ANALISIS HUBUNGAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NILAI TUKAR TERHADAP PENDAPATANG DEVISA PARIWISATA DI INDONESIA (TAHUN 2008-2013)

SUCI, RAMADHANY (2015) ANALISIS HUBUNGAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NILAI TUKAR TERHADAP PENDAPATANG DEVISA PARIWISATA DI INDONESIA (TAHUN 2008-2013). Diploma thesis, UPT. Perpustakaan Unand.

[img] Text
201508181744th_skripsi pdf.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)

Abstract

Latar Belakang Secara bahasa devisa dapat diartikan sebagai pembayaran yang diterima dalam lalu lintas pembayaran internasional (foreign exchange), dengan kata lain devisa merupakan suatu mata uang internasional. Sementara itu, menurut UU no 24 tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar, devisa merupakan asset dan kewajiban financial yang digunakan dalam transaksi internasional. Devisa inilah yang kemudian digunakan suatu negara untuk membiayai transaksi internasionalnya seperti, pembayaran hutang luar negri, transaksi pembayaran ekspor-impor, dan juga menjadi sumber pendapatan negara. Sehingga tak heran devisa dapat menjadi salah satu tolak ukur kekuatan perekonomian suatu negara. Devisa biasanya bersumber dari kegiatan ekspor suatu negara ataupun segala kegiatan perekonomian yang berhubungan dengan internasional. Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki berbagai kendala dalam upaya pembangunan ekonomi, salah satunya keterbatasan devisa yang menjadi salah satu sumber pendanaan dalam pembangunan ekonomi. Kecendrungan untuk menggantungkan perolehan devisa dari komoditi minyak dan gas bumi diyakini menjadi penyebab terbatasnya ketersediaan devisa di Indonesia. Hal ini dikarenakan nilai ekspor pada komoditi ini cenderung mudah berfluktuasi mengikuti mekanisme pasar internasional. 2 Dikarenakan segala keterbatasan itulah dibutuhkan solusi yang tepat, untuk keluar dari masalah ketergantungan pada ekspor migas. Bentuk alternatif kebijakan yang dapat menjadi salah satu jalan keluarnya yaitu dengan mengembangkan sektor non migas. Salah satu sektor yang dapat menjadi alternatif adalah sektor pariwisata. Menurut UU No 10 tahun 2009 pasal 1 dijelaskan bahwa wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu tertentu. Undang-undang No 10 tahun 2009 pasal 4 juga menjelaskan tujuan dari kepariwisataan, salah satunya yaitu segala hal terkait kemajuan ekonomi termasuk menambah devisa yang merupakan salah satu pendanaan dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Hal ini juga dipertegas dengan pernyataan para ahli ekonomi yang mengistilahkan pariwisata sebagai ekspor yang tidak kentara (invisible export). Selain itu kegiatan pariwisata juga menggerakan roda perekonomian lainnya yang terkait dengan kegiatan pariwisata. Pernyataan ini dibuktikan dengan kemampuannya dalam memberi kontribusi terhadap perekonomian nasional dan daerah pada saat krisis ekonomi nasional 1999 (Laporan akhir Passenger Exit Survey 2004, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, hal : 2). Kekayaan alam dan keragaman budaya yang dimlikinya menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi kunjungan wisata para wisatawan baik domestik ataupun mancanegara. Indonesia sendiri berada diperingkat ketiga di ASEAN setelah Brunai Darussalam dan Kamboja untuk negara yang paling 3 banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara (UNWTO, Tourism Highlight : 2014). Pariwisata Indonesia juga telah banyak menorehkan prestasi lainnya di dunia internasional, diantaranya penetapan wayang, batik, dan anklung masuk kedalam daftar Budaya Tak Benda Warisan Budaya oleh organisasi dunia UNESCO. Selain itu tujuh lokasi wisata Indonesia juga dinobatkan dalam daftar Situs Warisan Dunia. Sektor pariwisata telah menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pariwisata Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada tahun 2013 pariwisata Indonesia bertumbuh sebanyak 9,39% dengan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebanyak 23%. Hal ini menunjukan bahwa pariwisata telah manjadi salah satu sektor yang tidak dapat dikesampingkan peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, perkembangan pariwisata Indonesia juga memperlihatkan perkembangan yang cukup naik. Terlihat dari jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia cendrung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 7.649.731 jiwa yang kemudian bertambah setiap tahunnya seperti tahun 2012 dan 2013, dimana jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 8.044.462 dan 8.802.129 (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014) Mengingat tingginya potensi yang dimiliki Indonesia membuat sektor pariwisata cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Jumlah wisatawan 4 mancanegara yang berkunjung ke Indonesia cendrung bertambah setiap tahunnya akan mendatangkan pendapatan bagi Indonesia. Segala biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan mancanegara untuk mendapatkan sarana dan prasarana selama menjalankan kegiatan wisata akan menjadi pendapatan bagi Indonesia, yang pada akhirnya menjadi pendapatan devisa bagi Indonesia. Pendapatan devisa negara dari sektor pariwisata juga memperlihatkan perkembangan yang baik. Jika dilihat dari rengking devisa Indonesia pada tahun 2013, sektor pariwisata menemati peringkat ke empat setelah minyak bumi dan gas, batu bara, dan minyak kelapa sawit. Kondisi ini memperlihatkan bahwa sektor pariwisata menunjukan perkembangan yang baik dalam hal pendapatan devisa. Pada tahun 2013, pendapatan devisa sektor pariwisata mencapai 10.054,15 juta USD. