ANALISIS LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI SAWIT DI KABUPATEN DHARMASRAYA

OSKI, SATRAWIJAYA (2013) ANALISIS LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI SAWIT DI KABUPATEN DHARMASRAYA. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
358.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (668kB)

Abstract

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan potensi pertanian, sebab didukung oleh iklim dan letak geografis yang sangat cocok untuk dijadikan daerah pertanian. Salah satu potensi besar yang ada di dalam pertanian dapat dilihat dari sumbangannya terhadap perekonomian nasional. Dapat dilihat kontribusinya didalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional serta memberikan kesempatan kerja yang sangat besar Pada tahun 2011 (sampai dengan Triwulan III), PDB sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) tumbuh sebesar 3,07%, di mana tingkat pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 yang hanya 2,86%. Pertumbuhan tersebut berasal dari sub sektor perkebunan (6,06%), disusul dengan sub sektor peternakan (4,23%), dan sub sektor tanaman bahan makanan (1,93%). Kontribusi PDB sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) terhadap PDB nasional pada tahun 2011 tersebut mencapai 11,88%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang baru mencapai 11,49%(kementrian petanian republik Indonesia 2011). Dalam menentukan arah kebijakan, penting untuk mengetahui sektor unggulan yang dimiliki oleh suatu daerah. Hal ini tentu akan mempermudah para pembuat kebijakan dalam menentukan arah pembangunan daerah. Sehingga kebijakan yang diambil nantinya merupakan kebijakan secara efektif dan efisien 12 mendukung kelangsungan serta kemajuan sektor unggulan yang ada, yang pada akhirnya berdampak pada perekonomian yang terus bertumbuh. Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Kontribusi PDB sektor Pertanian (diluar Perikanan dan Kehutanan) Tahun 2009-2011 Sektor/Sub Sektor Tahun (%) 2009 2010 2011 Pertumbuhan PDB 3,98 2,86 3,07 Tanaman Bahan Makanan 4,97 1,81 1,93 Tanaman Perkebunan 1,84 2,51 6,06 peternakan dan Hasil-hasilnya 3,45 4,06 4,23 kontribusi terhadap PDB Nasional 11,34 11,49 11,88 Sumber : BPS, diolah Pusdatin *) sampai Triwulan III 2011, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 Menurut Ritongga(1991) pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai usaha atau proses meningkatkan produktifitas pertanian secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan pendapatan daerah Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peran besar dalam menyumbang devisa dan menyerap tenaga kerja adalah komoditi sawit. Perkebunan kelapa sawit Indonesia menyerap tenaga kerja lebih kurang 10 juta orang baik yang bekerja dari Industri hilir dan Industri hulu perkebunan kelapa sawit yang secara langsung maupun tidak langsung. Secara Makro ekonomi kelapa sawit berkontribusi terhadap Indonesia sebesar $ 16,5 milyar atau sekitar 160 triliun per tahun dan kelapa sawit juga berkonstribusi besar terhadap pembangunan di daerah dan kesejahteraan masyarakat serta pemberantasan kemiskinan. Kelapa sawit juga menguasai produksi minyak nabati dunia sebanyak 30 %, minyak kedelai (29%), Minyak Biji Rape (24%), Bunga matahari(8%) dan minyak lainnya(19%). Bahkan ke depan industri kelapa sawit akan berkembang sesuai dengan pertumbuhan 13 penduduk dunia dimana konsumsi minyak nabati perkapita perorang di dunia di perkirakan rata-rata 25 kg/thn. (sumber data: info sawit.com). Dharmasraya sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan potensi pertanian subsektor tanaman sawit. Secara geografi Kabupaten Dharmasraya berada di ujung Tenggara Provinsi Sumatera Barat, dengan topografi daerah bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan variasi ketinggian dari 100 m - 1.500 m diatas permukaan laut. Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Dharmasraya berjenis Podzolik Merah Kuning (PMK), dengan penggunaan lahan yang didominasi untuk peruntukan hutan hujan tropik seluas 133.186 Ha (44,98 %) dan lahan perkebunan seluas 118.803 Ha (40,12 %) sedangkan untuk penggunaan lain sebesar (14.90 %). Suhu udara di Kabupaten ini berkisar antara 21 °C – 33 °C dengan rata-rata hari hujan 14.35 hari per bulan dan rata-rata curah hujan 265,36 mm per bulan . Ditengah usia Kabupaten Dharmasraya yang telah mencapai 9 tahun, sejak mekar dari Kabupaten Sijunjung atau Sawah Lunto 2004 yang lalu, saat ini Kabupaten Dharmasraya terus mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan laju pertumbuhan Kabupaten Dharmasraya telah mencapai 7 %. dapat kita