HUBUNGAN RASIO NEUTROFIL-LIMFOSIT DAN PROKALSITONIN TERHADAP LUARAN PENDERITA ABSES LEHER DALAM

WAHYU, TRI NOVRIANSYAH (2023) HUBUNGAN RASIO NEUTROFIL-LIMFOSIT DAN PROKALSITONIN TERHADAP LUARAN PENDERITA ABSES LEHER DALAM. Masters thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.

[img] Text (cover dan abstrak)
COVER DAN ABSTRAK.pdf - Published Version

Download (580kB)
[img] Text (bab 1)
BAB 1.pdf - Published Version

Download (321kB)
[img] Text (bab 6)
BAB VI.pdf - Published Version

Download (173kB)
[img] Text (daftar pustaka)
DAFTAR PUSTAKA-1.pdf - Published Version

Download (252kB)
[img] Text (tesis full)
TESIS-dr.Wahyu Tri Novriansyah-PPDS THT.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Latar Belakang: Rasio Netrofil-Limfosit (RNL) dan Prokalsitonin (PCT) telah banyak digunakan sebagai penanda inflamasi pada kasus sepsis. Kegunaan RNL dan prokalsitonin pada kasus abses leher dalam masih menjadi perdebatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai kegunaan RNL dan prokalsitonin sebagai prediktor luaran pada kasus abses leher dalam. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort observasional prospektif di RSUD Dr. M. Djamil Padang, Indonesia pada periode Maret 2022-Mei 2023. Sampel penelitian adalah pasien abses leher dalam yang dikonfirmasi dengan aspirasi nanah di unit gawat darurat. Pasien dengan abses peritonsil dan selulitis dikeluarkan dari penelitian. Pemeriksaan laboratorium rutin dan prokalsitonin serum dilakukan sebelum intervensi bedah seperti insisi drainase, dengan atau tanpa prosedur lain seperti nekrotomi-sternotomi. Pasien kemudian ditangani sesuai protokol di rumah sakit, yaitu pemberian antibiotik empiris spektrum luas, perawatan luka pasca operasi, dan terapi lain sesuai kebutuhan pasien. Perkembangan pasien dipantau hingga pasien dipulangkan sesuai kriteria. Hasil yang dinilai meliputi: mortalitas, syok septik, kegagalan organ, mediastinitis, empiema/efusi pleura, fasciitis nekrotikans serviks, trakeostomi, fistula faringokutaneus, rawat inap di ICU >24 jam, dan lama rawat inap. Hasil: Sebanyak 35 pasien abses leher dalam memenuhi kriteria inklusi. Keterlibatan beberapa ruang leher potensial pada 74,3% kasus, intervensi bedah pada 93,4% kasus, mortalitas 28,6%, syok septik 20%, mediastinitis 14,3%, empiema/efusi pleura 11,4%, fasciitis nekrotikans servikal 8,6%, trakeostomi 5,7%, faringokutaneus fistula 8,6%, rawat inap di ICU >24 jam 20%, dan lama rawat inap 9,03 ± 7,90 hari. Rerata prokalsitonin saat masuk adalah 0,313 ± 0,677 ng/mL. Terdapat 6 (17,1%) kasus dengan peningkatan kadar PCT >0,5 ng/mL. Tidak ada hubungan antara NLR, prokalsitonin dan hasil. Analisis kurva ROC didapatkan nilai PCT ≥ 0,14 ng/mL dikaitkan dengan risiko mortalitas <5 hari dengan sensitivitas 85,7%, spesifisitas 78,4%, AUC: 0,773 p: 0,027. Kesimpulan: Kadar RNL dan Prokalsitonin tidak selalu mencerminkan tingkat keparahan klinis abses leher dalam, terutama pada populasi yang kemungkinan mendapat pengobatan baik secara mandiri maupun dari fasilitas kesehatan sebelumnya. Kecenderungan ditemukannya kadar prokalsitonin serum yang rendah pada pemeriksaan awal tidak serta merta menghilangkan risiko komplikasi yang fatal.

Item Type: Thesis (Masters)
Primary Supervisor: 1. dr. Novialdi, Sp.T.H.T.B.K.L, Subsp. L.F. (K), FICS
Uncontrolled Keywords: abses leher dalam, prokalsitonin, rasio netrofil-limfosit, mediastinitis
Subjects: R Medicine > RF Otorhinolaryngology
Divisions: Pascasarjana (S2)
Depositing User: s2 Program Pendidikan Dokter Spesialis
Date Deposited: 19 Dec 2023 07:41
Last Modified: 19 Dec 2023 07:41
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/459719

Actions (login required)

View Item View Item