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang hanya sebesar 9.120,89 juta USD (Badan Pusat Statistik Indonesia,2005). Pariwisata menghasilakan devisa yang besar dari hasil pembelanjaan yang besar oleh para wisatawan dan menjadi salah satu faktor yang efektif dalam pengembagan retribusi internasional (Marpaung, 2002). Para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia untuk melakukan perjalan wisata ataupun perjalanan bisnis akan membelanjakan uangnya untuk menadapatkan segala fasilitas yang ia butuhkan selama melakukan perjalanan wisata. Peluang inilah yang akan menggerakan barbagai macam aktifitas ekonomi di Indonesia. Selain itu, para wisatawan mancanegara akan meningkatan pedapatan devisa Indonesia dari pengeluaran yang ia keluarkan selama melakukan perjalanan wisata. 5 Syamsul Huda (2007) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan devisa sektor pariwisata adalah nilai tukar. Perubahan nilai tukar akan berdampak pada perubahan pendapatan devisa sektor pariwisata. Naik turunnya nilai tukar mata uang dalam negri akan mengakibatkan perubahan naik turunnya devisa sektor paiwisata. Dalam penelitiannya Syamsul Huda mengatakan ada hubungan positif antara nilai tukar terhadap pendapatan devisa pariwisata. Ketika mata uang luar negri lebih murah dibandingkan mata uang dalam negri atau dari sisi mata uang domestik disebut apresiasi atau bisa juga dikatakan bahwa mata uang domestik bernilai positif , maka akan menyebabkan peningkatan pendapatan devisa pariwisata. Hal ini dikarena ketika mata uang dalam negri mengalami apresiasi akan dibutuhkan lebih banyak mata uang luar negri untuk ditukarkan dengan mata uang domestik. Begitu juga sebaliknya ketika mata uang luar negri lebih mahal dibandingkan mata uang dalam negri atau dari sisi mata uang domestik disebut depresiai atau dapat disebut juga bahwa mata uang dalam negri bernilai negatif maka akan menyebabkan penurunan pendapatan devisa paiwisata. Karena ketika mata uang domestik mengalami depresiasi akan dibutuhkan lebih sedikit mata uang luar negri untuk dutukarkan dengan mata uang domestik. Namun pada kenyataannya pergerakan nilai tukar dan perkembangan pendapatan devisa pariwisata di Indonesia tidak memperlihatkan hubungan yang ideal sesuai kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada tahun 2003 nilai tukar rupiah mengalami apresiasi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.8.577,- per USD namun devisa pariwisata malah mengalami 6 penurunan dari angka 4.305,56 juta USD menjadi 4.037,13 juta USD. Begitu juga pada tahun 2012 dimana nilai tukar rupiah mengalami depresiasi menjadi Rp.9.386,- per USD dan devisa pariwisata mengalami peningkatan dari 8.554,39 juta USD menjadi 9.120,89 juta USD. Sama halnya dengan tahun 2012, tahun 2013 saat nilai tukar rupiah mengalami depresiasi menjadi Rp.10.461,- per USD dan pendaptan devisa pariwisata Indonesia mengalami peningkatan dari 9.120,89 juta USD menjadi 10.054,15 juta USD. Terdapat dua kondisi yang berbeda dari kerangka pemikiran sebelumnya yang menjelaskan hubungan antara nilai tukar terhadap pendapatan devisa pariwisata. Kondisi pertama, ketika nilai tukar rupiah mengalami apresiasi dimana dibutuhkan lebih sedikit mata uang domestik untuk mendapatkan mata uang asing sehingga pendapatan devisa pariwisata menjadi meningkat, namun pada kenyataannya pendapatan devisa pariwisata malah mengalami penurunan seperti pada tahun 2003. Kondisi kedua ketika nilai tukar rupiah mengalami depresiasi dimana dibutuhkan lebih banyak mata uang domestik untuk mendapatkan mata uang asing sehingga pendapatan devisa pariwisata mengalami penurunan, namun dalam kenyataannya pendapatan devisa mengalami peningkatan seperti pada tahun 2012 dan 2013. Dua kondisi yang tidak ideal ini yang kemudian menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut dengan mengkolaborasikan variabel jumlah wisatawan mancanegara sebagai variabel tambahan. M. Afdi (2011) memformulasikan variabel jumlah wisatawan mancanegara untuk menjelaskan hubungan antara devisa pariwisata dengan nilai tukar. Selain itu Syamsul Huda (2007) juga mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan devisa pariwisata adalah jumlah wisatawan 7 mancanegara. Terdapat hubungan yang positif antara jumlah wisatawan mancanegara dengan pendapatan devisa pariwisata. Jumlah wisatawan yang langsung datang akan meningkatkan pendapatan secara langsung (Spillane, 1997). Berdasarkan fenomena-fenomena yang ada serta berbagai penelitian terkait dengan pendapatan devisa parwisata membuat penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai objek penelitian agar dapat menjadi bahan pertimbangan pembuat kebijakan untuk kedepannya. Terkait dengan itu penulis akan menjadikannya sebagai bahan tulisan dengan judul “Analisis Hubungan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nilai Tukar terhadap Pendapatan Devisa Pariwisata di Indonesia”

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > HB Economic Theory
Divisions: Fakultas Ekonomi > Ilmu Ekonomi
Depositing User: Ms Lyse Nofriadi
Date Deposited: 05 Feb 2016 04:10
Last Modified: 05 Feb 2016 04:10
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/573

Actions (login required)

View Item View Item