PENAPISAN BAKTERI TERMO-AMILOLITIK DARI SUMBER AIR PANAS SUNGAI MEDANG, KERINCI, JAMBI

DEVI, SYAFRIYANI (2016) PENAPISAN BAKTERI TERMO-AMILOLITIK DARI SUMBER AIR PANAS SUNGAI MEDANG, KERINCI, JAMBI. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Skripsi Fulltext)
2169.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (15MB)

Abstract

Indonesia kaya akan sumber air panas, yang selama ini hanya untuk pengembangan pariwisata, namun hampir tidak dimanfaatkan untuk kepentingan bioteknologi. Didalam sumber air panas tersebut masih mungkin untuk ditemukannya mikroorganisme yang hidup (Pohan, 1998). Pada kondisi hutan, dimana daun-daunan gugur, biji-bijian, rerumputan, serbuk sari dan bangkai serangga merupakan sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme yang terdapat di dalam sumber air panas tersebut (Dirnawan, 2000). Hal ini memberikan peluang besar bagi mikroorganisme termofilik penghasil enzim hidrolitik ekstraseluler seperti protease, amilase, kitinase dan xilanase pada sumber air panas tersebut (Dewi, 2008). Mikroorganisme yang mampu hidup pada suhu tinggi yaitu di atas 40o C disebut dengan mikroorganisme termofilik. Pemanfaatan bakteri termofilik yang tidak kalah penting di dalam bioteknologi adalah sebagai sumber enzim. Sebagai penghasil enzim, bakteri-bakteri termofilik dapat memberikan beberapa keuntungan dibandingkan bakteri-bakteri lain yaitu: jumlah enzim yang dihasilkan lebih tinggi, enzim yang diproduksi lebih stabil dan memiliki stabilitas didalam pelarut-pelarut organik maupun pelarut lain (Doing, 1974). Mikroorganisme termofilik merupakan mikroorganisme yang tumbuh baik pada suhu 45-800 C. Pengisolasian bakteri termofilik dari beberapa habitatnya dengan tujuan penggunaan bakteri dan enzim termostabil yang dihasilkannya untuk diterapkan dalam dunia industri semakin intensif (Madigan, Martinko, and Parker, 2000). Pada beberapa dekade terakhir, aplikasi enzim di bidang bioteknologi semakin menuntut adanya enzim-enzim yang tahan terhadap temperatur. Hal tersebut berkaitan utamanya dengan kebutuhan industri, karena penggunaan enzim termostabil dalam proses produksi pada suhu tinggi memberi berbagai keuntungan. Enzim-enzim termostabil umumnya dihasilkan oleh bakteri termofil dan hipertermofil karena lingkungan hidupnya yang ekstrim panas (Fredy, Rahayu, Maggy, Hwang, Pyun, 1999). Enzim termostabil sebagai salah satu kelompok ekstremozin merupakan biokatalis yang sangat efektif digunakan dalam proses reaksi yang menggunakan temperatur tinggi. Saat ini, beberapa bidang industri terutama pangan, deterjen, kesehatan, serta bidang penelitian mulai banyak tergantung dengan kebutuhan terhadap enzim-enzim termostabil. Salah satu sumber yang cukup potensial adalah bakteri termofilik yang hidup pada sumber air panas (Mulyani, Nies Suci dan Agustina, 2004). Bakteri sebagai salah satu mikroorganisme yang berperan sebagai penghasil enzim yang paling banyak digunakan dibandingkan tanaman dan hewan. Sebagai sumber enzim, bakteri dianggap lebih menguntungkan karena pertumbuhannya cepat, dapat tumbuh pada substrat yang lebih murah, kondisi pertumbuhan dan rekayasa genetik dapat diatur serta mampu menghasilkan enzim yang ekstrim seperti pada suhu tinggi serta menguntungkan dibidang industri dan penelitian ilmiah (Lestari, 2000). Aplikasi enzim didalam bioteknologi semakin menuntut enzim yang bersifat tahan lingkungan. Karena faktor utama yang paling merusak enzim adalah suhu, maka usaha pertama yang akan dilakukan adalah mencari mikroba penghasil enzimenzim termofilik dari berbagai sumber alam. Hal ini berkaitan dengan keuntungan yang akan diperoleh bila proses produksi dilakukan pada suhu tinggi, diantaranya adalah mengurangi kontaminasi, meningkatkan kecepatan transfer massa dan menurunkan viskositas dari larutan (Muharni, 2010). Industri enzim kini telah berkembang pesat dan menempati posisi penting dalam bidang industri. Kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pencinta lingkungan menjadikan teknologi enzim sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan berbagai proses kimiawi dalam bidang industri. Daniel, (2001) berhasil mengisolasi 86 bakteri termofilik penghasil amilase dengan suhu pertumbuhan optimum 40-700 C dan pH pertumbuhan optimum 7 dari sumber air panas Rimbo Panti, sedangkan Agustien, (2005b) berhasil mengisolasi 12 bakteri termofilik penghasil amilase dengan suhu pertumbuhan optimum 600 C dan pH pertumbuhan optimum 6 dari sumber air panas Rimbo Panti dan Kili-Kili Sumbar. Salah satu enzim yang paling banyak diproduksi dan digunakan adalah enzim amilase. Amilase merupakan enzim yang menghidrolisa molekul pati untuk menghasilkan produk bervariasi (Chung, et al.,1997). Menurut Sardjoko (1991), amilase sering digunakan dalam industri pembuatan sirup, permen dan pemanis. Sumber air panas Sungai Medang merupakan salah satu sumber air panas yang berada di daerah Kerinci, yang berlokasi di Sungai Medang Kecamatan Air Hangat Timur Desa Sungai Situtung. Dari survei yang telah dilakukan, sumber air panas tersebut mempunyai suhu 50-780 C dan pH 8,41-8,75 dan disekelilingnya didapati berbagai vegetasi seperti lumut, rumput-rumputan, dan ada beberapa tanaman lainnya, selain itu juga ditemukan sisa organisme yang telah mati seperti daun-daun, ranting-ranting kayu, serangga yang telah mati dan batu-batuan. Berdasarkan hal di atas, maka dilakukan penapisan bakteri termo-amilolitik dari sumber air panas Sungai Medang, Kerinci, Jambi.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Q Science > QH Natural history > QH301 Biology
Divisions: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam > Biologi
Depositing User: mrs Rahmadeli rahmadeli
Date Deposited: 30 Apr 2016 08:35
Last Modified: 30 Apr 2016 08:35
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/6116

Actions (login required)

View Item View Item