Rahayu, Sri (2014) Biodelignifikasi Daun Sawit dengan Menggunakan Kapang Phanerochaete chrysosporiunt yang disuplementasi dengan Mineral Ca dan Evaluasi Kecernaan Secara In vitro. S2 thesis, Universitas Andalas.
![]() |
Text (Tesis Full Text)
S2 Pasca Sarjana 2014 Sri Rahayu 1220612009.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (4MB) |
Abstract
Tanaman hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia, faktor musim berpengaruh terhadap ketersediaan hijauan makanan ternak. Hal ini dapat menyebabkan penurunan baik ditinjau dari segi produksi maupun dari segi reproduksi ternak. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan limbah perkebunan dari kelapa sawit yaitu daun sawit. Tahun 2012-2013 perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan sebesar 4.58% (Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia, 2013). Peningkatan luas perkebunan sawit ini tentu juga meningkatkan limbah daun sawit. Hasil analisa (Labor Nutrisi Ruminansia Fakultas Peternakan Univ. Jambi, 2014) daun sawit adalah BK 46.2 %, BO 87.95%, PK 5.75%, NDF 73.25%, ADF 54.62%, Hemiselulosa 18.63%, Selulosa 25.75%, dan Lignin 28.87%. Tingginya kandungan lignin merupakan faktor pembatas dalam pemberian terhadap ternak. Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan kandungan lignin daun sawit ini adalah melakukan fermentasi daun sawit dengan menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium. Phanerochaete chrysosporium adalah kapang dari kelas Basidiomycetes yang mempunyai kemampuan kuat dalam merombak lignin secara efektif (Leisola dan Garcia, 1989 dalam Wulandari, dkk. 2003). Penggunaan Phanerochaete chrysosporium pada biodelignifikasi daun sawit diharapkan dapat memutus ikatan selulosa dan hemiselulosa dari lignin sehingga dapat meningkatkan kecernaan daun sawit. Pertumbuhan Phanerochaete chrysosporium dipengaruhi oleh ketersediaan mineral dalam substrat, untuk itu diperlukan penambahan mineral sesuai dengan kebutuhan kapang salah satunya adalah mineral kalsium (Ca). Penelitian ini bertujuan melihat pemberian dosis mineral Ca dan lama fermentasi dalam menurunkan kandungan lignin, meningkatkan kecernaan BK, BO, PK, NDF, ADF, Hemiselulosa, Selulosa, serta produksi NH3 dan VFA daun sawit yang difermentasi menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam upaya menambah keragaman pakan ternak ruminansia. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial untuk menghitung persentase penurunan lignin dan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor A yaitu pemberian dosis mineral Ca. dimana A0: kontrol (pelepah + PC) + 0 ppm Ca, A1: kontrol + 1000 ppm Ca, A2: kontrol + 1500 ppm Ca, A3: kontrol + 2000 ppm Ca. Faktor B adalah lama waktu fermentasi dimana Y1: 10 hari, Y2: 15 hari dan Y3: 20 hari. Data yang diperoleh dianalisa secara statistik menggunakan analisa varian (Anova) dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan dilakukan pengujian dengan menggunakan uji lanjut Duncan's Multiple Range Test (DMRT) (Steel and Torrie, 1991). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata (P<00.1) terhadap penurunan kandungan lignin, kecernaan BK, BO, PK, NDF, ADF, Hemiselulosa dan Selulosa. Rataan nilai kecernaan terus meningkat dari perlakuan A0 sampai perlakuan A3 dan rataan nilai kecernaan pada perlakuan lama fermentasi semakin lama semakin menurun, terlihat penurunan kecernaan dari perlakuan Y1 sampai perlakuan Y3. Rendahnya penurunan lignin, kecernaan BK, BO, PK, NDF, ADF, Hemiselulosa dan Selulosa pada perlakuan tanpa pemberian mineral Ca dibandingkan dengan perlakuan penambahan mineral Ca (A1, A2 dan A3) ini diduga karena belum optimalnya pertumbuhan miselium kapang yang tidak dipicu oleh ketersediaan mineral dalam substrat sehingga enzim yang dihasilkan lebih sedikit dan membuat aktifitas enzim yang dihasilkan tidak dapat bekerja secara optimal sehingga kandungan lignoselulosa dan selulosa substrat masih tinggi sehingga sulit dicerna oleh mikroba rumen. Fadilah et al (2009) menyatakan bahwa penambahan nutrisi akan meningkatkan laju degradasi lignin serta meningkatkan pertumbuhan jamur. Besarnya penurunan kandungan lignin, kecernaan BK, BO, PK, NDF, ADF, Hemiselulosa dan Selulosa pada perlakuan Al sampai A3 ini