Strategi Pembangunan Daerah Rawan Bencana Dengan Analisis Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat (Studi Kasus Kelurahan Teluk Kabung Selatan)

RULLI, Saputra (2015) Strategi Pembangunan Daerah Rawan Bencana Dengan Analisis Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat (Studi Kasus Kelurahan Teluk Kabung Selatan). Masters thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.

[img]
Preview
Text (abstrak)
1.Abstrak.pdf - Published Version

Download (214kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
2.BAB I.pdf - Published Version

Download (406kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB VII)
3.BAB VII.pdf - Published Version

Download (356kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR PUSTAKA)
4.DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (226kB) | Preview
[img] Text (Thesis Full Text)
bab 5.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (6MB)

Abstract

Bencana telah menghancurkanhasilpembangunan yang telahdidapatdengansusahpayah. Resiko bencana adalah Ancaman dikali kerentanan dibagi kapasitas. Ancaman karena aspek alam tidak dapat dibendung, sedangkan kerentanan dapat diturunkan dengan menaikkan kapasitas masyarakat yang tinggal didaerah rawan bencana. Berbagai faktor sangat menentukan tingkat kerentanan masyarakat yang bermukim didaerah rawan bencana alam yakni ; faktor Fisik, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan, selain itu unsur pembangunan pedesaan yakni unsur essensial dan accelerator pembagunan turut menjadi pemicu rendahnya pembangunan didaerah rawan bencana. Rendahnya tingkat pembangunan berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat. Jenis penelitian adalah survey deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan survey lapangan, kuisioner, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan situasi kerentanan dan kapasitas masyarakat yang bermukim didaerah rawan bencana. Kerentanan fisik ditunjukkan oleh ;1) Keterisoliran wilayah (yang mempengaruhi penghidupan masyarakat 2) Daerah potensial bencana alam (tidak hanya ancaman gempa berpotensi tsunami, namun juga bencana banjir Rob, gelombang ekstrim dan abrasi pantai) serta 3) struktur bangunan rumah yang sepenuhnya belum mengaplikasi konsep bangunan tahan gempa. Kerentanan sosial ditunjukkan oleh ; 1) tingkat pendidikan penduduk (55,1 % adalah tamat SMP), 2) tingkat kepuasan masyarakat akan infrastruktur dasar (fasilitas pendidikan dan air bersih masih sangat kurang). Kerentanan ekonomi ditunjukkan dengan terpengaruhnya kehidupan masyarakat sebagai akibat kurangnya sarana dan prasarana pembangunan. Sedangkan hasil survey tingkat kemiskinan masyarakat dengan mengukur dari tingkat pengeluaran (indeks kemiskinan sumbar thn 2015 per maret 2015 adalah Rp. 369.753) diperoleh kesimpulan 39,7 % penduduk berada dibawah garis kemiskinan. Kerentanan lingkungan ditunjukkan oleh 1) geomorfologi daerah terbangun (karakteristik tanah berpasir menyebabkan sangat sedikit masyarakat yang memiliki fasilitas jamban dirumahnya, yakni hanya 9 % dari total responden 2) sistem sanitasi masyarakat (lokasi pantai masih kerap digunakan sebagai tempat buang hajat penduduk) dan buang sampah sembarangan 3) penurunan sumber daya alam (keterbatasan sumber air untuk mengairi sawah dan penurunan tangkapan ikan). Kapasitas fisik masyarakat dapat dilihat pada kategori penduduk yang tidak padat, sehingga memudahkan proses evakuasi menuju tempat evakuasi sementara Kapasitas sosial masyarakat terlihatpada hubungan sesama warga dan warga dengan desa tetangga dengan indikator cukup harmonis 48,7 % dan 55,1 % serta kearifan lokal masyarakat (budaya gotong royong “Sarayo”, kepemimpinan penghulu adat yang diakui, adanya sanksi bagi perusak lingkungan) sangat potensial dalam menggerakkan pembangunan, selain itu protes beberapa warga akan penyewaan pulau yang dilakukan oleh ketua-ketua adat padamasalaludinilai sebagai bentuk kemajuan warga dalam melihat peluang bisnis. Kapasitas ekonomi masyarakat terlihat pada beberapa penduduk yang telah memanfaatkan peluang usaha dengan membuka usaha jasa travel boat dengan pendapatan berkisar hingga 5,6 juta perbulan sedangkan kapasitas Lingkungan ditunjukkan dengan daerah yang potensial untuk dikembangkan dalam sektor pariwisata. Data proporsi penduduk usia rentan bencana adalah : Penduduk rentan anak-anak usia 0 - 14 tahun berjumlah 580 orang (33,2 % dari jumlah penduduk) dan Penduduk rentan usia tua (usia diatas 55 tahun) berjumlah 268 orang atau 15 % dari total jumlah penduduk, data ini dapat digunakan sebagai dasar dalam meningkatkan kesiapsiagaan daerah dalam tanggap darurat bencana. Adapun faktor Kesiapsiagaan meliputi evakuasi menyelamatkan diri terdahulu dengan tingkat pemahaman 57.7 %, Persiapan tas siaga bencana berisi dokumen penting dengan tingkat pemahaman 60.3 %, Cadangan sumber makanan dengan tingkat pemahaman hanya 1.3 %, Alternative tempat tinggal hanya 16.7 %. Sedangkan keikutsertaan warga dalam simulasi bencana sebesar 69.2 % responden pernah melakukannya. Untuk mengurangi dampak bencana disaat scenario terburuk terjadi, maka perlu disusun rencana kontijensi yang diformalkan dan memberdayakan masyarakat sekitar.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: H Social Sciences > HC Economic History and Conditions
Divisions: Pascasarjana (Tesis)
Depositing User: s2 perencanaan pembangunan
Date Deposited: 16 Mar 2016 04:56
Last Modified: 16 Mar 2016 04:56
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/3657

Actions (login required)

View Item View Item