HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN SARANA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG DALAM PENGELOLAAN SAMPAH PASAR RAYA SOLOK DI KOTA SOLOK TAHUN 2013

SAIFUL, JAMAL (2013) HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN SARANA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG DALAM PENGELOLAAN SAMPAH PASAR RAYA SOLOK DI KOTA SOLOK TAHUN 2013. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
312.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (311kB)

Abstract

Tujuan dari pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memilihara nilai-nilai budaya bangsa.(1) Lingkungan sehat yang dimaksud adalah bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain; limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non pengion, air yang tercemar, udara yang gtercemar, dan makanan yang terkontaminasi.(2) Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (factor perilaku), dan non behavioral factors (factor non perilaku). Dan factor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu; faktor predisposisi (pre disposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor pendorong (reinforcing factors)(3). Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejatera dimasa yang akan datang, baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun didaerah pedesaan, akan sangat diperlukan adanya lingkungan pemukiman yang sehat. Salah satu aspek lingkungan yang dilihat adalah aspek pengelolaan sampah yang berjalan secara baik sehingga bersih dari lingkungan pemukiman dimana manusia beraktifitas didalamnya.(4) Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bacteri pathogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat.(3) Isu yang berkembang berkaitan dengan sistem pengelolaan persampahan pada saat ini adalah kapasitas pengelolaan sampah, kemampuan kelembagaan, kemampuan pembiayaan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta, dan peraturan perundangan dan lemahnya penegakan hukum.(4) Disamping itu jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Dan pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam antara lain sampah kemasan yang berbahaya dan sulit di urai oleh proses alam.(5) Berdasarkan Statistik Persampahan Indonesia tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa estimasi total penduduk terlayani di seluruh Indonesia mencapai 130 juta jiwa dari total populasi penduduk sebesar 232,7 juta jiwa (56% dari total penduduk Indonesia).(6) Salah satu sumber timbulan sampah adalah pasar yang merupakan masalah yang besar, karena sebagian besar dari sampah pasar terdiri dari sampah basah, sehingga selama pengumpulan tumpukan-tumpukan ini merupakan sarang lalat, tikus dan serangga, menjadi sumber pengotoran tanah, air , maupun udara dan dari segi estetika akan menimbulkan bau serta pemandangan yang kurang menyenangkan. Dalam pengelolaan sampah pasar tersebut juga dipengaruhi oleh partisipasi pedagang. Saat ini terlihat masih kurang kesadaran dari pedagang untuk berperan aktif dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan yang lebih baik agar dapat meningkatkan partisipasi pedagang.(7) Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mencatat bahwa pada tahun 2007 terdapat 13.450 pasar tradisional dengan 12,6 juta pedagang, akan tetapi keberadaannya kian menurun seiring dengan pesatnya perkembangan pasar modern khususnya di perkotaan, dan dinamika perubahan tuntutan konsumen maupun faktor ekonomi makro – formal lainnya. Berdasarkan Survey AC Nielsen pertumbuhan Pasar Modern (termasuk Hypermarket) sebesar 31,4%, sementara pertumbuhan Pasar Tradisional - 8,1 % (SWA, Edisi Desember 2004).1 Bahkan perkembangan peritel modern sudah masuk hingga wilayah pinggir kota semenjak dikeluarkannya kebijakan deregulasi perdagangan pada tahun 2008. Jikalau tidak ada kebijakan dan upaya-upaya sistematis yang memahami karakteristik dan berpihak kepada keberadaan pasar tradisional dan pedagangnya, maka penghidupan sekitar 12,6 juta pedagang pasar tradisional beserta keluarga, pegawai dan pemasok komoditasnya akan terancam kelangsungan kehidupannya.(8) Peranan pasar tradisional sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan, terutama bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Pada saat yang sama, pasar dapat menjadi jalur utama untuk penyebaran penyakit seperti kasus kolera di Amerika Latin, SARS dan Flu Burung (Avian Influenza) di Asia. Konferensi gabungan WHO/ FAO/ OIE/ World Bank tentang flu burung dan pandemic flu pada manusia yang diadakan di Jenewa (November,2005), menekankan pentingnya mencegah penyebaran flu burung H5N1 pada sumbernya termasuk pasar tradisional.(9) Mengingat begitu besarnya peran pasar tradisional dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat maka diperlukan suatu pengelolaan yang baik terhadap pasar tradisional, dimana tujuan pengelolaan dan pemberdayaan pasar tradisional meliputi; Menciptakan pasar tradisional yang tertib, teratur, aman, bersih dan sehat, Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Menjadikan pasar tradisional sebagai penggerak roda perekonomian daerah, dan Menciptakan pasar tradisional yang berdaya saing dengan pusat perbelanjaan dan toko modern.