HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI OLEH IBUPOST SECTIO CAESAREA DI RUANG KEBIDANAN RSUP DR.M. DJAMIL PADANG

NURHAMIDAH, NURHAMIDAH (2013) HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI OLEH IBUPOST SECTIO CAESAREA DI RUANG KEBIDANAN RSUP DR.M. DJAMIL PADANG. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
317.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (354kB)

Abstract

Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya. Menurut WHO (2010), menyusui dapat melindungi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya dan mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Menyusui juga merupakan metode yang tepat untuk memberikan makan pada bayi karena memberikan manfaat kesehatan untuk ibu dan bayi yang tergantung pada gabungan kerja hormon, reflek, dan prilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir yang terjadi secara alami (Bobak, dkk, 2005). Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjer payudara ibu sebagai makanan utama pada bayi yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi usia 0-6 bulan. (Nugroho, 2011). Komposisi ASI terdiri kolostrum, protein, lemak, laktosa, vitamin A, zat besi, Lactobacillus, dan lisozim (Dewi, 2011). Setiap bayi baru lahir mempunyai hak untuk mendapatkan ASI. Proses pemberian ASI harus dilakukan sesegera mungkin setelah bayi baru lahir. Pada jam pertama kelahiran biasanya bayi akan relatif tenang, terjaga dan memiliki kemampuan menyusui dengan baik. Bayi yang baru lahir sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sampai bayi merasa puas. Itupun terjadi jika bayi tidak mengantuk akibat pengaruh obat ataupun anastesi yang diberikan kepada ibu saat proses melahirkan (Proverawati & Rahmawati, 2010). Menurut UNICEF (2012) dalam pekan ASI sedunia, menjelaskan bahwa kematian sekitar 30 ribu anak Indonesia setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI selama enam bulan yang dimulai sejak kelahiran bayi. Hal ini didukung dengan penelitian di Ghana yang menyatakan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI sejak hari pertama. Angka ini akan turun jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi (Roesli, 2001). Dalam pemberian ASI terkadang ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan ASI yang seharusnya didapat bayi dari ibunya akan mengalami hambatan. Pada masa persalinan dini seorang ibu sering menghentikan menyusui karena putingnya sakit, payudara yang bengkak serta abses payudara. Selain itu masalah lain timbul karena adanya masalah khusus yang termasuk dalam “keadaan khusus” adalah ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea yang menggunakan pembiusan total yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayinya karena ibu belum sadar akibat pengaruh obat bius serta kondisi fisik ibu yang lemah (Nugroho, 2011). Sectio caesarea atau persalinan sesar adalah kelahiran janin melalui insisi didinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). Defenisi ini tidak mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uterus atau pada kasus kehamilan abdomen. Lebih dari 85% kelahiran sectio dilakukan karena riwayat sectio, distosia persalinan, distres janin dan presentasi bokong (Leveno, dkk, 2009). Menurut WHO (2010), tindakan persalinan sectio caesarea sekitar 10- 15% dari semua proses persalinan di negara berkembang. Sejak tahun (1986) di Amerika, satu dari empat persalinan diakhiri dengan sectio caesarea, dan meningkat setiap tahunnya dari 4,5% menjadi 25%. Pada tahun 2002 mencapai 26,1%, ini merupakan angka tertinggi yang pernah tercatat di Amerika Serikat. Di Indonesia angka persalinan dengan sectio caesarea meningkat dari 5% menjadi 20% dalam 20 tahun terakhir, dan tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35,7% - 55,3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesarea (Kasdu, 2003). Menurut Whalley dalam Pratiwi (2008) tindakan operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan. Pada proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak nyeri pada saat dibedah. Ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, akan merasakan nyeri di daerah sayatan yang membuat sangat terganggu. Nyeri tersebut akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. Menurut Hillan dalam Pratiwi (2008) menyatakan bahwa 60% ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan dalam perawatan bayi dan proses menyusui akibat nyeri. Rasa nyeri tersebut juga akan menyebabkan pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya, karena rasa tidak nyaman selama proses menyusui berlangsung atau peningkatan intensitas nyeri setelah operasi (Batubara, dkk, 2008). Adapun dampak nyeri tersebut terhadap bayi yaitu kurangnya perawatan bayi yang dilakukan oleh ibunya. Pemberian nutrisi untuk bayi juga kurang karena tertundanya pemberian ASI sejak awal (Dewi, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Chertok & Vardi (2008) menunjukkan bahwa ibuibu yang melahirkan dengan sectio caesarea beresiko tiga kali lebih besar untuk berhenti menyusui karena keterlambatan dalam memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang melahirkan normal. Menurut UNICEF & WHO (2010) sebenarnya hampir setiap ibu dapat memberikan ASI. Namun bagi ibu yang kurang yakin bisa menyusui, terutama bagi ibu yang mengalami sectio caesarea akan memerlukan bantuan tambahan untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya, yaitu dengan adanya dorongan, perhatian, motivasi, nasehat dan dukungan praktis yang positif dari suami, orang tua, saudara dan keluarga terdekat. Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat, sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang didapat untuk terus menyusui maka semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan dalam menyusui. Dalam hal ini dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya (Proverawati & Rahmawati, 2010). Hal ini didukung dengan hasil penelitian Fauzi (2008) menyatakan bahwa faktor dukungan suami atau keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI ekslusif 4 bulan (OR=4,59) dan ASI ekslusif 6 bulan (OR=8,50). Sehingga dengan adanya dukungan dari anggota keluarga yang efektif dalam pemberian ASI, diharapkan pemberian ASI kepada bayi tersebut dapat berlanjut dengan baik sampai ibu pulang kerumah hingga bayi berumur 6 bulan dan ASI ekslusifnya berhasil dilaksanakan. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Dimana anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2010). Dukungan keluarga ini semakin dibutuhkan disaat seseorang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat (Efendy & Makhfudli, 2009). Menurut Kaakinen dalam Yeni (2011) membagi dukungan keluarga dalam empat tipe yaitu berupa perhatian dan kasih sayang (dukungan emosional), menghargai dan saling memberi umpan balik (dukungan penghargaan), memberi saran, nasehat dan informasi terkait masalah yang dialami (dukungan informasi), maupun dalam bentuk bantuan tenaga, uang dan waktu (dukungan instrumental). Jumlah ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea diruang kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010 yaitu sebanyak 210 orang dari 1295 ibu bersalin, tahun 2011 yaitu sebanyak 232 orang dari 1497 ibu bersalin dan pada tahun 2012 yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember sebanyak 480 orang dari 1754 ibu bersalin. (Medical Record: RS Dr. M. Djamil Padang, 2012). Dari data tersebut, jelas bahwa ibu yang melahirkan melalui sectio caesarea terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 1-3 Maret 2013 diruang kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang terhadap 5 ibu pada hari ke dua post sectio caesarea tentang pemberian ASI, hanya 2 orang ibu yang memberikan ASI kepada bayinya, ibu mengatakan bahwa ia mendapat dukungan penuh dari suami dan keluarganya dalam pemberian ASI karena suami telah mendapatkan informasi tentang pemberian ASI dari petugas kesehatan sewaktu ibu memeriksa kehamilannya. Dan 3 orang ibu lainnya belum memberikan ASI pada bayinya pada hari ke dua post sectio caesarea, 1 orang ibu mengatakan karena ibu kurang nyaman untuk menyusui karena ada nyeri operasi dan ASInya masih sedikit, dan 2 orang ibu mengatakan kurang mendapatkan dorongan, perhatian serta ketersediaan waktu dari suami maupun keluarga dalam memberikan ASI, sebelumnya suami sudah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan sewaktu ibu memeriksa kehamilannya. Orang tua juga tidak ada memberikan nasehat, saran serta berbagi pengalaman bagaimana posisi yang nyaman bagi ibu untuk menyusui. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 3 orang petugas ruangan, 1 orang petugas mengatakan semua ibu-ibu post sectio caesarea ketika sampai diruang rawat ibu dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya, serta diajarkan kepada ibu dan keluarga bagaimana cara memberikan ASI tersebut, namun ibu sering tidak memberikan ASI karena kondisi fisik ibu masih lemah, ibu dalam masa pemulihan, dan ASI ibu sedikit sehingga ibu malas menyusui, dan 2 orang petugas mengatakan pemberian ASI tidak terlaksana pada ibu post sectio caesarea karena ibu kurang mendapatkan motivasi dan perhatian serta ketersediaan waktu dari keluarga, karena selama diruang rawat dibutuhkan juga peran serta keluarga terutama suami dalam membantu dan memotivasi ibu pada saat menyusui agar pemberian ASI dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang “hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI oleh ibu post sectio caesarea diruang kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang.”

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
R Medicine > RT Nursing
Divisions: Fakultas Keperawatan
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 02 Mar 2016 02:34
Last Modified: 02 Mar 2016 02:34
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2731

Actions (login required)

View Item View Item