ANALISIS PROGRAM PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PAYAKUMBUH

Rini, Gusfrianti (2016) ANALISIS PROGRAM PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PAYAKUMBUH. Masters thesis, Universitas Andalas.

[img]
Preview
Text (abstrak)
abstrak.pdf - Published Version

Download (225kB) | Preview
[img]
Preview
Text (bab I)
bab I.pdf - Published Version

Download (401kB) | Preview
[img]
Preview
Text (bab V)
bab V.pdf - Published Version

Download (221kB) | Preview
[img]
Preview
Text (daftar pustaka)
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (41kB) | Preview
[img] Text (tesis full text)
TESIS full.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematis dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik (Rustiadi dkk, 2011). Menurut Todaro (2000) ada tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki, yaitu: (1) live sustainance atau terpenuhinya kebutuhan dasar hidup manusia (2) self esteem , kemampuan untuk menjadi diri sendiri, (3) freedom , yaitu kemampuan untuk memilih secara bebas. Salah satu sektor penting dalam pembangunan adalah pembagunan subsektor peternakan. Subsektor ini mempunyai tujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia secara berkelanjutan yaitu melalui perbaikan gizi, mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani p eternak, kesempatan kerja, pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan devisa negara (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003). Namun kondisi saat ini berkata lain. Pembangunan subsektor peternakan tersebut masih belum mampu secara mandiri menj alankan peran pentingnya. Khusus peternakan sapi potong, sebagai penyuplai kebutuhan daging nasional iii terbesar kedua setelah ayam ras pedaging, saat ini masih melakukan impor sebesar 30% dari kebutuhan nasional (Ditjennak, 2010). Sebagai pelaksana bidang peternakan di Kota Payakumbuh, pada Dinas Pertanian terdapat beberapa program pembangunan dalam upaya penanggulangan kemiskinan yaitu Program Sarjana Membangun Desa (SMD) dan Program Satu Peten i Satu Sapi (SPSS). Program SMD adalah program Kementerian Pertanian yang dimulai pertama kali di Indonesia semenjak tahun 2007. Sementara Program SPSS adalah bagian dari Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP) yang diusung oleh Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat periode 2010 - 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk Mengetahui Pelaksanaan Program Pembangunan Peternakan Sapi Potong di Kota Payakumbuh, (2) Untuk Mengetahui Pendapatan Rumah Tangga Petani/Peternak Penerima Program Pembangunan Peternakan Sapi Potong di Kota Payakumbuh, (3) Untuk Mengetahui Implikasi Pelaksanaan Program Pembangunan Peternakan Sapi Potong terhadap Upaya Pengentasan Kemiskinan di Kota Payakumbuh. Penelitian ini dilakukan di Kota Payakumbuh pada bulan Mei - Juni 2014. Penelitia n ini menggunakan metode studi pustaka dan survey. Studi pustaka dilakukan dengan menganalisi data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi Dinas Pertanian Bidang Peternakan Kota Payakumbuh, Bappeda Kota Payakumbuh, Bappeda Provinsi Sumatera Ba rat, Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat, BPS Sumatera Barat/Kota Payakumbuh, dan referensi berupa buku, literatur perpustakaan, jurnal dan internet. Kemudian survey dilakukan untuk memperoleh data primer dari responden melalui wawancara dan iv pengamatan langsung di lapangan. Data yang digunakan adalah data usaha pada tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program SMD di Kota Payakumbuh sudah berlangsung semenjak tahun 2008 hingga penerimaan tahun 2012. Pada tahun - tahun tersebut, secara total mendapatkan 17 paket program SMD dari berbagai komoditi, dengan rincian 12 kelompok penerima SMD sapi potong, 3 kelompok SMD kambing dan 2 kelompok penerima SMD itik. Dari program SMD sapi potong tersebut, pada umumnya me kanisme kelompok sudah tidak berjalan dengan baik dan sebagian besar sapinya sudah dibagi - bagi ke masing - masing anggota serta dijual. Hanya Kelompok Tani Koto Saiyo yang masih tetap berkelompok seperti semula dan Kelompok Tani Rumpun Batuang yang sebagian anggotanya masih tetap berkelompok. Program SPSS di Kota Payakumbuh dimulai pada bulan Desember 2010. Perkembangannya adalah 38,9% sapi dikembalikan karena tidak mau bunting, 27,8% sapi dijual oleh peternak, 16,7% induk sapi dikembaikan tapi anak dipeliha ra, 11,1% sapi sampai saat ini masih ada dan 5,6% sapi mati. Pendapatan masyarakat peternak program SMD dari usaha sapi potong adalah berkisar antara Rp 17.880.000 – Rp 30.000.000/tahun (52,4%), dari usaha selain sapi potong juga berkisar antara Rp 17.880.000 – Rp 30.000.000/tahun (59,5%), dengan total pendapatan > Rp 30.000.000/tahun (79%). Sementara Pendapatan masyarakat peternak program SPSS dari usaha sapi potong adalah < Rp 2.575.805/tahun (44,4%), dari usaha selain sapi potong berkisar ant ara Rp 17.880.000/tahun (44%), dengan total pendapatan di kisaran Rp 17.880.000 – Rp 30.000.000/tahun (50%). v Dari usaha selain peternakan sapi potong, pendapatan sebagian besar (59,5%) masyarakat penerima program SMD dapat dikategorikan sangat tidak miskin (baik) menurut standar miskin BPS, namun masih masuk kategori miskin berdasarkan standar miskin Bank Dunia. Kemudian dari total pendapatan masyarakat penerima program SMD yang telah ditambahkan dengan pendapatan dari usaha peternakan sa pi potong, pada umumnya (79%) masyarakat penerima program SMD dapat dikategorikan sangat tidak miskin (baik) menurut BPS, dan sudah tidak miskin (normal) menurut Bank Dunia. Dari usaha selain peternakan sapi potong, pendapatan sebagian besar (44%) masyarak at penerima program SPSS dapat dikategorikan tidak miskin (normal) menurut standar miskin BPS, namun masih masuk kategori miskin berdasarkan standar miskin Bank Dunia. Kemudian dari total pendapatan masyarakat penerima program SPSS yang telah ditambahkan d engan pendapatan dari usaha peternakan sapi potong, pada umumnya (50%) masyarakat penerima program SPSS dapat dikategorikan sangat tidak miskin menurut BPS, namun masih miskin menurut Bank Dunia

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: S Agriculture > SF Animal culture
Divisions: Pascasarjana (Tesis)
Depositing User: s2 ilmu ternak
Date Deposited: 04 May 2016 04:12
Last Modified: 04 May 2016 04:12
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/7330

Actions (login required)

View Item View Item