Analisis Perbandingan Tingkat Keuntungan Usaha Pengolahan GulaMerah (Gulo Saka) Antara Petani Kilang Tradisional dengan Petani KilangMekanis di Kenagarian Bukik Batabuah Kecamatan Canduang Kabupaten Agam

HAJISMAN, HAJISMAN (2016) Analisis Perbandingan Tingkat Keuntungan Usaha Pengolahan GulaMerah (Gulo Saka) Antara Petani Kilang Tradisional dengan Petani KilangMekanis di Kenagarian Bukik Batabuah Kecamatan Canduang Kabupaten Agam. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Skripsi Fulltext)
2075.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (338kB)

Abstract

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia: 1) Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam; 2) Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar; 3) Besarnya penduduk yang mengantungkan hidupnya pada sektor ini dan 4) Menjadi basis pertumbuhan di pedesaan (Muawin, 2004). Pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis memiliki peranan yang penting untuk mencapai tujuan ganda, yaitu mendorong sektor pertanian dalam meningkatkan lapangan kerja dan memperbaiki distribusi pemasaran. Pendekatan pengembangan agribisnis tidak lepas dari pengembangan sektor agroindustri, dengan demikian masyarakat diarahkan untuk meningkatkan kemampuan wirausahanya dari budaya tani secara tradisional kepada budaya tani berbasiskan agribisnis, sehingga nilai tambah yang dihasilkan dapat dicapai melalui pengembangan agribisnis. Pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis memiliki peranan yang penting untuk mencapai tujuan ganda, yaitu mendorong sektor pertanian dalam meningkatkan lapangan kerja dan memperbaiki distribusi pemasaran. Pendekatan pengembangan agribisnis tidak lepas dari pengembangan sektor agroindustri, dengan demikian masyarakat diarahkan untuk meningkatkan kemampuan wirausahanya dari budaya tani secara tradisional kepada budaya tani berbasiskan agribisnis, sehingga nilai tambah yang dihasilkan dapat dicapai melalui pengembangan agribisnis (Soekartawi, 2001). Agroindustri merupakan komponen kedua dalam agribisnis setelah komponen produksi pertanian, komponen pengolahan ini menjadi penting karena akan meningkatnya kualitas, penyerapan tenaga kerja, keterampilan produsen dan pendapatan produsen. Mengingat jenis industri pertanian yang dapat dikembangkan sangat banyak maka perlu diprioritaskan pertumbuhan agroindustri vi yang mampu menangkap efek ganda yang tinggi baik bagi kepentingan pembangunan nasional, maupun pembangunan pedesaan (Soekartawi, 2001). Salah satu bentuk agroindustri dalam bidang pertanian adalah pengolahan gula merah (gulo saka), yang mana pengolahan tebu menjadi gula merah dilakukan dalam skala industri rumah tangga atau industri kecil yang tersebar di pedesaan, pada umumnya masih menggunakan teknologi tradisional dan juga terdapat beberapa petani telah beralih pada teknologi mekanis sehingga setiap peralihan pengunaan teknologi pada kelompok petani ini akan berpengaruh terhadap perubahan peningkatkan kemajuan ekonomi pedesaan secara keseluruhan. Salah satu percepatan pengembangan agroindustri adalah dengan Inovasi teknologi pertanian yang dibangun melalui serangkaian program penelitian dari hulu yang mengfokuskan komponen teknologi tinggi, startegis sampai hilir, mengfokuskan pada adaptasi dan diseminasi teknologi. Semua komponen penelitian tersebut merupakan bagian dari suatu sistem yang tidak terpisahkan sehingga berada dalam suatu kesatuan manajemen agroindustri (Andyana, 2005) Potensi pengembangan tebu rakyat di Sumatera Barat setiap tahun meningkat, hal ini dapat dilihat dari dari perkembangan luas lahan perkebunan tebu Sumatera Barat yaitu 7.239 Ha pada tahun 2008 dan 7.303 Ha pada tahun 2009 (Lampiran 1). Sebagai daerah produksi di Sumatera Barat, Kabupaten Agam merupakan daerah penghasil yang terbesar yaitu 3975 Ton, dimana umumnya masyarakatnya mengusahakan pengolahan gula merah secara tradisional dan menjadikanya sebagai mata pencarian pokok, ini dapat dilihat dari perkembangan luas lahan untuk komoditi tebu dari tahun ke tahun secara umum mengalami peningkatan yaitu 20.586 Ton pada tahun 2008 dan 20.627,1 Ton pada tahun 2009 (Lampiran 2). Hal ini di dukung oleh adanya penyuluhan dari PPL tentang pentingnya pengunaan sarana produksi dalam usaha tani dan penerapan teknologi pengolahan gula tebu secara mekanis sebagai program intensifikasi produksi gula merah di Kabupaten Agam.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
S Agriculture > SB Plant culture
Divisions: Fakultas Pertanian
Depositing User: mrs Rahmadeli rahmadeli
Date Deposited: 29 Apr 2016 04:17
Last Modified: 29 Apr 2016 04:17
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/5481

Actions (login required)

View Item View Item