disebabkan karena kandungan nutrient setelah fermentasi meningkat dan kandungan fraksi serat menurun. Hal ini juga disebabkan oleh peningkatan penambahan dosis mineral yang dapat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan miselium kapang sehingga enzim yang dihasilkan lebih banyak dan proses degradasi lignin terjadi secara optimal. Tingginya penurunan kandungan lignin, kecernaan BK, BO, PK, NDF, ADF, Hemiselulosa dan Selulosa pada perlakuan Al dibandingkan A2 dan A3 diduga karena waktu 10 hari merupakan fase stasioner kapang Phanerochaete chrysosporium sehingga aktifitas enzim yang dihasilkan oleh kapang dalam mendegradasi lignin bekerja secara maksimal. Gupte et al. (2007) menyatakan bahwa kapang Phanerochaete chrysosporium mampu menurunkan kandungan lignin sebesar 20.5% pada hari ke-10 inkubasi dan menunjukkan aktivitas enzim yang maksimum dalam mendegradasi lignin. Fardiaz (1989) bahwa dengan bertambahnya waktu fermentasi maka ketersediaan nutrient didalam media habis sehingga kapang lama-kelamaan akan mati. Waktu fermentasi dalam memproduksi enzim yang berbeda akan menghasilkan aktivitas enzim yang berbeda (Suhartono, 1989). Rataan NH3 yang diperoleh berkisar antara 7.51 mg/100 ml -- 14.80 mg/ml cairan rumen, nilai tersebut sudah memenuhi kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal bagi mikroba rumen. Peningkatan konsentrasi amonia sejalan dengan peningkatan kandungan protein substrat dan kecernaan protein substrat, dimana jumlah protein yang terdegradasi di dalam rumen akan digunakan untuk membentuk NH3 dan N yang dihasilkan akan digunakan oleh mikroba rumen untuk menunjang pertumbuhannya. Semakin banyak protein yang terdegradasi akan semakin banyak NH3 yang terbentuk dan semakin banyak pula mikroba yang tumbuh. Sayuti (1989) menyatakan bahwa peningkatan protein yang terdegradasi akan meningkatkan produksi NH3 dalam rumen. Sutardi (1981) konsentrasi ammonia untuk mendukung pertumbuhan mikroba yaitu sebesar 5 17.65 mM Total VFA yang diperoleh berkisar antara 97.53mM – 121.25 mM, nilai ini sudah mencukupi kebutuhan mikroba rumen untuk berkembang dan tumbuh maksimal. Peningkatan jumlah total VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan didegradasi oleh mikroba rumen. Produksi VFA yang tinggi merupakan kecukupan energi bagi ternak, VFA ini akan digunakan untuk pembentukan protein mikroba dengan adanya keseimbangan produksi NH3 dan VFA di dalam rumen akan meningkatkan sintesis protein mikroba yang dapat digunakan sebagai sumber protein berkualitas bagi induk semang (Sakinah, 2005). Nilai pH yang diperoleh pada berkisar antara 6.79 6.86, nilai ini menunjukkan kondisi yang cukup menjamin untuk pertumbuhan mikroba rumen dengan optimal. Berarti fermentasi pelepah sawit dengan menggunakan kapang Phanerochaete crhysosporium mampu mempertahankan kadar pH cairan rumen pH rumen yang ideal untuk perkembangbiakan mikroorganisme berkisar antara 6-7 (Church, 1988). Perbedaan pH yang tidak nyata antar perlakuan ini juga dipengaruhi oleh pemberian buffer Mc.Dougall (saliva buatan) yang berperan dalam mempertahankan pH rumen untuk tetap stabil (Church, 1988). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fermentasi pelepah sawit dengan menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium pada dosis mineral Ca 2000 ppm dengan lama fermentasi 10 hari dapat menurunkan kandungan lignin sebesar 26.79% dengan tingkat kecernaan BK 51.44%, BO 53.24%, PK 47.54%, NDF 47.48%, ADF 42.24%, Hemiselulosa 48.34%, Selulosa 45.44%, VFA 121.85 mM dan NH3 14.80 mg/100 ml cairan rumen sedangkan pH berkisar 6.79 6.86, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru kepada peternak dalam inovasi peningkatan kualitas pakan dan dapat meningkatkan produktifitas ternak.
Item Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Supervisors: | Prof.Dr.Ir.Mardiati Zain. MS. ; Prof.Dr.Ir.H.Novirman Jamarun. M.Sc |
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture |
Divisions: | Fakultas Peternakan > S2 Ilmu Peternakan |
Depositing User: | Naura Salsabila Afrizal |
Date Deposited: | 16 Sep 2025 03:47 |
Last Modified: | 16 Sep 2025 03:47 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/511732 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |