MUTIA, FELINA (2014) PENGARUH KOMPRES PANAS DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS IBU PRIMIPARA. Masters thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.
Text (TESIS)
201410311355st_tesis_mutia felina_1121228011.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Kehamilan, persalinan dan masa nifas adalah peristiwa fisiologis dalam setiap perkembangan seorang wanita menjadi ibu. Peristiwa fisiologis ini terkadang dapat menimbulkan trauma pada ibu karena nyeri yang dialaminya. Beberapa ibu bahkan ada yang trauma untuk hamil dan melahirkan lagi karena takut akan mengalami nyeri yang sama. Bagi ibu yang pernah melahirkan, nyeri persalinan merupakan nyeri yang paling menyakitkan apalagi bagi ibu-ibu yang baru pertama kali merasakannya. Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress. Nyeri pada ibu bersalin juga menyebabkan meningkatnya kadar katekolamin atau hormon stres seperti epinefrin dan kortisol. Peningkatan kadar katekolamin atau hormon stres dapat mengurangi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri. Penatalaksanaan dalam mengatasi nyeri persalinan berdasarkan penelitian di sembilan rumah sakit di Amerika Serikat tahun 1996, sebanyak 4171 pasien, yang persalinannya ditolong oleh perawat-bidan menggunakan beberapa tipe iv penatalaksanaan nyeri untuk mengatasi nyeri. Ibu bersalin tersebut sekitar 90% diantaranya memilih metode non farmakologis untuk mengatasi nyeri. Terapi kompres panas dan dingin merupakan salah satu metode non farmakologis untuk mengatasi nyeri. Terapi ini perlu diberikan bagi semua ibu melahirkan sebagai salah satu intervensi terapi nyeri di pelayanan kesehatan yakni rumah sakit, puskesmas maupun klinik bersalin. Metode non farmakologis merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengurangi nyeri. Metode ini mempunyai resiko yang sangat rendah, bersifat murah, simpel, efektif, tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan. Jenis penelitian ini yaitu Experimental dengan rancangan One Group Pretest Postest. Penelitian ini dilaksanakan di BPS Bunda dan BPS Rita Kota Bukittinggi mulai tanggal 26 Maret s/d 26 Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primipara inpartu kala 1 fase aktif. Penelitian ini menggunakan tekhnik Non Probability Sampling dengan metode sampel Consecutive Sampling. Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 21 orang. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Menggunakan Uji t yakni Paired Samples t Test dan t Test Independent. Data diolah secara komputerisasi menggunakan program SPSS dengan derajat kepercayaan 95 %. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres panas dan dingin terhadap penurunan nyeri kala I fase aktif persalinan fisiologis ibu primipara dengan nilai p 0,000. Sebagian besar ibu inpartu mengalami rasa nyaman setelah diberikan kompres panas. Kompres panas yang diberikan pada punggung bagian bawah ibu di area tempat kepala janin menekan tulang belakang kepala akan mengurangi nyeri, panas akan meningkatkan v sirkulasi ke area tersebut sehingga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan. Secara keseluruhan berdasarkan apa yang telah peneliti observasi, semua responden rata-rata mengatakan bahwa nyeri persalinan yang dirasakannya berkurang. Walaupun respon yang diberikan berbeda-beda. Ini bisa jadi disebabkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri seseorang yang belum peneliti kendalikan, seperti suku bangsa, pekerjaan, kondisi psikologis dan faktor lainnya. Sejalan dengan kompres panas, kompres dingin juga terbukti efektif dalam menurunkan nyeri persalinan. Pada saat penelitian, penulis menemukan satu responden yang tidak mengalami penurunan nyeri. Pada saat ditanyakan, responden mengatakan bahwa tidak merasakan penurunan dari nyeri persalinannya. Ini merupakan salah satu kelemahan dari penelitian ini, dimana, disamping alat ukur yang masih sangat objektif, variabel confounding yang belum dikendalikan seperti suku bangsa, kondisi psikologis, dukungan keluarga, status pekerjaan, dll, juga turut mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan derajat nyeri sebelum diberikan kompres panas dan sebelum diberikan kompres dingin dengan nilai p 0,896. Sedangkan terdapat perbedaan yang bermakna antara derajat nyeri setelah diberikan kompres panas dan setelah diberikan kompres dingin dengan nilai p 0,001. Tidak terdapat perbedaan derajat nyeri sebelum diberikan kompres panas dan kompres dingin. Ini membuktikan bahwa faktor yang dikendalikan seperti usia, paritas, usia kehamilan dan pembukaan serviks membantu dalam penelitian. vi Dimana secara garis besar keseluruhan responden sudah dihomogenkan. Sementara terdapat perbedaan derajat nyeri setelah diberikan kompres panas dan kompres dingin, ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara penurunan nyeri setelah diberikan kompres panas dan setelah diberikan kompres dingin. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa rerata selisih nyeri sebelum diberikan dan setelah diberikan kompres panas adalah 2,33±0,658, sedangkan rerata selisih nyeri sebelum diberikan kompres dingin dan setelah diberikan kompres dingin adalah 3,38±1,117. Hal ini membuktikan bahwa kompres dingin lebih efektif menurunkan derajat nyeri dibandingkan kompres panas yang terlihat dari nilai rerata penurunan nyerinya lebih tinggi pada kelompok kompres dingin bila dibandingkan dengan kelompok kompres panas. Berdasarkan hasil uji statistik juga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan selisih derajat nyeri sebelum dan setelah diberikan kompres panas dan kompres dingin yang terlihat dari nilai p 0,001. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khusniyah tahun 2011, dimana berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney Test didapatkan nilai p 0,005 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kompres panas dan kelompok kompres dingin. Perbedaan ini didukung oleh hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pada masing-masing kelompok kompres, dimana pada kelompok kompres panas didapatkan nilai p 0,003 dan pada kelompok kompres dingin didapatkan nilai p 0,001 yang artinya kelompok kompres dingin lebih efektif dalam menurunkan nyeri daripada kelompok kompres panas. vii Pada kompres dingin, pengalihan persepsi nyeri yang lebih dominan adalah salah satu tipe transedensi yang telah tercapai sehingga responden merasa lebih nyaman. Berdasarkan teori dan fakta, kompres dingin lebih efektif dalam menurunkan nyeri daripada kompres panas. Dalam pemantauan kala I fase aktif persalinan menggunakan partograf, pemberian kompres dingin juga tidak berpengaruh terhadap kemajuan dan kemunduran persalinan. Pada saat fase aktif dan dilakukan intervensi pengompresan, pembukaan serviks dan kontraksi uterus tetap berjalan dengan normal. Oleh karena itu kompres dingin aman diberikan pada ibu yang sedang dalam proses persalinan dan asuhan sayang ibu juga bisa tercapai.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) R Medicine > RG Gynecology and obstetrics |
Divisions: | Pascasarjana (Tesis) |
Depositing User: | Yth Vebi Dwi Putra |
Date Deposited: | 24 May 2016 09:32 |
Last Modified: | 24 May 2016 09:32 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/9457 |
Actions (login required)
View Item |