lihat berdasarkan tabel dibawah ini. 14 Tabel 1.2 PDRB (HARGA KONSTANT) TAHUN 2008 - 2010 SEKTOR 2010 2009 2008 RUPIAH % RUPIAH % RUPIAH % JUTA JUTA JUTA Pertanian 429.804 37.1 407.396 37.45380.542 37.31 Pertambangan 70558 6.09 63.444 5.83 59.953 5.88 Industri Pengolahan 75.907 6.55 72.302 6.65 69.375 6.80 Listrik dan Air bersih 10.706 0.92 10.343 0.95 10.286 1.01 Bangunan 131.843 11.38 122.503 11.26 114.202 11.20 Perdaganngan,Hotel,Restoran 133.205 11.50 124.619 11.46 116.304 11.40 Angkutan/Komunikasi 72.734 6.28 68.861 6.33 65.009 6.37 Bank/Keu/Perum 49.643 4.28 45.106 4.15 41.697 4.09 Jasa 184.157 15.9 173.200 15.92 162.712 15.95 Total 1.158.558 100 1.087.776 100 1.020.080 100 Laju pertumbuhan 7 7 7 Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya tahun 2011 Dari informasi yang di gali di Badan Pusat Statistik Kabupaten Dharmasraya, kondisi perekonomian di Kabupaten Dharmasraya dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, hal ini terbukti dari data produk domestic regional bruto (PDRB) dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Secara umum masing-masing lapangan usaha memiliki perannya dalam pembentukan nilai tambah PDRB suatu daerah. Meskipun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dharmasraya menunjukkan trend yang menaik,“Dari sembilan sektor yang ada terdapat empat sektor yang mampu memberikan kontribusinya di atas 10 persen dalam pembentukan nilai tambah PDRB seperti halnya pada tahun 2008 yaitu sector pertanian, sektor jasa-jasa, sektor bangunan, 15 serta sektor perdagangan, hotel dan restoran(Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya tahun 2011). Fakta empiris telah membuktikan bahwa sektor pertanian relatif lebih tahan menghadapi guncangan (shock) dibandingkan sektor lainnya. Aminuddin dan Khairina (2008) menyatakan bahwa dalam jangka pendek sektor pertanian relatif kurang persisten dalam industri dan perdagangan. Namun dalam jangka panjang sektor pertanian jauh lebih persisten dibanding dengan sektor lainnya. Secara agregat sektor pertanian terus memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Besarnya potensi yang masih tersedia membuat sektor ini masih mungkin untuk dikembangkan lebih jauh. Dampak positif dari pembangunan pertanian adalah meningkatnya ketersediaan pangan (pokok) serta harga yang sesuai dengan tingkat pendapatan masyarakat. Akibatnya akan menguatkan tingkat ketahanan pangan. Dari sector yang ada, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan dalam pembentukan PDRB Dharmasraya. Nilai tambah yang dapat disumbangkan oleh sector pertanian pada tahun 2010 sebesar 37,10 persen sedikit mengalami pergeseran dibandingkan tahun 2009 yakni sebesar 37,45 persen. Besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor ini disebabkan karena Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu sentral perkebunan di Sumatera Barat yang terutama dimotori oleh perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet. Dimana +1.918 HA digunakan sebagai perkebunan kakao + 43.006 HA diisi oleh perkebunan karet, dan + 28.540 oleh sawit. Subsektor tanaman perkebunan tahun 16 2009 mampu memberikan kontribusinya sebesar 21,05 persen, tidak terlalu berbeda dengan tahun sebelum nya 2008 yang kontribusinya tercatat sebesar 21,34 persen (BPS Kabupaten Dharmasraya tahun 2012). Di daerah Kabupaten Damasraya keberadaan sawit sangat mendominasi. Dimana sawit menjadi salah satu produk unggulan dan menjadi sumber mata pencarian di daerah Kabupaten. Di Damasraya berkembang bermacam proyek pertanian khususnya perkebunan baik perkebunan karet maupun perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh pihak swasta BUMN dan pihak perorangan. Kegiatan perkebunan kelapa sawit akan berpengaruh pada perkembangan ekonomi daerah (regional) diluar sector migas. Sawit termasuk penyumbang terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Damasraya dan komoditi ini merupakan potensi yang perlu dikembangkan dan tentunya sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar hidup dari hasil perkebunan sawit. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi . Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit(Tamsi-DMSI 2010). Hal ini lah melatarbelakangi penulis tertarik untuk membahas “Analisis Luas Lahan dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Sawit”.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions: Fakultas Ekonomi > Ilmu Ekonomi
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 02 Mar 2016 04:19
Last Modified: 02 Mar 2016 04:19
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2924

Actions (login required)

View Item View Item