ANALISIS SUSEPTIBILITAS MAGNETIK TANAH LAPISAN ATAS SEBAGAI INDIKATOR BENCANA LONGSOR DI BUKIT SULA KECAMATAN TALAWI KOTA SAWAHLUNTO

Febri, Naldi (2018) ANALISIS SUSEPTIBILITAS MAGNETIK TANAH LAPISAN ATAS SEBAGAI INDIKATOR BENCANA LONGSOR DI BUKIT SULA KECAMATAN TALAWI KOTA SAWAHLUNTO. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img]
Preview
Text (Cover dan Abstrak)
ABSTRAK.pdf - Published Version

Download (229kB) | Preview
[img]
Preview
Text (Pendahuluan)
BAB I (PENDAHULUAN).pdf - Published Version

Download (319kB) | Preview
[img]
Preview
Text (Kesimpulan dan Saran)
BAB V (PENUTUP DAN KESIMPULAN).pdf - Published Version

Download (157kB) | Preview
[img]
Preview
Text (Daftar Pustaka)
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (33kB) | Preview
[img] Text (Skripsi Full Text)
SKRIPSI.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai analisis suseptibilitas magnetik tanah lapisan atas sebagai indikator bencana longsor di Bukit Sula Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Sampel tanah diambil dari dua lokasi di Bukit Sula, yaitu lokasi bervegetasi (lokasi A) dan lokasi tanpa vegetasi (lokasi B). Pengambilan sampel vertikal ke bawah masing-masing sepanjang 100 m dengan jarak spasi 5,0 m, sehingga diperoleh 42 titik pengambilan sampel pada kedua lokasi tersebut. Pengukuran nilai suseptibilitas magnetik menggunakan Bartington Magnetic Suseptibility Meter yang diukur pada dua frekuensi, yaitu low frequency 0,465 kHz (χLF) dan high frequency 4,65kHz (χHF). Pada lokasi A nilai χLF rata-rata yang diperoleh yaitu 804,05×10-8 m3kg-1, sedangkan nilai χHF rata-rata yaitu 804,25×10-8 m3kg-1. Pada lokasi B nilai χLF rata-rata yang diperoleh yaitu 9,85×10-8 m3kg-1, sedangkan nilai χHF rata-rata yaitu 9,64×10-8 m3kg-1. Hasil pengujian XRF menunjukkan bahwa mineral magnetik yang terdapat pada sampel di kedua lokasi yaitu hematit (Fe2O3). Berdasarkan perbandingan nilai suseptibilitas dan konsentrasi mineral hematit dan kuarsa antara sampel lokasi A dan lokasi B, dapat dikatakan bahwa lokasi B telah mengalami erosi. Berdasarkan keberadaan bulir superparamagnetik, sampel lokasi B memiliki butiran lebih halus dibandingkan sampel lokasi A. Hal ini disebabkan karena lokasi B merupakan daerah tanpa vegetasi, sehingga menyebabkan air hujan langsung masuk ke dalam tanah dan dapat menurunkan tingkat kelekatan butiran tanah. Oleh karena itu, lokasi B lebih besar kemungkinan terjadinya bencana longsor dibandingkan dengan lokasi A. Kata kunci: bulir superparamagnetik, suseptibilitas magnetik, longsor, Kecamatan Talawi

Item Type: Thesis (Diploma)
Primary Supervisor: Arif Budiman, M.Si
Subjects: Q Science > QC Physics
Divisions: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam > Fisika
Depositing User: s1 fisika fisika
Date Deposited: 20 Jul 2018 16:15
Last Modified: 20 Jul 2018 16:15
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/35451

Actions (login required)

View Item View Item