MAKNA MITIGASI BENCANA DALAM RITUAL TOLAK BALA RABA’AKIA DI KELURAHAN AIR MANIS KOTA PADANG

Suci, Sherli Rahma (2025) MAKNA MITIGASI BENCANA DALAM RITUAL TOLAK BALA RABA’AKIA DI KELURAHAN AIR MANIS KOTA PADANG. S1 thesis, Universitas Andalas.

	Text (COVER dan ABSTRAK) COVER dan ABSTRAK.pdf - Published Version Download (264kB)
	Text (BAB I PENDAHULUAN) BAB I PENDAHULUAN.pdf - Published Version Download (530kB)
	Text (BAB IV PENUTUP) BAB IV PENUTUP.pdf - Published Version Download (224kB)
	Text (DAFTAR PUSTAKA) DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (233kB)
	Text (SKRIPSI FULL TEXT) SKRIPSI FULL TEXT.pdf - Published Version Download (5MB)

Abstract

Kearifan lokal dalam mitigasi bencana terbukti efektif dalam meminimalisir dampak dari terjadinya bencana. Seperti kearifan lokal smong di Aceh yang telah terbukti menyelamatkan banyak nyawa saat tsunami 2004. Ritual Songka Bala di Tabbanga, yang mengajarkan warga mengenali tanda-tanda alam sehingga dampak bencana dapat di minimalisasir, serta ritual tolak bala di langkat yang dilakukan dengan pelestarian pohon bakau dan jamu laut yang menunjukkan tindakan kesiapsiagaan berbasis lingkungan. Maka kearifan lokal telah menjadi bagian penting dalam mitigasi bencana dan berdampak terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Salah satu ritual tolak bala (menolak bencana) yang dipraktikkan oleh warga masyarakat di kelurahan Air Manis, Kota Padang adalah ritual Raba’akia. Namun belum ada riset yang menjelaskan apa makna ritual Raba’akia dalam kaitannya dengan kerangka mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana. Oleh karena itu, rumusan masalah pada penelitian ini: “Apa makna mitigasi bencana dalam ritual Raba’akia di kelurahan air manis kecamatan padang selatan kota padang?” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna mitigasi bencana dalam ritual Raba’akia dan mendeskripsikan tindakan-tindakan kesiapsiagaan bencana berdasarkan makna terhadap ritual tersebut. Fenomena ini dipahami dari teori interaksionisme simbolik oleh Herbert Blumer, yang menekankan bahwa tindakan manusia didasarkan pada pemaknaan terhadap sesuatu dan makna tersebut diperbaharui terus-menerus melalui interaksi sosial. Metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Peneliti telah melakukan wawancara mendalam terhadap sembilan informan pelaku dan tiga informan pengamat, penetapan informan dilakukan melalui teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu. Observasi terhadap ritual Raba’akia juga dilakukan untuk mengamati seluruh proses pelaksanaan ritual tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada tindakan kesiapsiagaan yang bersifat fisik maupun struktural dalam ritual Raba’akia. Warga memaknai ritual Raba’akia sebagai berikut: Pertama, dapat menolak berbagai macam bala baik disebabkan oleh alam maupun manusia. Kedua, doa bersama yang di pimpin oleh orang siak dipercaya lebih makbul dalam menolak bencana. Ketiga, Air Paureh dipercaya sebagai media untuk melindungi warga dari bencana. Keempat, ritual Raba’akia dimaknai sebagai wadah kebersamaan bagi warga Air Manis. Kelima, ritual ini dapat memberikan rasa tenang dan perlindungan bagi warga yang mempraktikkannya. Keenam, memberikan kesadaran terhadap kondisi alam. Berdasarkan pemaknaan tersebut, tindakan kesiapsiagaan bencana yang timbul tidak relevan dikarenakan tidak bersifat nyata dan praktis. Ritual Raba’akia dipandang oleh informan sebagai tindakan kesiapsiagaan bencana itu sendiri, hal itu mengakibatkan masyarakat tidak merasa perlu lagi melakukan tindakan mitigasi nyata sehingga tindakan lainnya yang muncul adalah tindakan kepasrahan warga masyarakat terhadap bencana.

Actions (login required)

View Item