Hendri, John (2011) Identifikasi Keragaman Genetik, Performa Produksi dan Reproduksi Kuda Turunan Thoroughbred di Sumatera Barat. S3 thesis, Universitas Andalas.
![]() |
Text (Disertasi Full Teks)
S3 Disertasi 2011 John Hendri 02301002 (Recovered).pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (6MB) |
Abstract
Peternakan kuda dengan perkawinan Grading-up di Sumatera Barat (Sumbar) telah dimulai sejak ± 50 tahun yang lalu, sampai sekarang telah diperoleh kuda turunan Thoroughbred yang cukup banyak. Kuda di Sumbar dipergunakan sebagai kuda pacu dan kuda bendi untuk sarana transportasi tradisional. Untuk mendapatkan informasi tentang performa ternak kuda turunan tersebut dilakukan penelitian pada 2 lokasi yaitu di Bukittinggi dan Payakumbuh yang merupakan sentra peternakan kuda di Sumbar dengan populasi kuda ± 2005 ekor (50% populasi kuda Sumbar). Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengetahui keragaman genetik kuda turunan Thoroughbred di Sumbar (2) mengetahui performa produksi dan reproduksi kuda turunan Thoroughbred dan (3) mengetahui kuda turunan Thoroughbred turunan keberapa yang baik di kembangkan di Sumbar. Penelitian dilakukan dengan metoda survai dan pengukuran variabel performa produksi, reproduksi dan kecepatan lari. Sedangkan untuk melihat keragaman genetik (pola DNA) dilakukan analisa molekuler dengan metoda RAPD di laboratorium dengan menganalisa sampel darah kuda. Dari hasil penelitian diperoleh data base populasi kuda turunan Thoroughbred pada 2 lokasi telah berjumlah ± 48% dari populasi kuda yang ada, terdiri dari kuda turunan pertama (F1), turunan kedua (F2) dan turunan ketiga (F3). Performa produksi kuda, dari pengukuran eksternal tubuh kuda didapatkan hasil rata-rata dari ukuran tubuh masing-masing kuda turunan Thoroughbred F1, F2 dan F3. Hasil analisis statistik antara variabel ukuran-ukuran tubuh terhadap berat badan adalah sebagai berikut, di Bukittinggi diperoleh tingkat hubungan yang nyata pada kuda F1, F2 dan F3. Untuk kuda F1 didapatkan koefisien Determinasi (R²) = 0,8460, kuda F2 dengan (R²) = 0,8341 dan F3 dengan (R²) = 0,9024. Kemudian di Payakumbuh hasil analisis statistik variabel ukuran tubuh terhadap berat badan juga memperlihatkan tingkat hubungan yang nyata pada kuda F1, F2 dan F3, untuk kuda F1 koefisien Determinasi (R2)= 0,7726, kuda F2 dengan (R2)= 0,9323 dan kuda F3 dengan (R2)= 0,8009. Setelah dilakukan uji T antar kuda turunan Thoroughbred didapatkan bahwa kondisi eksternal kuda F1 dan F2 berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan kuda F3. Kuda di Bukittinggi memperlihatkan rata-rata ukuran eksternal yang lebih tinggi dibandingkan kuda di Payakumbuh dan kuda F3 rata-rata mempunyai ukuran yang lebih tinggi dibandingkan F1 dan F2 terutama pada variabel tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan, sedangkan untuk kecepatan lari kuda di gelanggang pacuan Kubu Gadang Payakumbuh memperlihatkan hasil bahwa kuda F1 dapat berlari dengan kecepatan rata-rata 13,51 m/dt, kuda F2 = 14,03 m/dt dan kuda F3 = 14,49 m/dt. Sementara untuk kuda yang di pacu di gelanggang Bukit Ambacang Bukittinggi kecepatan rata-rata kuda F1 adalah 13,45 m/dt, kuda F2 13,73 m/dt dan kuda F3 14,22 m/dt. Peningkatan proporsi darah Thoroughbred berpengaruh positif terhadap peningkatan kecepatan lari kuda. Untuk performa reproduksi kuda turunan Thoroughbred F1, F2 dan F3 dari variabel-variabel reproduksi yang diamati di Bukittinggi, ternyata kuda betina F3 memperlihatkan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) lambat dibandingkan dengan kuda F1 dan F2 pada variabel: dewasa kelamin, siklus berahi, umur kawin pertama, umur beranak pertama dan jarak beranak. Sedangkan variabel lama berahi dan lama bunting berbeda tidak nyata (P>0,05). Sementara pada lokasi penelitian di Payakumbuh kuda F3 memperlihatkan hasil yang berbeda sangat nyata (P< 0,01) lambat dibandingkan kuda F1 dan F2 pada variabel: siklus berahi, umur kawin pertama, umur beranak pertama dan jarak beranak. Sedangkan variabel-variabel umur dewasa kelamin, lama berahi dan lama bunting berbeda tidak nyata (P>0,05) antara kuda F1, F2 dan F3. Secara umum jika dibandingkan performa reproduksi kuda turunan Thoroughbred pada dua lokasi yaitu Bukittinggi dan Payakumbuh, untuk semua variabel reproduksi yang diamati didapatkan hasil yang berbeda tidak nyata (P>0,05). Analisis molekuler dengan metoda RAPD didapatkan hasil bahwa antara individu kuda (F1, F2, F3, Thoroughbred dan kuda lokal) yang dipelihara di lokasi penelitian didapatkan hasil bahwa terjadi pengelompokan kesamaan genetik kuda atas 2 kluster utama, yaitu kluster A dengan koefisien kesamaan 0,87 ini terjadi antar kuda lokal dan kuda turunan F1. Kluster B dengan koefisien kesamaan 0,84 antara kuda F2, F3 dengan pejantan Thoroughbred, dengan demikian bahwa kuda F2 dan F3 sudah hampir menyamai kuda Thoroughbred dalam kesamaan DNA, artinya kuda turunan F2 dan F3 yang ada sekarang memperlihatkan tingkat homozigositas yang cukup tinggi dengan Thoroughbred, sehingga untuk pengembangannya agar memperoleh penampilan produksi dan reproduksi yang baik perlu manajemen pemeliharaan yang sama sebagaimana pemeliharaan kuda Thoroughbred di daerah asalnya.
Item Type: | Thesis (S3) |
---|---|
Supervisors: | Prof. Dr.Ir. H. Rusidi Saladin, MSc; Prof. Dr.lr. Zaituni Udin, MS; Prof. drh. Hj. Endang Purwati. RN.MS.PhD |
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture |
Divisions: | Fakultas Peternakan > S3 Ilmu Peternakan |
Depositing User: | pklunp 2025 regina |
Date Deposited: | 31 Jul 2025 02:06 |
Last Modified: | 31 Jul 2025 02:06 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/501068 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |