KEBIJAKAN MONETER DAN EKONOMI RIIL DI INDONESIA : PENDEKATAN STRUCTURAL VECTOR AUTOREGRESSION (SVAR)

FATMALA, WIDYA KUSUMA (2016) KEBIJAKAN MONETER DAN EKONOMI RIIL DI INDONESIA : PENDEKATAN STRUCTURAL VECTOR AUTOREGRESSION (SVAR). Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text (Skripsi Fulltext)
1411.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (793kB)

Abstract

1.1 Latar Belakang Interaksi ekonomi antar negara merupakan salah satu aspek penting dalam era perekonomian global, yang tercermin dari peningkatan transaksi perdagangan dan arus modal antar negara. Suatu negara melakukan perdagangan internasional dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan perdagangan (gains from trade) serta meningkatkan skala ekonomis dalam proses produksi. Semakin tinggi transaksi perdagangan dan arus modal suatu negara dengan negara lainnya, maka akan dapat menyebabkan tekanan resiko yang lebih besar dalam mempengaruhi perekonomian. Tinggi rendahnya tekanan resiko terhadap perekonomian suatu negara tergambar dari neraca pembayaran. Indonesia merupakan negara perekonomian kecil terbuka dengan karakteristik perekonomian yang mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap perekonomian global. Keadaan ekonomi global yang tidak menentu atau selalu berubah-ubah baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Contohnya, ekonomi yang berasal dari luar seperti perubahan terhadap harga minyak dunia dan pengetatan kebijakan moneter global. Dua variabel ini mempunyai dampak yang besar terhadap stabilitas ekonomi makro di Indonesia. Kenaikan harga minyak dunia mempunyai peran dalam perkembangan inflasi di Indonesia. Kenaikan harga minyak dunia dalam hal ini adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan mempengaruhi konsumsi minyak untuk proses produksi barang dalam negeri sehingga harga produksi dalam negeri meningkat yang berakibat pada penurunan daya beli masyarakat. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia juga akan berdampak pada nilai tukar yang disebabkan peningkatan permintaan atas mata uang asing dari para pelaku ekonomi untuk memenuhi kebutuhan impor. Kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat juga dinilai berdampak untuk ekonomi Indonesia. Dampak yang dihasilkan seperti, keluarnya aliran dana asing dari dalam negeri, terjadinya tekanan terhadap nilai tukar dalam negeri akibat penguatan terhadap dolar AS. Pada tahun 2013, pengurangan stimulus moneter yang dilakukan oleh Amerika Serikat menyebabkan ketidakpastian keuangan global. Kondisi ini mendorong peningkatan arus modal pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Ketidakpastian ekonomi global pada gilirannya berdampak pada defisitnya transaksi berjalan dan nilai tukar. Tidak hanya itu, guncangan ekonomi dalam negeri juga akan mempengaruhi terhadap stabilitas ekonomi makro. Perubahan suku bunga akan berdampak pada inflasi, investasi, arus keuangan perbankan dan pergerakan terhadap mata uang. Akibatnya, suku bunga merupakan salah satu instrument yang digunakan bank sental untuk menstabilkan (menahan) laju inflasi. Peningkatan suku bunga secara tidak langsung akan mengurangi jumlah uang beredar di pasar karena masyarakat lebih cenderung untuk menabung dan mengurangi permintaan akan kredit. Pengurangan jumlah uang beredar juga menyebabkan nilai uang menjadi bertambah sehingga nilai barang dan jasa menjadi menurun dan laju inflasi dapat ditahan. Selain menahan laju inflasi, kenaikan suku bunga juga diharapakan dapat menciptakan stabilitas nilai tukar dan neraca pembayaran. Peningkatan suku bunga dalam negeri dapat menarik capital inflow sehingga nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menjadi menguat dan juga dapat mengatasi defisit transaksi berjalan. Dalam meminimalkan dampak dari guncangan ekonomi tersebut maka dibutuhkan kebijakan yang efektif dan efisian. Dalam hal ini, diharapkan kebijakan moneter dapat mengurangi guncangan negatif yang ditimbulkan oleh keadaan ekonomi global. Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian dari kebijakan ekonomi makro. Dalam prakteknya, kebijakan moneter ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro yang terlihat dari: stabilitas harga (inflasi yang rendah), perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi yang tinggi) dan tersedianya lapangan pekerjaan. Dengan demikian, kebijakan moneter secara implisit mempunyai pengaruh terhadap sektor riil. Dalam mempengaruhi sektor riil, kebijakan moneter membutuhkan mekanisme transmisi tertentu dalam menghubungkan sektor moneter terhadap sektor riil. Bernake dan blinder (1992) mempertanyakan tentang kebijakan moneter dalam mempengaruhi ekonomi riil serta melihat mekanisme transmisi kebijakan moneter yang paling berpegaruh terhadap ekonomi yang terjadi. Selain itu, Taylor (1995) mengemukakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses yang di mulai oleh bank sentral atau otoritas moneter dengan menggunakan instrumen moneter yang berpengaruh terhadap PDB riil dan inflasi. Akibatnya, kebijakan moneter tersebut mempunyai pengaruh terhadap aktivitas ekonomi baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dilakukan oleh otoritas moneter atau bank sentral melalui instrumen kebijakan moneter kemudian akan berpengaruh kepada aktivitas ekonomi di sektor riil. Di sektor riil sendiri kebijakan moneter akan mempengaruhi pada kegiatan prilaku konsumsi, investasi, ekspor dan impor, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi merupakan sasaran akhir dari kebijakan moneter. Mekanisme transmisi kebijakan moneter yang standar dimulai dari tindakan bank sentral melalui perubahan (shock) instrumen kebijakan moneter (Warjiyo,2004). Bank Indonesia yang merupakan otoritas moneter mempunyai peranan yang sangat besar dalam mencapai stabilitas ekonomi makro, terutama dalam menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dalam Undang- Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah menjadi Undang-Undang N0.3 tahun 2004, dimana Bank Indonesia memiliki tujuan tunggal yang berfokuskan pada stabilitas harga. Selain itu, Bank Indonesia juga perlu menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas keuangan. Dalam mencapai tujuannya itu, Bank Indonesia menggunakan berbagai kebijakan moneter seperti jumlah uang beredar, suku bunga, kredit perbankan dalam mencapai sasaran perekonomian yang diinginkan. Sedangkan tugas Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Menurut Nopirin (1992) Kebijaksanaan moneter untuk tujuan stabilisasi ekonomi tergantung pada, pertama kuat atau tidaknya hubungan antara perubahan kebijaksanaan moneter dengan kebijaksanaan moneter dengan kegiatan ekonomi dan kedua jangka waktu antara perubahan kebijaksanaan moneter dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi. Jangka waktu antara perubahan kebijaksanan dengan perubahan kegiatan ekonomi sering disebut tenggang waktu (lag). Dalam penelitian ini model SVAR akan menganalisis kebijakan moneter dan ekonomi riil di Indonesia. Secara khusus, model ini dapat menganalisis bagaimana respon ekonomi secara dinamis terhadap PDB/GDP (Gross National Product), tingkat bunga, nilai tukar, indeks harga konsumen, uang dalam arti sempit, harga minyak dunia dan tingkat bunga U.S. Pada model SVAR juga dapat menaksir pengaruh dinamis pada variabel ekonomi yang berbeda. Model ini dapat menjelaskan bagaimana respon saat ini karena adanya beberapa guncangan dan ekpektasi. Berdasarkan latar bekalang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kebijakan Moneter dan ekonomi riil di Indonesia : Pendekatan Structural Vector Autoregression (SVAR)”

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > HC Economic History and Conditions
Divisions: Fakultas Ekonomi > Ekonomi Pembangunan
Depositing User: ms Meiriza Paramita
Date Deposited: 29 Mar 2016 02:38
Last Modified: 29 Mar 2016 02:38
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/4053

Actions (login required)

View Item View Item