PENGARUH ARUS KAS OPERASI DAN SET KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SONYA, AYUNDA (2015) PENGARUH ARUS KAS OPERASI DAN SET KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Diploma thesis, UPT. Perpustakaan Unand.

[img] Text
201507301602th_skripsi sonya ayunda.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (798kB)

Abstract

Latar Belakang Suatu perusahaan dalam era persaingan global ini sangat dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Perusahaan tersebut juga dituntut untuk mampu bertahan dan juga mampu mengembangkan usahanya agar tetap bisa mendapatkan keuntungan atau laba. Dengan demikian, perusahaan dapat memperoleh tambahan modal melalui laba ditahan guna membiayai pertumbuhan perusahaan. Namun bagi perusahaan yang memiliki modal melalui penjualan saham, maka perusahaan tersebut harus mempertimbangkan apakah laba yang diperoleh akan ditahan atau dibagikan kepada para pemegang sahamnya. Keputusan perusahaan mengenai laba yang diperoleh ini, apakah akan ditahan atau dibagikan kepada para pemegang sahamnya disebut dengan kebijakan dividen (Brigham dan Houston, 2013). Dikutip dari situs liputan6.com (www.bisnis.liputan6.com) secara keseluruhan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membukukan kenaikan nilai investasi mencapai Rp 124,6 triliun mengalami peningkatan dibanding kuartal I 2014 sebesar Rp 106,6 triliun. Realisasi tersebut setara dengan 24 persen terhadap target investasi Rp 519,5 persen sampai akhir tahun ini. Investasi yang masuk ke Indonesia sesuai arah kebijakan pemerintah berasal dari sektor pertambangan (bukan penambang tapi terintegrasi dengan pengolahan) senilai Rp 15 triliun, industri makanan mendulang nilai investasi tertinggi kedua sebesar Rp 12,8 triliun. Disamping itu, industri listrik, gas, dan 2 air senilai Rp 11,7 triliun, tanaman pangan dan perkebunan sebesar Rp 11,3 triliun serta industri logam dasar dan barang logam elektronik sebesar Rp 10,8 triliun. Hal ini menjelaskan bahwa realisasi investasi hingga tahun 2015 (kuartal I) merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di Indonesia. Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh seseorang di suatu perusahaan untuk mengharapkan laba di masa yang akan datang, dimana aktivitas investasi ini akan dihadapkan dengan berbagai resiko, yang salah satunya adalah risiko ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan dengan hati-hati dan tepat mengingat setiap keputusan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya yang nantinya akan berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 2012). Investasi adalah menunda keinginan saat ini untuk kepentingan di masa depan atau bisa dikatakan bahwa investasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk kehidupan berikutnya dan tidak untuk saat ini. Menurut Hartono (2013), investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Ada banyak jenis 3 instrumen investasi yang ada di pasar modal, seperti obligasi, reksadana, saham, dan instrumen investasi lainnya. Untuk memilih investasi yang paling cocok, investor terlebih dahulu harus mengenal bagaimana karakter dari masing-masing instrumen tersebut. Investor berinvestasi dengan menggunakan saham disebabkan karena investor menginginkan dividen yang tinggi. Oleh sebab itu manajemen perusahaan harus bisa menghasilkan laba yang besar sehingga laba tersebut bisa digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan serta untuk dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Suad (2012), kebijakan dividen menyangkut tentang masalah pengguna laba yang menjadi hak para pemegang saham, apakah laba tersebut dibagikan sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Menurut Brigham dan Houston (2013), kebijakan dividen perusahaan yang optimal adalah kebijakan yang menghasilkan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa depan yang memaksimalkan harga saham. Dalam penelitiannya Fauz dan Rosidi (2007) menyatakan bahwa investor lebih suka berinvestasi pada perusahaan yang mempunyai kebijakan dividen yang relatif stabil atau cenderung naik dari waktu ke waktu karena investor beranggapan bahwa jika berinvestasi dengan kebijakan dividen yang stabil maka akan lebih terjamin pengembaliannya. Dikutip dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id/), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam 4 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk melakukan pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu dividen dan capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yang artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli saham. Capital gain ini terbentuk dari aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. (http://www.idx.co.id/) Menurut Ross (2013), dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan dapat terbagi dalam beberapa jenis, yaitu pertama dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. Kedua, dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah. Ketiga, dividen likuiditas (liquidating dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham 5 sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen diperoleh dari selisih antara nilai realisasi aset perusahaan setelah dikurangi dengan semua kewajibannya. Dividen yang paling umum dan banyak digunakan dalam pembagian saham ini adalah dividen tunai (cash dividend). Keputusan pembagian dividen merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagi dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali ke dalam proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan kedepannya. Sehingga masalah yang mungkin timbul adalah bagaimana suatu kebijakan dividen akan mempengaruhi nilai perusahaan. Oleh sebab itulah mengapa laba tidak seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk dividen, namun perlu disisihkan untuk digunakan dalam berinvestasi kembali, sehingga perlunya bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kebijakan dividen. Menurut Kamaludin dan Indriani (2012), kebijaka dividen adalah mencakup keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan dividen sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat. Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen kas merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Hal itulah yang menjadikan kesempatan dalam melakukan investasi dengan kas yang 6 dibagikan sebagai dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen kas dapat menjadi suatu signal mengenai hal kecukupan kas di perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan dalam melunasi pokok pinjaman. Kebijakan dividen kas yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif besar akan mampu memotivasi investor untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan oleh masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup maupun menambah investasi untuk pertumbuhan atau melunasi hutang perusahaan. Pertimbangan tersebut muncul dengan alasan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Namun pihak manajemen disini tetap mempertahankan kebijakan pembayaran dividen, sekurang-kurangnya dalam pembagian dividen saham (stock dividend) untuk menjaga kestabilan harga saham (Suharli, 2007). Menurut Manurung dan Siregar (2013), jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar dividen tanpa mengandalkan sumber pendanaan lain dari luar. Karena pemegang saham akan menginterpretasikan peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan sebagai signal bahwa manajemen memiliki prediksi arus kas yang tinggi di masa yang akan datang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen diantaranya economic value added, residual income, earnings, profitability, dan lainnya. Pada hasil uji arus kas operasi dari beberapa penelitian sebelumnya 7 memperoleh hasil uji yang tidak mempengaruhi kebijakan dividen, padahal arus kas operasi salah satu fungsinya adalah dalam melakukan pembayaran dividen. Alasan itulah yang membuat peneliti ingin melakukan penelitian ulang terhadap pengaruh arus kas operasi dan set kesempatan investasi (IOS) dalam mempengaruhi kebijakan dividen (Hery, 2009). Sesuai dengan pernyataan Adam dan Goyal (2013), bahwa set kesempatan investasi mempunyai peranan penting dalam kebijakan keuangan perusahaan. Menurut teori Jensen (1992), hubungan kebijakan investasi dan kebijakan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan. Semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, maka semakin kecil dividen yang dibagikan karena perusahaan bertumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan yang meiliki free cash flow yang rendah. Setiap entitas bisnis dalam menjalankan usahanya selalu memiliki harapan untuk tetap going concern. Pertumbuhan yang selalu meningkat serta bertambahnya nilai aset perusahaan diharapkan akan tercapai sesuai dengan ekspektasi atau peramalan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan menurut teori Smith dan Watts (1992) dapat diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi. Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah dengan adanya kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan. Menurut Hasnawati (2013), set kesempatan investasi memberi petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran di masa yang akan datang. 8 Tabel 1.1 berikut menunjukkan total kas operasi dan total dividen yang dibayarkan pada beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk periode 2011-2013 (tiga periode sebagai sampel data olahan). Tabel 1.1 Total Kas Operasi dan Total Dividen yang dibayarkan pada beberapa sampel Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013 No Nama Perusahaan Total Kas Operasi (Dalam Jutaan Rupiah) Total Dividen yang dibayarkan (Dalam Jutaan Rupiah) 2011 2012 2013 2011 2012 2013 1. PT Astra Otoparts Tbk - AUTO 258.276 537.785 765.309 115.700 289.200 106.000 2. PT Goodyear Indonesia Tbk – GDYR 162.947 139.928 188.623 10.250 10.660 11.275 3. PT Gajah Tunggal Tbk – GJTL 304.312 1.707.135 1.299.132 41.818 34.848 94.090 4. PT Indomobil Sukses International Tbk – IMAS (1.215.207) (2.876.088) (2.354.545) - 163.151 80.193 5. PT Indospring Tbk – INDS 121.349 104.474 255.756 - 36.000 149.625 6. PT Nipress Tbk – NIPS 44.904 10.135 75.416 - - - 7. PT Prima Alloy Steel Universal Tbk – PRAS 4.647 47.968 10.729 - - - Sumber: www.idx.co.id Tabel 1.1 di atas ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur dengan kas operasi yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya, tetap membayarkan dividen yang relatif meningkat setiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan perusahaan memiliki cadangan dana dari laba ditahan yang digunakan untuk pembayaran dividen pada periode berikutnya. Angka yang bertanda kurung di atas menandakan nilai negatif pada kas operasi yang menunjukkan bahwa pengeluaran perusahaan lebih besar daripada pemasukan yang dihasilkannya. Hal ini dapat berasal dari: a) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya, b) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan, c) Pelunasan atau 9 pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, d) Pembelian barang dagang secara tunai, ataupun e) Pengeluarann kas untuk pembayaran dividen, pajak, denda, dan lainnya (PSAK No.2, Revisi 2009). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bejudul “Pengaruh Arus Kas Operasi dan Investment Opportunity Set Terhadap Dividend Policy Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > HB Economic Theory
H Social Sciences > HF Commerce > HF5601 Accounting
Divisions: Fakultas Ekonomi > Akuntansi
Depositing User: Ms Lyse Nofriadi
Date Deposited: 04 Feb 2016 07:40
Last Modified: 04 Feb 2016 07:40
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/418

Actions (login required)

View Item View Item