BUSRIZAL, BUSRIZAL (2013) PENGARUH DOSIS INOKULUMDAN LAMA FERMENTASI CAMPURAN DEDAK PADI DAN DARAH LIMBAH RPH DENGAN Bacillus amyloliquefaciens TERHADAP PERUBAHAN BAHAN KERING, PROTEIN KASAR DAN RETENSI NITROGEN. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Text
324.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (258kB) |
Abstract
Pemanfaatan hasil ikutan pertanian sebagai pakan merupakan suatu alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusunan ransum. Dedak padi merupakan salah satu bahan baku lokal yang ketersediaannya cukup, kontinyu, mudah didapat dan harganya relatif murah. Dedak padi merupakan limbah proses pengolahan gabah yang cukup potensial untuk dijadikan bahan pakan unggas. Menurut Buharman (2011) produksi gabah kering giling di Sumatera Barat pada tahun 2009 sebanyak 2.105.700 ton berpotensi memproduksi dedak kasar sebanyak 112.866–225.310 ton (8-16% dari gabah kering giling) dan dedak halus 42.325–41.082 ton atau 3-10% dari gabah kering giling. Kandungan zat makanan dedak padi yakni bahan kering sebesar 88,93%, protein kasar sebesar 12,39%, serat kasar sebesar 12,59%, kalsium sebesar 0,09% dan fosfor sebesar 1,07% (Utami, 2011). Kelemahan utama dedak padi sebagai pakan unggas adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein. Darah merupakan hasil sampingan pemotongan ternak sapi atau kerbau yang dapat diolah menjadi tepung darah. Berdasarkan Laporan Ditjen Peternakan (2007) bahwa dari data jumlah pemotongan sapi dan kerbau tahun 2003-2007 di Sumatera Barat menunjukkan kenaikan jumlah pemotongan sapi sebesar 13,80% dan kerbau sebesar 4,35% per tahun. Menurut Frandson (1992), menyatakan bahwa jumlah darah dari seekor ternak kira-kira sampai 10% dari bobot badan dan juga tergantung dari spesies hewan dan status gizinya. Komposisi zat makanan 3 darah segar yaitu bahan kering sebesar 20,2%, protein sebesar 95,7%, abu sebesar 4,1%, lemak sebesar 0,2%, kalsium sebesar 0,89%, fosfor sebesar 0,25% (Khalil dan Yuniza, 2011). Komposisi tepung darah mempunyai kandungan protein yang tinggi 80-82%, juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan pencampur ransum untuk unggas. Kandungan Metabolisme Energi tepung darah sebesar 2750 kkal/kg (Scott et al., 1982). Protein tepung darah kurang dapat dimanfaatkan unggas karena didalam proses pembuatannya menggunakan suhu tinggi, sehingga asam amino leusin juga kurang dapat dimanfaatkan (Rizal, 2006). Menurut penelitian pemberian tepung darah dalam ransum ternak hanya berkisar 5-9%, hal ini disebabkan karena protein ini mempunyai nilai biologis yang rendah, terutama rendah kadar asam amino isoleusin dan methionin, daya cerna dan palatabilitasnya juga relatif rendah (Close et al., 1986), ditambahkan oleh National Research Council (1985) bahwa rendahnya nilai biologis yang dikandung protein tepung darah terutama disebabkan adanya ikatan disulfida. Dari kendala diatas yang akan menyebabkan penggunaannya sebagai pakan unggas terbatas dan hal ini diduga dapat diatasi dengan menggunakan teknik fermentasi. Fermentasi dilakukan melalui metode penyerapan dengan dedak padi menurut metode arbsorbsi (Mann, 1980). Menurut Winarno (1982) fermentasi merupakan proses perubahan kimiawi pada substrat organik melalui kerja enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Pederson (1971) menyatakan bahwa kandungan asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral bahan akan mengalami perubahan akibat aktifitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. 4 Salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan adalah Bacillus amyloliquefaciens. Bacillus amyloliquefaciens dapat menghasilkan beberapa enzim seperti α-amylase, α-acetolactate decarboxylase, β-glucanase, maltogenic amylase, urease, protease, xilanase, khitinase dan enzim fitase serta enzim ekstraseluler selulase dan hemiselulase (Luizmeira, 2005 ; Kim et al., 1998 ; Wizna et al., 2007). Dengan melakukan fermentasi terhadap campuran dedak padi dan darah diharapkan kualitas dari campuran tersebut akan lebih baik. Proses fermentasi sangat dipengaruhi oleh faktor dosis inokulum dan lama fermentasi, tingkat dosis berkaitan dengan besaran populasi mikroorganisme yang berpeluang menentukan cepat tidaknya perkembangan mikroorganisme dalam menghasilkan enzim untuk merombak substrat, sehingga pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produk akhir. Pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan lamanya waktu yang digunakan, sehingga konsentrasi metabolik semakin meningkat sampai akhirnya menjadi terbatas yang kemudian dapat menyebabkan laju pertumbuhan menurun (Fardiaz, 1992). Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat dosis dan lama fermentasi yang optimum untuk menghasilkan kandungan nutrien terbaik. Dari kendala yang dihadapi diatas sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi campuran dedak padi dan darah dengan Bacillus amyloliquefaciens terhadap perubahan bahan kering, protein kasar dan retensi nitogen.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) S Agriculture > SF Animal culture |
Divisions: | Fakultas Peternakan |
Depositing User: | Ms Ikmal Fitriyani Alfiah |
Date Deposited: | 02 Mar 2016 02:36 |
Last Modified: | 02 Mar 2016 02:36 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2748 |
Actions (login required)
View Item |