TREN KETINGGIAN DASAR AWAN DARI PENGAMATAN CEILOMETER DI PEGUNUNGAN SUMATRA DAN RESPONNYA TERHADAP PEMANASAN GLOBAL DAN VARIABILITAS INTERNAL

Nur Aliffiza, Pujadini (2024) TREN KETINGGIAN DASAR AWAN DARI PENGAMATAN CEILOMETER DI PEGUNUNGAN SUMATRA DAN RESPONNYA TERHADAP PEMANASAN GLOBAL DAN VARIABILITAS INTERNAL. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Cover dan Abstrak)
(1) Cover, Abstrak-Nur Aliffiza Pujadini-1910441010.pdf - Published Version

Download (129kB)
[img] Text (bab 1)
Skripsi BAB 1 Wm-Nur Aliffiza Pujadini-1910441010.pdf - Published Version

Download (234kB)
[img] Text (BAB 5)
Skripsi BAB 5 Wm-Nur Aliffiza Pujadini-1910441010.pdf - Published Version

Download (49kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
Skripsi DAFTAR PUSTAKA Wm-Nur Aliffiza Pujadini-1910441010.pdf - Published Version

Download (118kB)
[img] Text (FULL)
Skripsi Full Wm + Turnitin -Nur Aliffiza Pujadini-1910441010.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

Ketinggian dasar awan (cloud base height atau CBH) merupakan parameter penting yang mempengaruhi keseimbangan radiasi global, sirkulasi atmosfer, dan pengaturan iklim. Studi ini menyelidiki tren jangka panjang selama dua puluh tahun (2002-2021) dan variabilitas internal tren jangka panjang ketinggian dasar awan di pegunungan Sumatra dalam kaitannya dengan Madden-Julian Oscillation (MJO) dan musim. Ceilometer di Kototabang adalah satu-satunya instrumen untuk pengamatan semacam itu di Indonesia, yang mengisi kesenjangan penting dalam penelitian awan regional. Kemudian digunakan data Optical Rain Gauge (ORG) untuk mengukur data curah hujan dan menggunakan indeks MJO sebagai variabilitas internal. Pengujian statistik tren dilakukan menggunakan uji Mann-Kendall dan Sen’s Slope. Terdapat variasi musiman yang signifikan dalam kejadian awan, dengan musim kemarau menunjukkan kejadian awan minimum dan musim hujan berkorelasi dengan kejadian awan maksimum. Awan satu lapis adalah yang paling dominan, terhitung sekitar 41% dari kemunculan awan, sementara awan dua lapis dan tiga lapis memiliki proporsi lebih kecil. Perubahan musim pada ketinggian dasar awan juga diamati, dengan lebih dari 50% awan memiliki ketinggian di bawah 1000 meter bervariasi sesuai musim. Pada periode yang sama, MJO mengalami penurunan terhadap rata-rata CBH dan lebih dominan fase tidak aktif MJO daripada fase aktif MJO yang mencerminkan awan-awan didominasi oleh awan konvektif lokal yang intens. Dengan demikian, seluruh lapisan awan menunjukkan tren CBH menurun berkorelasi signifikan (p-value < 0,1). Temuan ini meningkatkan pemahaman kita tentang perilaku awan di wilayah dengan data yang terbatas dan berkontribusi untuk mengatasi tantangan perubahan iklim.

Item Type: Thesis (Diploma)
Primary Supervisor: Prof. Dr. techn. Marzuki
Uncontrolled Keywords: Ceilometer, Cloud Base Height, Kototabang, Sumatra, Tren
Subjects: Q Science > QC Physics
Divisions: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam > Fisika
Depositing User: s1 fisika fisika
Date Deposited: 05 Jun 2024 09:53
Last Modified: 05 Jun 2024 09:53
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/469390

Actions (login required)

View Item View Item