan bahwa berbagai budaya yang berbeda memiliki kedudukan yang sederajat. 15Profil Kelurahan IV Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2010. 16KPU Kota Solok menggelar rapat pleno terbuka pengundian dan penetapan nomor urut 7 pasang calon Wako-Wawako Solok 2010-2015, Kamis (29/4), di Gedung Kubuang Tigo Baleh. 9 Tabel 1.2 Nomor Urut 7 Pasang CalonWalikota danWakilWalikota Solok 2010-2015 No. Urut Calon Walikota Solok Calon Wakil Walikota Solok 1 H.Irzal Ilyas Dt. Lawik Basa, MM H.Zuil Elfian, SH. M.Si 2 Drs. Ori Affilo Yanuardi Dt. Tan Ali 3 Drs. H. Yumler Lahar Drs. Mon Suhendra 4 Hendri Dunant, S.Sos Ilzan Sumartha, S.Pt. M. Si 5 Risman Siranggi, SH Sukardi (Ayak), SH 6 Ir. Reinier Dt. Intan Batuah Drs. Sabri Yusni Dt. Tan Piliang 7 H. Zulkhairi, SE. MM Amrinof Dias,SH Dt.UlaGadang Sumber : Padang Ekspres 2010 Pasangan terpilih adalah pasangan H.Irzal Ilyas Dt Lawik Basa, MM dan H. Zuil Elfian, SH. M.Si dengan nomor urut satu. Kemudian temuan menarik terlihat pada hasil pemilihan di Kelurahan Kampung Jawa. Fenomena yang menarik di dalam tabel adalah bahwa perolehan suara terbanyak didapatkan oleh pasangan calon walikota dan wakil walikota Irzal Ilyas Dt Lawik Basa dan Zuil Elfian (lihat tabel 1.3). Menurut asumsi awal peneliti, masyarakat Kelurahan Kampung Jawa yang memiliki hak pilih dalam pemilu sebanyak 4.208 orang dan yang mengunakan hak pilih dalam pemilu sebanyak 2.865 orang jika dipersentasekan sebanyak 68.08% dari 68.08% ada 13.54% atau sekitar 388 orang etnis Jawa yang mengunakan hak pilih dalam pemilu di Kelurahan Kampung Jawa. Mereka memilihnya dikarenakan oleh kedekatannya dengan beberapa tokoh etnis Jawa. Selain itu, tokoh juga dikenal netral dalam bermasyarakat. Kecamatan Tanjung Harapan, khususnya kelurahan Kampung Jawa yang memiliki etnis Jawa, perolehan suara terbanyak juga didapatkan oleh pasangan calon walikota dan wakil walikota Irzal Ilyas D.t Lawik Basa dan Zuil Elfian.(lihat tabel 1.3). 10 Tabel 1.3 Catatan Pelaksanaan Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan UmumWali Kota danWakilWalikota Provinsi Sumatra Barat Tahun 2010 Ditingkat Kecamatan, Kecamatan: Tanjung Harapan Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota Solok. NO SUARA SAH PASANGAN CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA JUMLAH PINDAHAN NAMA PPS/DESA/KELURAHAN/NAGARI*) KOTO PANJANG PASAR PANDAN AIR MATI TANJUNG PAKU NAN BALIMO KAMPUNG JAWA LAING JUMBLAH AKHIR/PINDAHAN 1 1 2 H.IRZAL ILYAS Dt. Lawik Basa, MM dan H. ZUL ELFIAN, SH. M.Si 3 4 347 5 930 6 930 7 1,111 8 1,048 9 238 11 4,604 2 Drs. ORI AFFLO dan YANUARDI Dt. Tanali 78 202 102 266 405 40 1,093 3 Drs. H. YUMBLER dan Drs. MON SUHENDRA 289 339 388 836 487 84 2,423 4 HENDRI DUNANT, S.Sos dan ILZAN SUMARTA, S. Pt. M.Si 59 371 180 263 201 35 1,109 5 RISMAN SIRANGGI, SH dan SUKARDI, SH 25 130 85 156 189 54 639 6 Ir.REINIER Dt. Intan Batuah dan Drs. SABRI YUSNI Dt. Tan Piliang 71 146 403 292 203 110 1,225 7 H. ZULKHAIRI, SE. MM dan AMRINOF DIAS, SH Dt. Ula Gadang 37 403 249 223 332 37 1,281 JUMBLAH SELURUH SUARA SAH PASANGAN CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA 906 2,521 2,337 3,147 2,865 598 12,374 11 Fenomena yang menarik dari hasil perolehan itu adalah bahwa orientasi terhadap calon walikota dan wakil walikota mempunyai hubungan dengan perilaku memilih seseorang dalam pemilihan kepala daerah atau pemilihan walikota dan wakil walikota. Perilaku memilih seseorang cenderung ditentukan oleh faktor kedekatan, pengetahuan, popularitas, reputasi, kepemimpinan serta pengalaman terhadap seorang calon baik pengalaman langsung pemilih maupun cerita dari orang lain. Orientasi terhadap pasangan calon merupakan pengetahuan pemilih terhadap pasangan calon yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan terhadap pasangan calon adalah meliputi popularitas, reputasi, serta kemampuan kandidat dalam memegang sebuah peranan penting pada jabatan publik. Orientasi terhadap calon cocok dengan mazhab Michigan17 atau sering juga disebut pendekatan psikologis, karena pendekatan psikologis digunakan untuk memenuhi perilaku memilih seseorang berdasarkan tiga aspek yakni keterikatan seseorang dengan pasangan calon, orientasi seseorang dengan pasangan calon, dan orientasi terhadap isu-isu politik.18 Penelitian yang menggunakan variabel orientasi terhadap calon telah dilakukan juga oleh Andri Rusta (2005).19 Ia menemukan bahwa, perilaku memilih pemilih pemula dipengaruhi oleh orientasi terhadap kandidat calon. Menurutnya pemilih pemula merupakan salah satu basis pemilih yang sangat besar mendapat pengaruh dari kualitas dan keberadaan seorang calon pilihan. 17Mazhab Michigan adalah salah satu mazhab dari teori-teori tentang prilaku memilih, dua mazhab lainya adalah mazhab Columbia (sosiologis) dan mazhab ekonomi atau bias juga di sebut dengan mashab rasional, untuk lebih lanjut akan dijelaskan dalam tinjauan pustaka. 18Josep Kristiadi. Op. Cit, hlm. 30. 19Andri Rusta. Voting Behavior Pemilih Pemula dalam Pemilu Tahun 2004 di Kota Padang. Skipsi Jurusan Ilmu Politik-FISIP-Universitas Andalas 2005. 12 Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini, peneliti mencoba merampungkan asumsi bahwa nilai psikologis dalam tatanan orientasi terhadap kandidat memberikan pengaruh pada perilaku memilih seseorang dalam kerangka masyarakat etnis di Kota Solok. Karenanya peneliti memutuskan untuk mengambil judul penelitian yaitu : Perilaku Memilih Etnis Jawa Pada Pemilihan Umum Kepada Daerah Walikota dan Wakil Walikota Kota Solok Tahun 2010 (analisis perilaku memilih etnis jawa di Kota Solok).

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: J Political Science > JA Political science (General)
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Ilmu Politik
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 25 Feb 2016 08:26
Last Modified: 25 Feb 2016 08:26
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/1916

Actions (login required)

View Item View Item