Evaluasi Penggunaan Analgetik Pada Penanganan Nyeri Ranker Payudara Dl Rawat Inap Bedah Wanita Rsup Dr. M. Djamil Padang Periode November 201i-Februari2012

Sidoretno, Wahyu Margi (2012) Evaluasi Penggunaan Analgetik Pada Penanganan Nyeri Ranker Payudara Dl Rawat Inap Bedah Wanita Rsup Dr. M. Djamil Padang Periode November 201i-Februari2012. S2 thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Tesis full text)
S2 Pasca Sarjana 2012 Devi Yusmahendra 1021224047.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (4MB)

Abstract

Nyeri kanker adalah perasaan tidak nyaman yang menyangkut fisik dan emosi yang terjadi akibat kerusakan jaringan dan bersifat subjektif. Nyeri tersebut dapat bersifat akut (kurang dari 3 bulan) dan dapat bersifat kronik jika lebih dari 3 bulan. Kanker merupakan salah satu penyebab nyeri kronik. Nyeri bersifat nosiseptik, neuropatik atau kombinasi nosiseptik dan neuropatik. Nyeri kanker dapat terjadi akibat faktor fisik yaitu kanker itu sendiri (infeksi, inflamasi, tekanan tumor pada tulang, saraf dan organ lain), metastase ke organ lain, akibat pengobatan (kemoterapi, radiasi, operasi) dan faktor psikologis atau masalah emosional (cemas, marah, depresi). Kegagalan pengobatan nyeri kanker sering terjadi akibat penilaian nyeri yang tidak adekuat, penderita tidak berterus terang akan keluhannya dan tidak patuh minum obat, hambatan yang berkaitan dengan tenaga medis, pendidikan tentang nyeri kanker yang kurang memadai, kurangnya pengetahuan tentang terapi nyeri, kurangnya pemahaman bahwa nyeri kanker dapat dikendalikan secara total, kekurangan dalam penilaian nyeri, kekuatiran akan pengendalian opioid yang terlalu ketat, kekuatiran akan efek samping, adiksi dan toleransi dari opioid. Kanker payudara (Cacinoma Mamae) merupakan penyebab kematian terbesar kedua bagi wanita saat ini setelah kanker servik. Nyeri yang tidak tertangani dengan baik pada pasien kanker payudara dapat mempengaruhi seluruh QOL (quality of life), kanker pada stadium lanjut di usahakan untuk bebas nyeri. Salah satu aspek penting dari pelayanan farmasi adalah memaksimalkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan klinik dan dalam dosis yang memenuhi keperluan individu mereka sendiri, untuk suatu periode yang memadai, dan dengan harga terendah bagi mereka dan komunitas mereka. Dalam penggunaan obat yang tepat dan rasional perlu dilakukan sebagai kegiatan yang menjamin mutu. Salah satunya adalah evaluasi penggunaan obat (EPO). Berdasarkan banyaknya hambatan dalam penanganan nyeri dan banyaknya jumlah pasien kanker payudara yang dirawat di rawat inap bedah wanita RSUP Dr. M. Djamil, maka dilakukan penelitian tentang evaluasi penggunaan analgetik dalam penanganan nyeri kanker terutama kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan analgetik dan mengevaluasi penggunaan analgetik meliputi ketepatan obat, tahapan pengobatan, ketepatan dosis dan efek samping yang perlu diwaspadai. Penelitian dilakukan dengan analisis deskriptif yang dikerjakan secara prospektif terhadap 39 pasien kanker payudara di rawat inap Bedah Wanita RSUP DR. M. Djamil Padang selama 4 bulan November 2011 sampai Februari 2012. Data yang diambil adalah dari rekam medik pasien kanker payudara yang mendapatkan analgetik dan observasi langsung pada pasien. Data yang didapat dipindahkan pada lembar pengumpul data dan dilakukan analisis data. Rentang usia terbanyak adalah usia 36-45 tahun (36%), dari pengamatan didapatkan nyeri akan berbeda intensitasnya pada tiap rentang usia, semakin muda usia maka semakin berat nyeri yang dirasakan. Sebelum pemberian analgetik, 62% dari pasien tersebut