Kajian Penggunaan Analgetik pada Pasien Kanker Kolorektal di Bangsal Bedah RSUP DR. M. DJAMIL Padang

Mayasari, Dini (2014) Kajian Penggunaan Analgetik pada Pasien Kanker Kolorektal di Bangsal Bedah RSUP DR. M. DJAMIL Padang. S2 thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Tesis Full Teks)
S2 farmasi 2014 Dini Mayasari 1121213010 Ok-.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (29MB)

Abstract

Nyeri kanker adalah perasaan tidak nyaman yang menyangkut fisik dan emosi yang terjadi akibat kerusakan jaringan dan bersifat subjektif. Nyeri tersebut dapat bersifat akut (<3 bulan) dan dapat bersifat kronik (>3 bulan). Kanker merupakan salah satu penyebab nyeri kronik. Nyeri kanker dapat terjadi akibat faktor fisik yaitu kanker itu sendiri (infeksi, inflamasi, tekanan tumor pada tulang, saraf dan organ lain), metastasis ke organ lain, akibat pengobatan (kemoterapi, radiasi dan operasi). Kegagalan pengobatan nyeri kanker sering terjadi akibat penilaian nyeri yang tidak adekuat, penderita tidak berterus terang akan keluhannya dan tidak patuh minum obat, hambatan yang berkaitan dengan tenaga medis, pendidikan tentang nyeri kanker yang kurang memadai, kurangnya pengetahuan tentang terapi nyeri, kurangnya pemahaman bahwa kanker dapat dikendalikan secara total, kekurangan dalam penilaian nyeri, kekhawatiran akan pengendalian opioid yang terlalu ketat, kekhawatiran akan efek samping, adiksi dan toleransi dari opioid. Kanker kolorektal merupakan keganasan yang menempati urutan ke-6 terbesar di Indonesia. Nyeri yang tidak tertangani baik pada pasien kanker dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, karena itu penderita kanker diusahakan untuk bebas nyeri. Salah satu aspek penting dalam pelayanan farmasi adalah memaksimalkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis dan dalam dosis yang memenuhi keperluan individu mereka sendiri. Untuk suatu periode yang memadai, dan dengan harga terendah bagi mereka dan komunitas mereka. Dalam penggunaan obat yang tepat dan rasional perlu dilakukan sebagai kegiatan yang menjamin mutu. Salah satunya adalah Evaluasi Penggunaan Obat (EPO). Berdasarkan banyaknya hambatan dalam penanganan nyeri dan banyaknya jumlah pasien kanker kolorektal yang dirawat di bangsal bedah RSUP DR. M. Djamil Padang, maka dilakukan penelitian tentang kajian penggunaan analgetik terutama pada pasien kanker kolorektal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan analgetik, melihat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian analgetik dan mengkaji penggunaan analgetik mengenai ketepatan obat, tahapan pengobatan, ketepatan dosis dan efek samping yang perlu diwaspadai. Penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif yang dikerjakan secara prospektif terhadap pasien kanker kolorektal yang mendapat terapi analgetik yang dirawat di bangsal bedah RSUP DR. M. Djamil Padang selama kurang lebih 4 bulan (September hingga Desember 2013). Data yang diambil adalah dari rekam medis pasien dan observasi langsung pada pasien. Data dipindahkan pada lembar pengumpulan data dan analisis data dilakukan. Pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel sebanyak 41 pasien yang didiagnosis kanker kolorektal dengan rentang usia terbanyak adalah usia 46-55 tahun (34%), dari pengamatan yang didapatkan nyeri akan berbeda intesitasnya pada tiap rentang usia, semakin muda usia maka semakin berat nyeri yang dirasakan. Sebelum pemberian analgetik, dari 41 pasien kanker kolorektal tersebut melaporkan mengalami nyeri ringan 39%, nyeri sedang 54% dan nyeri berat 7%. Jumlah stadium kanker kolorektal yang paling banyak dirawat adalah stadium III. Dari