PENYELESAIAN PEMBAGIAN WARIS YANG DIDASARKAN PADA PERJANJIAN DISERTAI KUASA PENGELOLAAN ATAS SUATU OBJEK WARIS (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 147 K/Pdt/2017)

Tristanti Sutjiadi, Silvia (2024) PENYELESAIAN PEMBAGIAN WARIS YANG DIDASARKAN PADA PERJANJIAN DISERTAI KUASA PENGELOLAAN ATAS SUATU OBJEK WARIS (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 147 K/Pdt/2017). S2 thesis, Universitas Andalas.

	Text (Cover Abstrak) Cover & Abstrak Silvia Tristanti Sutjiadi 2220122034.pdf - Published Version Download (112kB)
	Text (Bab I) BAB I Silvia Tristanti Sutjiadi 2220122034 .pdf - Published Version Download (339kB)
	Text (Bab Akhir/Penutup) Bab V Silvia Tristanti Sutjiadi 2220122034.pdf - Published Version Download (80kB)
	Text (Daftar Pustaka) Daftar Pustaka Silvia Tristanti Sutjiadi 2220122034.pdf - Published Version Download (214kB)
	Text (Tesis Full) Tesis Silvia Tristanti Sutjiadi 2220122034 fix dengan watermark (1).pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK Pada dasarnya tiap-tiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, dan dalam bentuk apapun. Hal ini sebagaimana yang tercermin dalam Asas Kebebasan Berkontrak. Setiap perjanjian harus dilandaskan dengan itikad baik. Atas dasar itulah Tuan Gandra Quin mengadakan perjanjian dengan anak lelaki tertuanya yakni Philips Gan. Perjanjian yang diadakan tersebut adalah dalam bentuk Akta Perikatan Jual Beli dan Kuasa Pengelolaan atas objek jual beli yang bernama Wisma Soliga. Wisma Soliga ini juga dijadikan tempat tinggal baik oleh keluarga Tuan Gandra Quin, Philips Gan, serta Venny Gan. Menjadi masalah karena objek jual beli tersebut merupakan harta warisan dari Ibu Philips Gan yang belum terbagi semenjak ia meninggal dunia. Terdapat salah seorang ahli waris yakni Venny Gan yang tidak bersedia menandatangani pelepasan hak atas warisan ibunya tersebut. Setelah meninggalnya Tuan Gandra Quin, Venny Gan bersama saudaranya Stevenson mengajukan gugatan untuk menuntut hak waris mereka atas Wisma Soliga tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 1) Bagaimanakah pertimbangan Hakim Agung dalam memutus sengketa pembagian waris dengan adanya perjanjian disertai dengan kuasa pengelolaan? 2) Bagaimanakah kepastian hukum atas pembagian waris dengan adanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli disertai kuasa pengelolaan yang dibuat oleh pewaris? Metode penelitian yang akan digunakan adalah yuridis normatif dengan pendekatan masalah secara deskriptif analisis dengan sumber data sekunder. Adapun hasil dari penelitian ini adalah 1) Dalam KUH Perdata tidak ada perbedaan antara ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuan, maka ia berhak atas bagian yang sama besar terkait warisan orang tuanya. Dalam adat Tionghoa terdapat keistimewaan bagi anak laki-laki khususnya bagi anak laki-laki tertua dimana hanya anak laki-laki yang berhak mewaris dari orang tuanya. Hakim Agung berpandangan hukum adat Tionghoa tidak tertulis dan harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Oleh karenanya Hakim Agung memutuskan bahwa objek waris Wisma Soliga tersebut harus dibagi 3(tiga) bagian sama besar diantara ahli waris dengan segala konsekuensi yuridisnya. 2) Tidak ada aturan hukum di Indonesia yang melarang jual beli antara ayah dan anak. Akan tetapi dalam hal jual beli yang dilakukan adalah objek waris yang belum terbagi maka hal ini harus mendapatkan persetujuan dari seluruh anak-anaknya selaku ahli waris golongan I yang sah. Tanpa adanya persetujuan dari seluruh ahli waris untuk melepaskan hak warisnya atas objek tersebut maka jual beli tersebut menjadi tidak sah. Oleh karenanya perjanjian peralihan hak atas objek waris tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Kata Kunci: Pembagian Waris, Perjanjian Disertai Kuasa, Objek Waris.

Actions (login required)

View Item