KAJIAN PENGGUNAAN INJEKSI ANTIBIOTIKA UNTUK PENCAPAIAN EFEK TERAPI OPTIMAL PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL ANAK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

YULIA, VERA (2013) KAJIAN PENGGUNAAN INJEKSI ANTIBIOTIKA UNTUK PENCAPAIAN EFEK TERAPI OPTIMAL PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL ANAK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG. Masters thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.

[img] Text (TESIS)
CRV0385.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (492kB)

Abstract

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Terapi utama untuk infeksi adalah antibiotika. Pediatric mempunyai metabolisme organ yang belum sempurna tidak dapat menerima pengobatan yang sama dengan orang dewasa. Terapi obat untuk anak perlu manajemen yang sempurna, mulai dari penegakan diagnosis, pemilihan obat, dosis, hingga pemantauan penggunaan obat. Beberapa contoh penggunaan antibiotika yang tidak tepat antara lain pengobatan infeksi yang tidak responsif, terapi demam yang tidak diketahui penyebabnya, dosis yang tidak tepat, penggunaan antibiotika tunggal yang tidak tepat, informasi bakteriologi yang tidak memadai. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran penggunaan injeksi antibiotika untuk terapi infeksi di Bangsal Anak RSUP DR. M. Djamil Padang. Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juli 2013 pada pasien anak yang menggunakan injeksi antibiotika di bangsal anak RSUP DR. M. Djamil, iv Padang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi longitudinal. Longitudinal merupakan suatu desain penelitian dengan melakukan monitoring/ pemantauan terhadap terapi obat yang digunakan dan perbaikan klinis yang ditunjukkan oleh pasien setiap harinya. Pengumpulan data secara prospektif dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif dan statistik. Data yang diambil dari rekam medik yaitu nama, umur, jenis kelamin, berat, tinggi, keluhan pasien, jenis obat, dosis yang diterima pasien, lama pemakaian, diagnosis, riwayat penyakit pasien. Data laboratorium yaitu suhu tubuh, jumlah sel darah putih (leukosit), nadi, tekanan darah. Mengamati perawat merekonstitusi injeksi kering, seperti pelarut yang digunakan, cara melarutkan, cara pemberian, cara penyimpanan injeksi yang sudah direkonstitusi. Mengamati respon klinis pasien terhadap pengobatan yang diterima dengan melihat efektif atau tidaknya terapi. Data inklusi yaitu semua pasien rawat inap di Bangsal Anak RSUP DR. M. Djamil Padang yang menerima injeksi antibiotika. Data ekslusi yaitu semua pasien rawat inap di Bangsal Anak RSUP M. Djamil Padang yang tidak menerima injeksi antibiotik dab pasien neonatus (berumur 0-29 hari). Dari hasil penelitian menyatakan berdasarkan data demografi sosial yang dikumpulkan meliputi jenis kelamin dan umur. Pasien yang diobservasi berjumlah 60 orang, terdiri dari 34 orang laki-laki (56,7%) dan 26 orang perempuan (43,3%). Berdasarkan umur pasien 30 hari-1 tahun 30 orang (50 %), 1-5 tahun 16 orang (26,7 %), 5 tahun-14 tahun 14 orang (23,3 %). Rata-rata lama hari rawatan pasien v (9,82 ± 5,84) hari. Antibiotika yang paling banyak digunakan gentamisin yaitu 25 orang pasien (41,7 %) (narrow therapeutic window). Antibiotika yangpaling sedikit digunakan seftazidim yaitu 1 orang pasien (1,7 %). Berdasarkan kategori Gyssens dapat disimpulkan bahwa 37 pasien (61,7%) mendapatkan antibiotika secara tidak tepat. Berdasarkan evaluasi clinical outcome 55 orang (91,7%) pulang dengan sembuh dan 5 orang (8,3 %) pasien pulang dengan membaik dan tidak ada pasien yang meninggal. Jenis pelarut antibiotika yang digunakan sudah sesuai dengan literatur. Jumlah pelarut dan waktu penyimpanan masih ada yang belum sesuai dengan literatur. Untuk obat yang diinjeksikan perlahan belum sesuai dengan literatur. Lima puluh tujuh orang pasien (95%) menggunakan antibiotika sebagai terapi empiris dan 3 orang pasien (5%) sebagai terapi definitif. Berdasarkan perkiraan perhitungan farmakokinetika dari 25 orang pasien yang menggunakan gentamisin terdapat 5 orang pasien (20%) yang mendapatkan dosis tinggi (konsentrasi obat dalam darah ≥14 μg/ml). Delapan belas orang pasien (72%) yang menggunakan lebih dari 5 hari (beresiko ototoksik dan nefrotoksik). Analisa statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna anatara antibiotika dengan umur (p<0,05), tidak adanya hubungan yang bermakna antara antibiotik yang digunakan dengan jenis kelamin dan antibiotika dengan lama rawatan (p>0,05). Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan antibiotika yang paling banyak digunakan yaitu gentamisin. Menurut kategori Gyssens 37 orang pasien mendapatkan antibiotika secara tidak tepat. Lima puluh lima pasien pulang sembuh dan 5 orang pasien pulang dengan membaik. Lima puluh tujuh orang pasien menggunakan injeksi antibiotika sebagai terapi empiris dan 3 orang pasien vi sebagai terapi defenitif. Jenis pelarut antibiotika yang digunakan sudah sesuai dengan literatur. Jumlah pelarut dan waktu penyimpanan masih ada yang belum sesuai dengan literatur. Untuk obat yang diinjeksikan perlahan belum sesuai dengan literatur. Dari 25 orang pasien yang menggunakan gentamisin terdapat 5 orang pasien yang mendapatkan dosis tinggi dan 18 orang pasien yang menggunakan gentamisin lebih dari 5 hari. Analisa statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara antibiotika dengan umur, tidak adanya hubungan yang bermakna antara antibiotika yang digunakan dengan jenis kelamin dan antibiotika dengan lama rawatan.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Pascasarjana (Tesis)
Depositing User: Yth Vebi Dwi Putra
Date Deposited: 24 Aug 2016 10:24
Last Modified: 24 Aug 2016 10:24
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/15630

Actions (login required)

View Item View Item