SILVIA, RAHMI (2013) HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN DEPRESI PADA IBU YANGMEMILIKI ANAK AUTISME DI YAYASAN PENGEMBANGAN POTENSI ANAK (YPPA) PADANG TAHUN 2013. Diploma thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.
Text (SKRIPSI)
481.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (360kB) |
Abstract
Bagi pasangan suami istri, kehadiran anak merupakan saat yang ditunggutunggu dan sangat menggembirakan. Kehadiran anak sangat ditunggu karena anak merupakan penerus generasi yang sangat diharapkan oleh orang tua. Setiap orangtua mengharapkan bahwa anaknya sehat, cerdas, dan normal seperti anakanak lainnya. Orang tua memiliki gambaran ideal tentang anaknya sendiri dan bermimpi tentang kesuksesan yang akan diperoleh anaknya kelak dimasa depan (Safaria, 2005). Namun demikian sering terjadi anak menunjukan gejala adanya gangguan dalam perkembangan sejak usia dini. Di Indonesia, jumlah balita mencapai angka 10% dari penduduk, di mana prevalensi gangguan perkembangan bervariasi 12,8% - 16% (Utami, 2012). Salah satu gangguan perkembangan yang dapat terjadi pada anak adalah autisme. Autisme Spectrum Disorder (ASD), adalah gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak. ASD berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi, dan sikap (William dan Wright, 2007). Kanner (dikutip dari Safaria, 2005) mendeskripsikan gangguan autisme sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda dan pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di lingkungannya. Kebanyakan orang tua belum menyadari adanya gangguan autisme pada anaknya di usia 1 bulan sampai 2 tahun. Orang tua berpikir anaknya hanya terlambat dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya. Namun, seiring waktu mulai terlihat keanehan dan kejanggalan pada anaknya. Bahkan sampai taraf perilaku yang membahayakan anak, seperti anak membentur-benturkan kepalanya ketembok, menggigit tangannya sampai berdarah, memutar-mutar kepala atau tangannya. Semakin bertambahnya usia semakin terlihat anak mengisolasi dirinya, seperti asyik dalam kesendiriannya, tidak perduli dengan orang-orang disekelilingnya. Bahkan anak sampai melakukan tindakan agresif dengan merusak barang apa saja yang ada didekatnya (Safaria, 2005).
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RT Nursing |
Divisions: | Fakultas Keperawatan |
Depositing User: | Yth Vebi Dwi Putra |
Date Deposited: | 03 May 2016 09:55 |
Last Modified: | 03 May 2016 09:55 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/7191 |
Actions (login required)
View Item |