FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRILAKUMASYARAKAT YANGMENGUNAKAN SANITASI TOTAL BERBASISMASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE KAMPUNG TALANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2012

LIZA, MINELLY (2016) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRILAKUMASYARAKAT YANGMENGUNAKAN SANITASI TOTAL BERBASISMASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE KAMPUNG TALANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2012. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Skripsi Fulltext)
2084.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (508kB)

Abstract

Berdasarkan Visi Indonesia sehat 2010 adalah penduduk yang hidup dalam lingkungan yang sehat, mempraktekkan perilaku PHBS, mampu menyediakan dan memamfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi (Depkes RI, 2005). Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu Lingkungan, Perilaku dan gaya hidup masyarakat, Sosial Ekonomi, Sistem Pelayanan Kesehatan. Faktor lingkungan yang sering menjadi penyebab masalah utama dalam masyarakat adalah kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan dan kurangnya sebagian besar rasa tanggungjawab masyarakat dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005). Akibatnya berbagai masalah kesehatan akan muncul. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Penyakit Diare adalah keadaan dimana jumlah frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari) disertai perubahan isi (lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi cair. Penyakit Diare ini biasanya berhubungan dengan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari perinal dan kontinensia (Brunner & Suddarth, 2002). Penyakit Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik. Di lihat dari faktor penyebabnya penyakit diare dapat dibagi atas 4 macam: faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologis. Diare akut berlangsung kurang dari 2-3 minggu, sedangkan diare kronis berulang berlangsung lebih dari 3 5 minggu. Diare dapat menimbulkan dehidrasi dan kematian dalam waktu beberapa jam saja, menurut Depkes RI (2000) bahwa penyakit diare menurut jenis dan tandanya terbagi atas diare akut, persisten, disentri atau diare dengan masalah lain. Di Indonesia penyebab diare utama adalah vibrio cholerae, dan kelompok disentri ( Depkes RI, 2007). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Rotavirus Surveilance Network (IRSN) dan Litbangkes (2007) pada 6 rumah sakit penyebab infeksi terutama rotavirus dan adenovirus (70 %), infeksi bakteri hanya 8,4%. Penyakit Diare dapat mengenai semua kelompok usia mulai dari balita, anak-anak sampai orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006). Kematian akibat Penyakit Diare di negara berkembang di perkirakan 2 juta kematian pada tahun 2003 (WHO, 2003) di Indonesia juga merupakan salah satu masalah kesehatan utama, angka kesakitan penyakit Diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Kementrian Kesehatan (2010) mengatakan bahwa penyakit diare angka kesakitan diare 411/1000 dan pada tahun 2009 urutan pertama pada 10 penyakit, jumlah pasien rawat inap seluruh rumah sakit di Indonesia yaitu 143.696 kasus dengan kematian 1.7 % dengan CFR 1,2 sedangkan pada kasus rawat jalan penyakit diare menduduki urutan ke 4 dengan jumlah penderita sebanyak 172.013 kasus. Pada tahun 2006 sebesar 423 / 1000 penduduk pada semua umur KLB/wabah diare di 16 provinsi dengan case rate sebesar 2,53. KLB Diare sering terjadi didaerah yang mengalami kekeringan, kemarau panjang, sanitasi buruk, rendahnya kebersihan perorangan (Depkes RI, 2007). 6 Perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air bersih, dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya kasus diare. Dari penelitian Surveilance Network (2007) yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal di kawasan kurang bersih dan tidak sehat. Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai yang jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Adhawiyah (2000) mengatakan ada hubungan faktor risiko sarana air bersih, jamban terhadap penyakit diare. Renggraini (2002) mengatakan bahwa ada hubungan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di permukiman tidak terencana. Wulandari (2009) mengatakan bahwa ada hubungan faktor lingkungan dengan kejadian diare yang meliputi sumber air minum, jenis tempat pembuangan tinja, dan jenis lantai rumah.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > RT Nursing
Divisions: Fakultas Keperawatan
Depositing User: mrs Rahmadeli rahmadeli
Date Deposited: 29 Apr 2016 07:56
Last Modified: 29 Apr 2016 07:56
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/5489

Actions (login required)

View Item View Item