ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KOTA PAYAKUMBUH PERIODE TAHUN 2000 - 2013

REANTINO, SETIAWAN (2014) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KOTA PAYAKUMBUH PERIODE TAHUN 2000 - 2013. Diploma thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.

[img] Text (SKRIPSI FULLTEXT)
201505271510th_skripsi full.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (762kB)

Abstract

Lahan sawah Kota Payakumbuh telah mengalami alih fungsi lahan yang cukup tinggi semenjak beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2000 luas lahan sawah Kota Payakumbuh adalah seluas 3,060 hektar, sedangkan pada tahun 2013 turun menjadi 2,751 hektar atau susut sebesar 309 hektar dalam 14 tahun terakhir. Lahan sawah yang terkonversi tersebut sebagian besar merupakan lahan sawah teknis dan setengah teknis yang mempunyai tingkat produktifitas tinggi. Salah satu faktor yang penyebab terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu adanya peningkatan jumlah rumah tangga, sementara ketersediaan dan luas lahan bersifat tetap. Perubahan penggunaan lahan ditandai dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga dan alih fungsi lahan yang signifikan, kedua proses tersebut saling terkait. Dengan adanya peningkatan jumlah rumah tangga menyebabkan alih fungsi lahan sawah di Kota Payakumbuh yang umumnya digunakan untuk pembangunan pemukiman, usaha dan lain-lain juga bertambah. Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga Kota Payakumbuh sebanyak 22,624 kepala keluarga, sedangkan angka pada sensus penduduk tahun 2013 jumlahnya mencapai 29,845 kepala keluarga. Pertambahan jumlah rumah tangga tersebut juga diiringi dengan meningkatnya alih fungsi lahan yang tinggi terutama untuk lahan bangunan atau pekarangan, pada tahun 2000 lahan bangunan hanya seluas 1,395 hektar dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 3,272.67 hektar (BPS, 2013). Selain adanya pertambahan jumlah rumah tangga, pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya peningkatan konversi 4 lahan sawah di Kota Payakumbuh. Pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh hanya sebesar 3.40 persen dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2013 mencapai 6,9 persen (BPS, 2013). Hal ini menyebabkan adanya peningkatan pembangunan infrastruktur dalam berbagai bidang. Sebagai kota yang mempunyai lokasi strategis yaitu terletak di jalur lintas Sumatera, maka pembangunan berbagai fasilitas-fasilitas pendukung sangat diperlukan di Kota Payakumbuh. Selain itu pembangunan ruko-ruko serta perumahan juga semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Sebagai implikasinya permintaan lahan untuk kegiatan non-pertanian meningkat, sehingga banyak lahan sawah yang beralih fungsi. Dengan adanya alih fungsi lahan sawah yang disebabkan karena pertambahan jumlah rumah tangga dan peningkatan pertumbuhan ekonomi ini, mengakibatkan terjadinya perubahan harga lahan secara signifikan, sehingga nilai ekonomisnya pun semakin meningkat. Meningkatnya harga lahan ini membuat sebagian masyarakat mulai memikirkan keuntungan sesaat untuk menjual lahannya, disebabkan penduduk merasa diuntungkan secara financial. Alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non-pertanian umumnya bersifat menular. Konsekuensinya, sekali konversi lahan terjadi di suatu wilayah maka luas lahan yang dikonversi di lokasi tersebut akan semakin luas (Irawan, 2005). Keadaan ini semakin diperkuat jika petani mengalami kesulitan ekonomi sementara harga tanah di daerah tersebut semakin melambung tinggi dengan maraknya pembangunan, maka petani akan terdorong untuk menjual lahan pertaniannya sehingga laju alih fungsi lahan akan semakin meningkat.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > HB Economic Theory
Divisions: Fakultas Ekonomi > Ilmu Ekonomi
Depositing User: Yth Vebi Dwi Putra
Date Deposited: 13 Jun 2016 08:11
Last Modified: 13 Jun 2016 08:11
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/10702

Actions (login required)

View Item View Item