PENINGKATAN MUTU LUMPUR SAWIT KERING MELALUI FERMENTASI DENGAN JAMUR Phanerochaete chrysosporium SERTA PEMANFAATANNYA DALAM RANSUM AYAM BROILER

Noferdiman, Noferdiman (2009) PENINGKATAN MUTU LUMPUR SAWIT KERING MELALUI FERMENTASI DENGAN JAMUR Phanerochaete chrysosporium SERTA PEMANFAATANNYA DALAM RANSUM AYAM BROILER. S3 thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Skripsi Full Text)
S3 Pascasarjana Ilmu Ternak 2009 Noferdiman 05301012.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (4MB)

Abstract

Penelitian untuk meningkatkan mutu lumpur sawit melalui fermentasi dengan jamur Phanerochaete chrysosporium serta pemanfaatannya dalam ransum ayam broiler telah dilakukan. Percobaan diawali dengan menentukan media pengemban sebagai inokulum yang terbaik bagi pertumbuhan jamur Phanerochaete chrysosporium mengetahui kondisi fermentasi optimum (penggunaan urea pada substrat, dosis inokulum dan lama fermentasi), mengetahui kandungan gizi dan kualitas (nilai energi metabolis dan retensi nitrogen) lumpur sawit hasil fermentasi pada ayam broiler, serta mengetahui respons penampilan produksi ayam broiler yang diberi lumpur sawit hasil fermentasi sebagai bahan pakan. Penelitian dibagi dalam empat tahap percobaan, dengan metode eksperimen. Percobaan tahap pertama menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), digunakan 4 perlakuan media pengemban (P1: dedak padi, P2: tongkol jagung, P3: nasi dan P4: lumpur sawit), dengan 5 ulangan dan peubah yang diamati: jumlah spora, nisbah C/N dan pH. Percobaan tahap kedua dibagi 2 tahap penelitian, yaitu: penelitian tahap 1 menggunakan RAL, digunakan 5 perlakuah urea (U0.0: 0.0%, 00.5:0.5%, U1.0: 1.0% U1.5: 1.5% dan U2.0: 2.0%), dengan 4 ulangan dan peubah yang diamati: jumlah spora, nisbah C/N, PH, protein kasar, serat kasar, selulosa, dan lignin. Penelitian tahap 2 menggunakan RAL pols factorial, dosis inokulum (D3: 3%, D6: 6%, dan D9: 9%) dan lama fermentasi (L4: 4 hari, LS: 8 hari, dan 1.12: 12 hari), dengan 3 ulangan, dan peubah yang diamati: bahan kering, protein kasar, serat kasar, selulosa, lignin, aktivitas enzim selulase, aktivitas enzim ligninase. Percobaan tahap ketiga menentukan nilal energi metabolis dan retensi nitrogen lumpur sawit tanpa fermentasi (LSTFP) dan lumpur sawit hasil fermentasi (LSFp) digunakan metode Sibbald dan Morse (1983) yang dimodifikasi Daruna (1995). Percobaan tahap keempat menggunakan RAL, 5 perlakuan ransum yang mengandung LSFp, yaitu: RO: 0%, RI: 5%, R2: 10%, R3: 15%, dan R4: 20%, dengan 4 ulangan. Peubah yang diamati: konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, retensi nitrogen ransum, energi metabolis ransum, bobot hidup, persentase karkas, persentase lemak abdominal, lemak daging, kolesterol daging, indeks produksi, income over feed and chick cost. Hasil percobaan tahap pertama menunjukkan bahwa perlakuan berbagai media pengemban memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah spors. Dari uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa jumlah spora yang tumbuh pada media pengemban dedak sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi dari media pengemban lumpur sawit, nasi dan tongkol jagung. Percobaan tahap kedua menunjukkan bahwa perlakuan urea memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah spora. Dari uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa jumlah spora yang tumbuh, peningkatan protein kasar (34.50 %), penurunan serat kasar (30.71%), penurunan selulosa (36.42 %), dan penurunan lignin (29.83 %) pada perlakuan U-1.5 dengan pemberian urea 1.5% memberi pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi dari pemberian urea 0.0%, 0.5% dan 1.0%. Pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi terhadap kandungan serat kasar, selulosa, lignin menunjukkan interaksi yang sangat nyata (P<0.01). Kondisi ini berarti dosis inokulum dan lama fermentasi secara bersama-sama bersinergi menurunkan kandungan serat kasar (39.41%), selulosa (41.43%), dan lignin (36.59%) dalam lumpur sawit. Hasil analisis kurva respon pada penurunan kandungan serat kasar, selulosa dan lignin terlihat bahwa kombinasi perlakuan D6L9 (dosis inokulum 6% dan lama fermentasi 9 hari) merupakan kombinasi perlakuan terbaik. Percobaan tahap ketiga menunjukkan bahwa lumpur sawit fermentasi dengan jamur Phanerochaete chrysosporium (LSFp) memberi hasil retensi nitrogen dan energi termetabolis yang lebih tinggi dibandingkan dengan lumpur sawit tanpa fermentasi (LSTFp). Lumpur sawit fermentasi (LSFp) menghasilkan retensi nitrogen 61.44% dan energi metabolis 2343.76 kkal/kg. Percobaan tahap keempat menunjukkan bahwa penggunaan lumpur sawit fermentasi dengan jamur Phanerochaete chrysosporium (L.SFp) sebagai bahan pakan dapat dimanfaatkan hingga 15% dalam ransum ayam broiler.

Item Type: Thesis (S3)
Supervisors: Prof. Dr. Ir. H. Yose Rizak M.Sc ; Prof. Dr. Ir. Mirzah, M.S ; Dr. Ir. Yan Heryandi, M.S ; Prof. Dr. Ir. Yetti Marlida, M.S.
Uncontrolled Keywords: Lumpur Sawit, fermentasi,, Phanerochaete chrysosporium,- ayam broiler.
Subjects: S Agriculture > SF Animal culture
Divisions: Fakultas Peternakan > S3 Ilmu Peternakan
Depositing User: Pustakawan Marne Dardanellen
Date Deposited: 10 Nov 2025 04:08
Last Modified: 10 Nov 2025 04:08
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/515578

Actions (login required)

View Item View Item