STRUKTUR KOMUNITAS DAN PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI TELUK BUNGUS

FAURIZKI, FITRA (2013) STRUKTUR KOMUNITAS DAN PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI TELUK BUNGUS. Masters thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Fulltext)
1869.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (398kB)

Abstract

Perairan Teluk Bungus secara geometri berbentuk pantai setengah tertutup dan merupakan daerah estuari yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Keberadaan Samudera Hindia memungkinkan terjadinya proses pencampuran massa air laut dengan air tawar yang akan memberikan keuntungan dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan oleh masyarakat setempat. Bentuk pemanfaatan lain kawasan Teluk Bungus yaitu pembangunan pelabuhan (perikanan, penumpang, Polair/TNI-AL, terminal transit BBM Pertamina), wisata pantai, serta pembangunan PLTU Teluk Sirih yang sedang berlangsung. Adanya berbagai kegiatan tersebut akan berdampak terhadap keadaan fisik perairan seperti suhu, salinitas, pola arus, kekeruhan, dan kestabilan garis pantai. Disamping itu juga akan mempengaruhi komposisi kimia hara perairan seperti amoniak, nitrit, nitrat, ortofosfat, dan silika. Apabila faktor abiotik terganggu maka faktor biotik, terutama sekali komunitas fitoplankton sebagai dasar rantai makanan juga akan ikut terganggu. Hal ini disebabkan karena sifat hidup fitoplankton yang sangat rentan dan sensitif terhadap perubahan fisika kimia perairan serta memiliki masa hidup yang singkat. Oleh karena alasan tersebut maka kajian struktur komunitas fitoplankton sangat penting dilakukan dalam memantau kondisi suatu perairan. Kadar klorofil-a juga dapat digunakan sebagai biomonitoring kualitas dan kesuburan perairan (produktivitas primer). Hal ini didasari karena semua fitoplankton memiliki klorofil terutama sekali klorofil-a. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu untuk 1) menganalisis struktur komunitas fitoplankton di Teluk Bungus, dan 2) menentukan produktivitas primer fitoplankton dan kaitannya dengan beberapa faktor lingkungan. Penelitian dilakukan di Teluk Bungus, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive random sampling pada enam stasiun pengamatan. Sampel fitoplankton dikoleksi menggunakan jala plankton yang ditarik secara horizontal menggunakan perahu motor. Sedangkan sampel air untuk analisis klorofil-a dan fisika kimia perairan dicuplik dengan Van Dorn water sampler. Untuk menganalisis struktur komunitas fitoplankton ditentukan komposisi komunitas fitoplankton kemudian dihitung kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, indeks diversitas, indeks kemerataan (ekuitabilitas/eveness), dan indeks dominansi masing-masing stasiun pengamatan. Selanjutnya pengukuran suhu, kecerahan, pH, salinitas, dan oksigen terlarut dilakukan secara”in situ”. Di laboratorium dilakukan pengukuran BOD5 dengan metode titrasi Winkler, pengukuran klorofil-a, amoniak, nitrit, nitrat, ortofosfat dengan metode spektrofotometri, dan silika dengan spektrofotometri serapan atom (SSA). Untuk menganalisis hubungan klorofil-a dengan kepadatan fitoplankton dan beberapa faktor lingkungan perairan yang diukur (kecerahan air, salinitas, nitrat, ortofosfat), dilakukan dengan analisis regresi linear sederhana. Komposisi komunitas fitoplankton yang didapatkan selama penelitian terdiri dari 4 kelas dan 53 spesies yaitu : Bacillariophyceae (32 spesies), Dinophyceae (19 spesies), Prymnesiophyceae (1 spesies), dan Chlorophyceae (1 spesies). Spesies fitoplankton yang paling tinggi kepadatannya adalah Chaetoceros decipiens. Berdasarkan indeks diversitas, kemerataan, dan dominansi fitoplankton, secara umum Teluk Bungus dalam kondisi belum tercemar. Hal ini dapat dilihat dari meratanya sebaran individu, tidak ada spesies yang mendominasi dan hanya satu stasiun pengamatan yang dikategorikan tercemar ringan. Produktivitas primer fitoplankton termasuk dalam kategori normal (bagus) dengan kadar klorofil-a berkisar dari 0,07 – 0,66 mg/m3. Kadar klorofil-a fitoplankton berkorelasi positif secara signifikan dengan salinitas. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pada musim yang berbeda dan dilokasi yang sama. Kemudian pengukuran kadar klorofil-a sebaiknya menggunakan alat fluorometer.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: Q Science > QH Natural history > QH301 Biology
Divisions: Pascasarjana (Tesis)
Depositing User: ms Meiriza Paramita
Date Deposited: 16 May 2016 07:56
Last Modified: 16 May 2016 07:56
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/8736

Actions (login required)

View Item View Item