hasil penelitian diperoleh analgetik yang digunakan dalam penanganan nyeri kanker adalah paracetamol dan golongan OAINS (asam mefenamat dan ketoprofen) golongan opioid (morfin, fentanil, dan codein) dan analgetik yang bekerja sentral (tramadol). Gambaran penggunaan analgetik yang paling banyak digunakan adalah penggunaan tramadol injeksi 20% dan kombinasi tramadol injeksi dengan paracetamol (PO) 20%. Penggunaan tramadol dilakukan tanpa melihat derajat nyeri yang diderita pasien sehingga penanganan nyeri belum adekuat, hal ini dapat dilihat dari penurunan derajat nyeri pada pasien setelah pemberian analgetik, hanya beberapa pasien dengan nyeri ringan yang dapat merasakan bebas nyeri. Sedangkan penggunaan analgetik adjuvant diberikan pada beberapa pasien saja. Pada penilaian derajat nyeri pasien digunakan metoda VAS (Visual Analog Scale). Di mana pasien melaporkan sendiri berapa nilai nyeri yang dirasakannya. Pemberian analgetik pada penatalaksanaan nyeri berat belum tepat obat dan penyesuaian dosis belum dilakukan. Konstipasi merupakan keluhan yang paling sering ditemukan selain mual muntah pada pasien kanker kolorektal ini, hal ini dicurigai sebagai efek samping dari penggunaan analgetik opioid. Dianjurkan untuk memberikan obat-obat laksatif sediaan emulsi. Kajian penggunaan analgetik meliputi ketepatan pemilihan obat, dosis, tahapan pengobatan, efek samping yang terjadi dan lain-lain. Dalam hal ini belum semuanya tepat. Hanya pada pasien dengan derajat nyeri ringan yang mendapatkan analgetik yang tepat ditandai dengan beberapa pasien tersebut bebas dari nyeri 100%. Sedangkan pasien dengan nyeri sedang mendapatkan terapi analgetik opioid yang efek analgetiknya lebih kuat seperti fentanil yang dapat digunakan pada pasien dengan nyeri berat. Pasien dengan nyeri berat mendapatkan terapi kombinasi opioid dan NSAID namun penurunan intensitas nyeri tidak banyak menunjukkan penurunan. Karena itu pemberian analgetik adjuvant sangat dibutuhkan terutama pada pasien dengan gangguan tidur dapat diberikan alprazolam. Tepat dosis, penggunaan dosis analgetik masih dalam range dosis pemberian. Sebaiknya penggunaan analgetik dilakukan titrasi dosis, mulai dari dosis yang rendah sampai didapatkan kondisi di mana pasien nyeri kanker bebas dari nyeri, harus dilakukan terus kajian penggunaan dan penilaian derajat nyeri dengan mengamati efek yang tidak diinginkan. Rute pemberian, pada penelitian ini belum dilakukan dengan benar pada pemberian injeksi. Pasien dengan kondisi umum baik, sebaiknya diberikan per oral (PO) dan diberikan secara periodik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran penggunaan analgetik yang digunakan dalam penatalaksanaan nyeri adalah pemberian tramadol injeksi (20%), tanpa melihat derajat nyeri dari pasien. Pemberian analgetik tidak dilakukan secara periodik. Dari 41 pasien kanker kolorektal yang diberikan analgetik, didapatkan yang merasakan bebas nyeri 7%, merasakan penurunan derajat nyeri 44% dan tidak ada perubahan derajat nyeri 49%. Penatalaksanaan nyeri di bangsal bedah RSUP DR. M. Djamil Padang belum seluruhnya sesuai dengan standar penatalaksanaan nyeri dari WHO “Three Step Analgesic Ladder" antara lain pemilihan obat analgetik yang tidak sesuai dengan derajat nyerinya (20%).

Item Type: Thesis (S2)
Supervisors: Prof. Dr. H. Helmi Arifin, MS., Apt.; dr, M. Iqbal Rivai., SpB., KBD.
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Fakultas Farmasi > S2 Farmasi
Depositing User: Ms Dian Budiarti
Date Deposited: 20 Oct 2025 04:09
Last Modified: 20 Oct 2025 04:09
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/512693

Actions (login required)

View Item View Item