(10) Berdasarkan RTRW Kota Solok kawasan Pasar Raya merupakan salah satu pusat pelayanan ekonomi denagn skala pelayanan adalah kota solok dan daerah lainnya di bagian selatan Propinsi Sumatera Barat. Kawasan Pasar Solok yang berada dikecamatan Tanjung harapan mempunyai lahan status tanah Negara dan milik pribadi. Berbeda dengan status pasar yang ada pada daerah lain di Sumatera Barat.(11) Pasar Raya Solok yang terdiri dari 189 pertokoan dan kios/los 1190 buah, jumlah pedagang menurut jenis dagangannya adalah 1806, pedagang K-5 sebanyak 730 dan pedagang peti sebanyak 415 pedagang. Bila dilihat dari aktifitas Pasar Raya Solok mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pedagang yang mempunyai petak/ kios serta variasi usaha jasa lainnya. Akan tetapi peningkatan aktifitas berkembang diluar konsep pengembangan pasar, atau dengan kata lain perkembangan tersebut terlambat diantisipasi termasuk peningkatan aktifitas daerah lainnya. Hal ini mengakibatkan perkembangan pasar yang dikelola oleh Pemerintah Kota Solok tanpa didukung oleh peningkatan sarana pendukung lainnya.(11) Tingkat pelayanan sampah terhadap pasar masih jauh dibawah tingkat pelayanan terhadap sampah pemukiman, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh KNLH tentang estimasi tingkat pelayanan pengumpulan sampah oleh Pemda dinyatakan bahwa tingkat pelayanan terhadap sampah pasar sebesar 7,7 juta ton/ tahun dibawah tingkat pelayanan terhadap sampah pemukiman sebesar 16,7 juta ton/ tahun.(6) Berdasarkan data di TPA Ampang Kualo, pada tahun 2011 jumlah sampah terangkut ke TPA (khusus wilayah kota solok) yaitu sebesar 89,7 m3/hari, jika dibandingkan dengan jumlah total sampah kota solok tahun 2011 sebesar 165,16 m3/hari, maka didapatkan tingkat pelayanan persampahan saat ini berdasarkan jumlah sampah terangkut yaitu sebesar 54,31 %. Jumlah sampah yang terangkut yang bersumber dari RT, perkantoran dan industri sebesar 61,1 m3/hari, terminal bus sebesar 7 m3/hari, pasar sebesar 19,5 m3/hari dan sampah RS sebesar 2,1 m3/hari.(12) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Danamon Peduli di Pasar Ibuh Payakumbuh tahun 2012 menunjukan bahwa kebiasaan pedagang yang membuang sampah di tempat kerja/jualan adalah 41,3%, dan yang membuang sampah di pasar sebanyak 49,3%. Dan alasan pedagang membuang sampah tidak pada tempatnya yang paling banyak yaitu ada tempat sampah tapi jauh (31,7%) dan sarana tempat sampah yang disediakan masih minim. Dan responden yang membiarkan sampah dan menunggu diangkut oleh petugas yaitu 26,9%. Hal ini membuktikan bahwa responden kurang peduli dengan sampah yang dihasilkannya.(13) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnaini dan Zulfan Saam tentang Faktor Penentu Tingkat Partisipasi Pedagang dalam Pengelolaan Sampah di Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru tahun 2009 menunjukan hasil bahwa faktor internal dan eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah. Hasil penelitian menunjukan hubungan yang sangat kuat antara variabel faktor internal dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi berpengaruh posistif. Faktor internal meliputi; pendidikan, pendapatan dari hasil usaha dan penadapatan sampingan, kepedulian terhadap sampah, pengetahuan tentang sampah, sedang faktor eksternal meliputi; peraturan, bimbingan dan penyuluhan, kondisi lingkungan dan fasilitas atau sarana yang tersedia.(7) Berdasarkan hasil evaluasi dan identifikasi yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Kota Solok pada tahun 2012 tentang sistem pengelolaan persampahan Kota solok yang dilakukan terhadap berbagai aspek, yaitu meliputi aspek teknis operasional, aspek organisasi, aspek peraturan, aspek pembiayaan serta aspek peran serta masyarakat. Khusus pada aspek peran serta masyarakat secara umum sebenarnya sudah cukup baik, akan tetapi pada tempat-tempat umum seperti pasar, jalan dan lain-lain tingkat kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang sekali, kadang-kadang masih terlihat para pedagang tidak meletakkan sampahnya ke kontainer sehingga akan memperlambat kerja petugas pengumpulan.(12) Berdasarkan hasil survey awal yang penulis lakukan di lingkungan Pasarraya Solok, penulis mengamati masih adanya terlihat sampah disekitar los atau kios pedagang dan tidak semua pedagang menyediakan kantong tempat pewadahan sampah sesuai dengan yang diarahkan oleh pihak pengelola pasar. Arahan dari pihak pengelola pasar dan dinas kebersihan adalah pedagang menyediakan kantong pewadahan sendiri ( karung plastik atau kantong plastik ) kemudian mengumpulkannya pada kontainer yang telah disediakan. Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:”Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana dengan tingkat partisipasi pedagang dalam mengelola sampah di Pasar Raya Solok Kota Solok”.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicine
Divisions: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 02 Mar 2016 02:27
Last Modified: 02 Mar 2016 02:27
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2714

Actions (login required)

View Item View Item