MULYADI, MULYADI (2024) IDEOLOGEME NOVEL TAMBO (SEBUAH PERTEMUAN) KARYA GUS TF SAKAI. S2 thesis, Universitas Andalas.
![]() |
Text (cover dan abstrak)
COVER LUAR.pdf - Published Version Download (262kB) |
![]() |
Text (Bab 1)
BAB 1 printed.pdf - Published Version Download (200kB) |
![]() |
Text (Daftar Pustaka)
DAFTAR PUSTAKA REV okk.pdf - Published Version Download (317kB) |
![]() |
Text (Penutup)
BAB 6 Penutup printed.pdf - Published Version Download (190kB) |
![]() |
Text (Full)
ok MULYADI FULL TESIS MERGE_organized.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (7MB) |
Abstract
enelitian ini mengungkapkan novel Tambo Sebuah Pertemuan (TSP) karya Gus tf Sakai menegasikan legitimasi identitas orang Minangkabau dalam legenda tambo. Namun, dengan fungsi ideologeme tanda, legenda tambo diubah menjadi naratif baru yang menggambarkan sistem adat, sosial, budaya, dan identitas Minangkabau dilembagakan pada masa Aditiawarman di Kerajaan Pagaruyung awal abad ke-14. Penelitian ini menerapkan teori intertekstualitas Julia Kristeva, sesuai pernyataannya, yang berlaku atas novel, untuk menentukan ideologeme novel TSP. Secara kualitatif dan analitik, penelitian ini menerapkan metode intertekstual dengan tahapan: analisis fungsi suprasegmental sekaligus intertekstual; menentukan ideologeme simbol, fungsi disjungtif/oposisi atau lingkaran tematik; menganalisis perubahan tanda (transformasi dan transposisi) oposisi fungsi disjungtif menjadi fungsi non-disjungtif (pembuyaran oposisi legenda vs sejarah) untuk menentukan ideologeme tanda sebagai ideologeme novel. Analisis ini menemukan, pertama: ideologeme simbol dari tambo Minangkabau yang transendental telah dikesampingkan dalam TSP. Rasionalitas pengarang ber-oposisi dengan ideologeme simbol itu. Kedua, ideologeme tanda mengubah (transformasi dan transposisi) oposisi/disjungtif (legenda dan latar sejarah) ke dalam fungsi nondisjungtif tanda yang membentuk narasi Minangkabau berlatarkan masa Raja Aditiawarman abad ke-14. Fungsi nondisjungtif juga ‘memprovokasi’ simbol (tambo) dalam kegandaan tokoh: Raja Aditiawarman adalah alias Datuk Katumanggungan, atau Dara Jingga adalah alias Bundo Kanduang. Kegandaan nondisjungtif juga menciptakan psikologi tokoh novel menjadi lebih hidup dan kompleks. Melalui ideologeme tanda TSP menunjukkan oposisi dan negasi terhadap legitimasi orang dan budaya Minangabau dalam tambo, dengan menciptakan permainan teks baru (novel) yang belum ada sebelumnya. Ideologeme TSP sepertinya menonjolkan dinasti dan masa kekuasaan Aditiawarman sebagai ix peletak dan pelembaga dasar adat dan budaya Minangkabau. Implikasinya, TSP dengan idoelogeme tanda menghasilkan kegandaan, ambivalensi teks, antara legenda dan sejarah: sebuah ‘provokasi’ dan semacam ‘dekonstruksi’, tetapi potensi itu disamarkan atau dibatalkan dengan fungsi ideologeme tanda yang juga tidak mengahasilkan kepositifan sejarah, yang ‘menyadarkan’ pembaca bahwa TSP adalah sebuah novel sastra, bukan jenis tambo baru ataupun buku bertendensi sejarah.
Item Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Supervisors: | Dr. Ivan Adilla, M.Hum. II: Sudarmoko, S.S., M.A., Ph.D. |
Uncontrolled Keywords: | tambo, intertekstualitas Julia Kristeva, ideologeme tanda, fungsi non-disjungtif, Adityawarman |
Subjects: | P Language and Literature > PN Literature (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > S2 Susastra |
Depositing User: | s2 ilmu sastra |
Date Deposited: | 12 Nov 2024 08:46 |
Last Modified: | 27 Mar 2025 06:21 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/483831 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |