ADE, PRATAMA (2015) EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN PENGHASIL GAHARU (Aquilaria spp) DI KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Text (Skripsi Fulltext)
1422.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (748kB) |
Abstract
A. Latar Belakang Tanaman penghasil gaharu (Aquilaria spp) merupakan salah satu tanaman hutan penting di Indonesia dan juga beberapa negara seperti India, Singapura, Malaysia, Jepang, Timur Tengah, dan Amerika Serikat. Dalam perdagangan dunia, gaharu dikenal dengan nama agarwood, aloewood, eaglewood, oleh karena aromanya yang harum, sehingga termasuk komoditi mewah untuk keperluan industri, parfum, komestik, dupa, kemenyan, bahan baku obat-obatan, dan teh. Tanaman penghasil gaharu yang telah terinfeksi akan menghasilkan gaharu (bagian kayu gubalnya). Gaharu ini digunakan sebagai bahan baku industri parfum, kosmetika, obat-obatan dan untuk keperluan ritual agama. Menurut Raintree (2001) gaharu dapat dimanfaatkan sebagai obat asmatik, anti mikroba, stimulan kerja saraf dan pencernaan. Dalam etnobotani Cina, gaharu digunakan sebagai obat sakit perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, tersedak, ginjal, tumor paru-paru dan lainnya. Heyne (1987) menyebutkan masyarakat dayak memanfaatkan kulit tanaman gaharu sebagai tali temali dan hasil olahannya digunakan cawat dan ikat kepala. Sedangkan masyarakat kubu memanfaatkan kulit kayu bagian dalamnya sebagai tikar atau lapis dasar tikar pandan. Tanaman gaharu tumbuh tersebar di wilayah hutan India, Burma, Malaysia, Philipina, dan Indonesia. Di Indonesia penyebaran tumbuh di wilayah Sumatera (Sibolangit, Bangka Sumatera Selatan, Jambi, Riau) dan Kalimantan (Departemen Kehutanan, 1998). Sedangkan untuk wilayah Jambi penyebaran tanaman penghasil gaharu meliputi Kabupaten Merangin, Bangko, dan Sarolangun. Di wilayah Sarolangun sendiri tanaman penghasil gaharu terdapat pada beberapa kecamatan di antaranya Kecamatan Pauh, Singkut, dan Pelawan. Kabupaten Sarolangun merupakan wilayah potensial untuk mengembangkan tanaman penghasil gaharu jika dibandingkan dengan syarat tumbuh tanaman penghasil gaharu secara alami dengan topografis wilayah Sarolangun. Namun di Kabupaten Sarolangun tanaman penghasil gaharu yang 2 tumbuh alami mulai punah karena eksploitasi masyarakat, sedangkan yang tumbuh dengan budidaya hanya dalam jumlah yang terbatas. Potensi tanaman gaharu di Kabupaten Sarolangun sangat tinggi hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya petani yang membudidayakan gaharu. Sehinga masih banyak peluang untuk prospek dan usaha tani kedepannya. Himbauan dari Pemerintah Jambi untuk membudidayakan tanaman penghasil gubal gaharu juga sedang di adakan, di beberapa kabupaten seperti Kabupaten bungo, Kabupaten Meragin, dan Kabupaten Sarolangun khususnya. Di tiga kabupaten ini di harapkan dapat menjadi sentral penghasil gaharu di Jambi sebagai tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) |
Divisions: | Fakultas Pertanian |
Depositing User: | ms Meiriza Paramita |
Date Deposited: | 29 Mar 2016 04:16 |
Last Modified: | 29 Mar 2016 04:16 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/4101 |
Actions (login required)
View Item |