FORMULASI SEDIAAN CHEWABLE LOZENGES EKSTRAK TANAMAN JAHE (Zingiber officinale Rosc.) YANG DIINTRODUKSI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

ANDI, ARFAN HARAHAP (2016) FORMULASI SEDIAAN CHEWABLE LOZENGES EKSTRAK TANAMAN JAHE (Zingiber officinale Rosc.) YANG DIINTRODUKSI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Skripsi Fulltext)
2050.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)

Abstract

Chewable lozenges merupakan salah satu jenis tablet yang dibuat dengan metoda peleburan (molded lozenges) serta dapat melepaskan zat aktifnya langsung di dalam mulut atau tenggorokan (Allen, 2002). Bentuk dan rasanya lebih disukai karena lebih mudah dalam penyimpanan dan penggunaan, serta sangat menguntungkan bagi konsumen yang kesulitan dalam menelan karena cukup dengan mengulum sediaan perlahan dan tidak diperlukan air minum (Sesella, 2010). Sediaan ini membutuhkan bahan yang dapat membentuk konsistensi sediaan chewable menjadi kenyal atau gummy, warna cerah, tekstur yang lembut, dan penampilan yang tidak kering (dry) (Allen, 2002). Bahan yang paling berpengaruh untuk membentuk sifat fisik demikian adalah basis. Basis yang digunakan dalam penelitian ini adalah gliserin-gelatin. Variasi dari gelatin dan gliserin diharapkan mampu menghasilkan lozenges dengan sifat fisik yang baik. Gelatin merupakan bahan yang mampu mengembang di dalam air dan membentuk gel (Voigt, 1984). Gelatin dengan persentase yang semakin tinggi akan membuat sediaan menjadi keras dan kaku, sedangkan gliserin dengan presentase yang semakin tinggi akan menjadikan sediaan lunak atau lembek, sehingga kombinasi 3 dari gelatin dan gliserin yang proporsional akan mampu menjadi basis yang baik untuk sediaan chewable lozenges (Rahayu, 2010). Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc) telah digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional, diantaranya dyspepsia, flatulen, kolik, diare, spasme, dan gangguan lambung lainnya (Anonim, 1993). Serbuk jahe juga digunakan dalam pengobatan batuk dan flu, merangsang nafsu makan (Kapoor, 1990), migrain, rematik, dan gangguan otot (Ghazanfar, 1994). Rimpang jahe memiliki kandungan aktif yaitu minyak atsiri (3-5%) dan oleoresin (1-3%). Komponen minyak atsiri rimpang jahe terdiri dari zingiberen, zingiberol, D-β-feladren, kamfen, cineol, metil heptenon, d-borneol, graniol, linalaol, dan kavikol (Redgrove, 1993; Guenther, 1952; Masada, 1976). Oleoresin merupakan minyak tidak menguap dan mengandung komponen flavor yang memberikan rasa pedas (pungent) jahe. Oleoresin jahe mengandung komponen gingerol, shogaol, dan zingerone (Ravindran et. al, 2005). Gingerol merupakan komponen aktif dari rimpang jahe segar dan bertanggung jawab atas rasa pedas yang dimiliki jahe (Zachariah, 2008). Senyawa ini memiliki aktivitas meningkatkan motilitas saluran cerna, mengobati sakit perut, mual, dan muntah (Yamahara et. al, 1990), gastroprotectant dan antiulcer (Yamahara et. al, 1988; Yoshikawa et. al, 1994), serta memiliki efek anti bakteri, anti inflamasi, anti oksidan, anti prostaglandin, anti rematik, anti tumor, dan anti-ulcer (Bone et. al, 1990). Senyawa ini tidak menguap namun dapat berubah menjadi shogaol pada proses pengolahan dan penyimpanan jahe karena teroksidasi (Purseglove et. al, 1981; Grosch, 1999). Kepedasan jahe bertambah 4 hingga dua kali lipat selama penyimpanan karena transformasi gingerol menjadi shogaol (Purseglove et. al, 1981). Beranjak dari aktivitas gingerol sebagai antibakteri, maka perlu dibuat sediaan dari ekstrak jahe yang lebih mudah penggunaannya, tahan lama, menarik serta praktis dalam pemakaiannya, yaitu sediaan tablet jenis chewable lozenges. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah suatu kelompok jasad renik tanah dari kelompok jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman (Hapsoh, 2008). Jamur ini mempunyai sejumlah pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman yang bersimbiosis dengannya. FMA banyak mendapat perhatian karena kemampuannya berasosiasi membentuk simbiosis mutualistik dengan hampir 80% spesies tanaman (Steussy, 1992). Suharti (2010) dalam disertasinya menjelaskan bahwa introduksi FMA terhadap tanaman jahe dapat menginduksi ketahanan tanaman jahe terhadap penyebab penyakit layu bakteri serta meningkatkan kandungan senyawa metabolit sekunder. Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan sediaan chewable lozenges yang mengandung ekstrak tanaman jahe yang telah dintroduksi FMA sebagai bahan baku, karena dengan kandungan senyawa metabolit sekunder yang tinggi akan memiliki khasiat yang lebih optimal pula dibandingkan jahe yang diperoleh di pasaran.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Fakultas Farmasi
Depositing User: mrs Rahmadeli rahmadeli
Date Deposited: 29 Apr 2016 01:51
Last Modified: 29 Apr 2016 01:51
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/5461

Actions (login required)

View Item View Item