melaporkan mengalani nyeri berat, 28% melaporkan nyeri sedang dan 10% melaporkan nyeri ringan. Jumlah stadium kanker yang paling banyak masuk adalah stadium IV (43%) dengan nyeri berat sebanyak 88%. Dari hasil penelitian diperoleh analgetik yang digunakan dalam penanganan nyeri kanker adalah golongan opioid (morfin, codein dan fentanil), golongan OAINS (parasetamo dan asam mefenamat) dan analgetik sentral (tramadol). Gambaran penggunaan analgetik yang paling banyak digunakan adalah penggunaan tramadol injeksi 79%, sedangkan 21% penggunaan tramadol dikombinasi dengan analgetik lain. Penggunaan tramadol injeksi dilakukan tanpa melihat derajat nyeri yang diderita pasien sehingga penanganan nyeri belum adekuat, hal ini dapat dilihat dari penurunan derajat nyeri pada pasien setelah pemberian analgetik, hanya pasien dengan nyeri ringan yang dapat merasakan bebas nyeri. Sedangkan penggunaan analgetik adjuvant juga tidak diberikan, dapat dilihat bahwa 90% pasien mengalami gangguan tidur dan aktivitas sehari-hari seperti kebutuhan pribadi, hubungan sosial dan beribadah). Pada penilaian derajat nyeri pasien digunakan metoda VAS (Visual Analoque Scale). Dimana pasien melaporkan sendiri berapa nilai nyeri yang dirasakannya. Pemberian analgetik pada penelitian belum tepat obat pada penatalaksanaan nyeri berat dan titrasi dosis belum dilakukan. Konstipasi merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan pada pasien kanker, sebanyak 62% hal ini dicurigai sebagai efek samping dari penggunaan analgetik opiod. Dianjurkkan untuk memberikan obat-obat laksativ sediaan emulsi. Evaluasi penggunaan analgetik meliputi ketepatan pemilihan obat, dalam hal ini belum tepat. Hanya pada pasien dengan derajat nyeri ringan yang mendapatkan analgetik yang tepat ditandai dengan pasien tersebut bebas dari nyeri 100%. Sedangkan pada pasien dengan nyeri berat hanya 8% pasien yang mendapatkan analgetik opioid, itupun belum dapat menurunkan derajat nyeri yang dideritanya., oleh karena itu pemberian analgetik adjuvant sangat dibutuhkan terutama pada pasien dengan gangguan tidur dapat diberikan antidepresan. Tepat dosis, penggunaan dosis analgetik masih dalam range dosis pemberian. Sebaiknya penggunaan analgetik dilakukan titrasi dosis, mulai dari yang rendah sampai didapatan kondisi pasien bebas nyeri, dilakukan terus evaluasi penggunaan dan penilaian derajat nyeri dengan mengamati efek yang tidak diinginkan. Rute pemberian, pada penelitian ini belum dilakukan dengan benar pada pemberian injeksi. Pasien dengan kondisi umumnya baik sebaiknya diberikan per oral (PO) dan secara Around the Clock (ATC). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran penggunaan analgetik yang digunakan dalam penatalaksanaan nyeri adalah pemberian tramadol injeksi (79%), tanpa melihat derajat nyeri dari pasien. Pemberian analgetik tidak dilakukan secara Around the clock (ATC). Dari 39 pasien yang diberikan analgetik, hanya 10% yang merasakan bebas nyeri, 64% merasakan penurunan derajat nyeri dan 26% tidak ada perubahan derajat nyeri, dan penatalaksanaan nyeri di bangsal rawat inap Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang belum sesuai dengan standar penatalaksanaan nyeri dari WHO" Three Steps Analgesic Ladder".

Item Type: Thesis (S2)
Supervisors: Dr. Surya Dharma. MS.,Apt ; dr.H.Daan Khambri. SpB(K)Onk.,M.Kes
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Fakultas Farmasi > S2 Farmasi
Depositing User: Naura Salsabila Afrizal
Date Deposited: 30 Jul 2025 08:50
Last Modified: 01 Aug 2025 04:00
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/500988

Actions (login required)

View Item View Item